Jumat, 29 Januari 2016

Article#510 - Berakhir Di Januari

Generasi 2000an yang masih hijau akan lika-liku kehidupan barangkali akan melintaskan pikirannya pada tembang Glenn Fredly yang itu. Iya, segala ocehan soal kasih yang berakhir di Januari itu. Tapi entah apa benar demikian. Yang jelas, bagi saya sendiri, yang dapat dikatakan berakhir di Januari adalah musim dingin. Setidaknya dalam dua musim dingin (2012-13 dan 2014-15), demikianlah pola musim dingin yang terjadi. Bahkan, pada musim dingin tahun lalu, praktis hanya ada satu sesi turunnya salju yang berarti, pada 30 Januari 2015. Batasan musim dingin dapat menjadi demikian kabur, terutama jika definisimu mengenai musim dingin berputar pada keberadaan salju dan dunia beku.

Terkait turunnya salju, hari ini saya mendapati hal menarik: pada 29 Januari 2016, yang adalah Jumat terakhir di Januari 2016, salju mulai turun. Saya yang penasaran memeriksa kalender dan album foto koleksi saya sejak pertama kali tinggal di Jepang. Dan benarlah adanya, saya selalu mendapati salju turun di Jumat terakhir Januari, sejak 2013 hingga 2016.

Tidak percaya? Berikut buktinya.

Jumat, 29 Januari 2016


Jumat, 30 Januari 2015


Jumat, 31 Januari 2014


Jumat, 25 Januari 2013


Mengupas satu persatu musim dingin yang pernah saya lalui mengingatkan bahwa telah genap empat musim dingin saya lalui di negeri samurai ini. Entah tahun depan saya akan merasakan lagi salju di Jumat terakhir Januari atau tidak. Satu yang saya rasa pasti, edisi salju di akhir pekan kali ini adalah yang terakhir bisa saya rasakan di wilayah Jepang. Terutama melihat rencana kepulangan dan tiadanya prediksi salju untuk beberapa waktu ke depan.
Mungkin terlalu dini, lagipula suhu masih dingin. Tetapi apa yang memberikan cita rasa musim dingin lebih baik dari pada salju?

Adios, invierno!
Lanjutkan baca »

Rabu, 27 Januari 2016

Article#509 - Feynman Diagram of Academic Interaction

As I draw myself ever nearer to the true culmination of an university life, this kind of gags become more and more relevant than ever. And as a dedicated researcher would say when starting to present the research, I would not waste time no more.
Immerse yourselves.

Courtesy of PhD Comics.


Lanjutkan baca »

Senin, 25 Januari 2016

Article#508 - Serentang Sesalju

Sejauh ini, musim dingin di Jepang berlalu dengan catatan yang jauh lebih hangat dibanding musim dingin yang telah lewat. Bahkan, di kota Sendai tempat penulis berdomisili, Desember 2015 berlalu tanpa curahan salju yang berarti—setidaknya pertama kali sejak 2007. Dengan suhu Desember melejit hingga 1.6°C lebih tinggi dari rerata Desember 1971-2000, harapan sebagian warga untuk berjumpa sesalju pun perlahan surut.

Semua terus berlanjut menguapkan harapan akan datangnya musim dingin "sungguhan" di kota Sendai. Hingga suhu dingin yang bertubi-tubi datang membekukan sanubari Januari. Dan pada 18 Januari 2016, salju yang sempat berganti hujan mengguyuri seantero kota seharian. Hampir 20 cm salju datang menimbuni Sendai dalam usahanya mengendalikan harkat dan martabat musim dingin tahun ini. Itu kalau ia memang "berusaha", sih.

Kemarin, sesalju kembali menghiasi kota tempat penulis berdomisili. Dan kali ini, efeknya terasa di seantero negeri.

Selamat menikmati!

Kagoshima dan Sakurajima dengan tutupan salju, 25 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Jalanan Gifu dengan tutupan salju, 25 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Siang hari di jalanan bersalju di Fukuoka, 25 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Pejalan kaki di Nagoya, 25 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Air terjun Nachi yang beku di Nachikatsuura, Wakayama, 25 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Ladang yang dilapisi salju di Ibusuki, Kagoshima, 25 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Pemukiman di dekat bandara Fukuoka, 25 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Puncak Miyanouradake yang bersalju di Yakushima, 25 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Salju yang melapisi daerah puncak Yuwandake, Amami-Oshima, 25 Januari 2016, di mana salju
turun untuk pertama kali sejak 12 Februari 1901.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Suasana bersalju di stasiun Hakata, Fukuoka, 24 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Selasar pemukiman yang ditimbun salju di Wajima, Ishikawa, 25 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Taman bersalju di Adachi Museum of Art, Yasugi, Shimane, 24 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Warga membersihkan jalanan dari salju di Kushiro, Hokkaido, 18 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Suasana bersalju di stasiun Awa-Ikeda, Miyoshi, Tokushima, 24 Januari 2016.
Tempat ini mendapat perhatian tersendiri bagi penulis, karena 29 hari sebelumnya
penulis sempat berkalang bosan dalam transit dua jam di stasiun ini.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Membersihkan trotoar dari salju di Takachiho, Miyazaki, 24 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Jalanan bersalju dan trem di Nagasaki, 24 Januari 2016.
(Asahi Shimbun/Getty Images)
Citra kepulauan utama Jepang pada siang hari 19 Januari 2016. (NASA/MODIS)























A photo posted by @risawilkinson on


Penelusuran galeri lebih lanjut dapat dimulai dari laman berikut ini.
http://www.gettyimages.co.jp/detail/%E3%83%8B%E3%83%A5%E3%83%BC%E3%82%B9%E5%86%99%E7%9C%9F/people-remove-snow-on-the-street-on-january-25-2016-in-wajima-%E3%83%8B%E3%83%A5%E3%83%BC%E3%82%B9%E5%86%99%E7%9C%9F/506721042
http://www.gettyimages.co.jp/detail/%E3%83%8B%E3%83%A5%E3%83%BC%E3%82%B9%E5%86%99%E7%9C%9F/woman-sweeeps-snow-on-the-street-on-january-24-2016-in-%E3%83%8B%E3%83%A5%E3%83%BC%E3%82%B9%E5%86%99%E7%9C%9F/506695640
http://thewatchers.adorraeli.com/2016/01/19/powerful-snowstorm-causes-major-traffic-disruptions-in-japan/
http://www.japantimes.co.jp/news/2016/01/24/national/heavy-snow-hits-western-central-japan/#.VvkOZ9x97IU
http://www.theatlantic.com/international/archive/2016/01/japan-snow-country/426738/

Sampai jumpa!
Lanjutkan baca »

Sabtu, 23 Januari 2016

Article#507 - Salju Yang Salah Tuju?

Jagat raya mayapada kembali riuh rendah.
Berita hangat mengenai salju di negeri pepasir Arab sana kembali membuat sebagian masyarakat terhentak. Mungkin sebagian dari kalian para pembaca laman ini pun berpikir demikian ketika mendapati berita terkait beredar di beragam lini media. Bagaimana bisa, daerah yang identik dengan suhu panas membakar itu, tiba-tiba mendapati salju menyelimuti permukaannya? Pertanyaan serupa banyak dikeluarkan oleh beragam kalangan.

Situasi kemudian memanas dengan selipan isu terkait kekacauan iklim, atau yang lebih marak, isu tanda-tanda kiamat. Konon, kiamat akan tiba jika dataran tandus Arab yang diliputi gurun itu berubah menjadi hijau, ditumbuhi pepohonan di sana sini. Mengidentikkan salju dengan hujan suhu dingin membeku, dua hal tampak sebagai anomali besar di wilayah gurun Arab: turunnya hujan, dan yang utama hujannya cukup dingin untuk turun dalam wujud butiran salju. Agaknya wajar, jika dalam paradigma tersebut, masyarakat yang mendapati terjadinya dua hal ini di Arab sana mengambil kesimpulan bahwa memang kiamat sudah dekat.

Gurun Atacama dengan selapis salju, dekat Cerro Paranal tempat kompleks Very Large Telescope (VLT) berada.
sumber
Tetapi kemudian, terlepas dari topik kiamat, ada beberapa hal yang agaknya menarik untuk dibahas.
Awal paling strategis untuk memulai tentu adalah dari dua hal yang disinyalir merupakan anomali besar: turunnya hujan dan suhu yang anjlok mendekati titik beku.
Apakah kedua hal ini lumrah terjadi di Jazirah Arab? Jawaban paling spontan adalah tidak, tetapi mungkin batin mempertanyakan: benarkah demikian? Mari kita telaah.

Hujan di gurun? Sangat mungkin, dong.

Tentu saja, jika membahas soal frekuensi, tentu tidak serajin itu awan hujan singgah mengguyuri wilayah gurun. Bukan tanpa alasan wilayah gurun terkenal tandus dan kering. Atau lebih tepatnya, wilayah gurun memanglah didefinisikan sebagai tempat-tempat yang demikian jarang terbasuh hujan Bersatunya beragam faktor, mulai dari aliran angin hingga sel Hadley menyuguhkan udara yang cukup kering untuk membiarkan sebagian muka Bumi asing dari aliran air.
Tetapi, daerah yang sangat kering ini pun acapkali mendapati pola cuaca sedikit berubah. Sekali dalam hitungan beberapa tahun hingga abad, pergolakan cuaca dan iklim menyeret awan-awan hujan berdatangan mengguyur gurun yang terbiasa kerontang itu. Dalam hitungan pekan, ketika hujan itu mungkin sudah pergi jauh, bebungaan akan menggantikan curah hujan untuk membanjiri segenap lansekap gurun.

Beberapa gurun di wilayah Amerika, seperti gurun Atacama di Chile dan guru Mojave di Amerika Serikat, acapkali mendapati lansekapnya diguyur hujan sebagai efek samping dari El Niño.

Perbandingan lansekap gurun Atacama pada tahun normal (kiri) dan tahun El Niño (kanan).
sumber
Oke, mungkin sebagian besar dari kita sudah mafhum jika hujan memang turun di gurun, meskipun dengan kekerapan yang demikian jarang.

Lalu, bagaimana dengan salju di gurun?
Agaknya, kita semua sepakat jika salju adalah perwujudan lain dari butir hujan, ketika suhu anjlok menuju titik beku. Maka, ketika kita tahu sebuah wilayah gurun acapkali didera hujan, kesimpulan dapat ditarik dengan mudah: jika hujan terjadi ketika suhu anjlok menuju titik beku, yang akan kita dapat bukanlah hujan, melainkan salju.
Pertanyaan selanjutnya mengemuka: mungkinkah? Apalagi selama ini gurun tidak hanya identik dengan lansekap kerontang, namun juga dengan panas yang demikian membakar. Pada kenyataannya, suhu terpanas yang mungkin tercatat di dunia ini memang dicatatkan di wilayah gurun.

Mengapa suhu gurun bisa sedemikian membakar? Sederhananya, penyebab panasnya gurun adalah minimnya tutupan vegetasi disokong oleh minimnya tutupan awan. Sehingga, sinar Matahari yang menyorot wilayah gurun tidak mendapat halangan berarti saat menerjang muka Bumi.
Tetapi, bagaimana dengan malam? Ketika tidak ada sinar Matahari yang menyerang pepasir? Faktor minimnya tutupan awan dan vegetasi yang berkontribusi pada panasnya gurun, pada malam hari juga menjadi kontributor utama akan perubahan suhu. Minimnya tutupan awan dan vegetasi berarti minimnya kadar uap air di udara. Tanpa selimut uap air untuk menahan panas, panas yang diserap tanah sepanjang siang dilepaskan ke angkasa tanpa penghalang. Alhasil, suhu malam hari gurun anjlok jauh di bawah suhu siang hari, dengan selisih suhu siang dan malam acap kali melebihi 30° Celsius. Konon, perubahan suhu ekstrem inilah yang menjadi pelaku utama di balik tergerusnya bebatuan gurun menjadi pepasir.

Tapi tunggu. Kisah dinginnya gurun belum selesai sampai sini.

Sebaran gurun utama di dunia. Dapat dilihat bahwa secara kasar
gurun-gurun tersebut berada di lintang yang sama. sumber
Sebelumnya, sempat dibahas mengenai keberadaan sel Hadley yang memisahkan antara daerah hutan hujan dengan daerah gurun. Berkat sel Hadley, sebagian besar gurun utama dunia berlokasi di lintang subtropis, 5° hingga 35° baik di wilayah utara maupun selatan.

Mereka yang akrab dengan iklim berbeda di lintang yang berbeda tentu akan memahami bahwa seiring dengan menjauhnya seseorang dari ekuator, perubahan suhu sepanjang tahun akan makin kentara. Demikian pula halnya bagi wilayah gurun, suhu rata-rata di bulan musim panas akan berbeda cukup jauh dengan suhu rata-rata di musim dingin. Sebagai contoh, kota Kairo di Mesir sana biasa memanas melebihi 35°C di bulan-bulan musim panas seperti Juni dan Juli. Akan tetapi, pada bulan musim dingin, suhu siang hari jarang melampaui 20°C.

Gurun Taklamakan yang tertutupi salju, 2 Januari 2013. Foto oleh NASA.
Jika menurutmu suhu belasan derajat tergolong terlalu dingin untuk ukuran gunung, sila langkahkan kaki ke gurun Taklamakan dan Gobi di Asia Tengah. Salah satu wilayah dengan cuaca paling ekstrem, kedua wilayah ini jamak mendapati pepasir memanas hingga 50°C di musim panas, dan membeku hingga -40°C di musim dingin. Bahkan, di puncak musim dingin, suhu harian di daerah ini anjlok jauh meninggalkan titik beku air.

Gurun tak senantiasa sepanas yang kita sangka, eh?

Tapi, itu kan jauh di utara dibandingkan Jazirah Arab?
Tentu saja. Perkenalan dengan gurun Gobi hanya dimaksudkan sebagai sarana memperkenalkan seberapa ekstrem wilayah gurun bisa mendingin. Pada kenyataannya, wilayah pepasir Arabia bukanlah wilayah yang jamak menjumpai anjloknya suhu hingga sedemikian membekukan. Meskipun memang salju dapat tersasar menuju daerah tersebut sekali waktu.

Dalam beberapa waktu yang biasanya terhitung dalam bilangan tahun, pergolakan cuaca menyeret uap air dan suhu dingin menuju wilayah gurun. Tabuk di wilayah pegunungan barat laut Arab didatangi salju setidaknya sekali tiap 4 tahun; kejadian termutakhir pada akhir 2013 juga telah menggaungkan rumor "Arab menghijau" di seantero lini maya. Saat itu, badai Alexa menerjang wilayah Timur Tengah dan menutupi wilayah Yerusalem hingga Tabuk dengan salju hingga lebih dari 30 cm.

Untuk kasus terbaru ini, agaknya biang keladinya adalah Antisiklon Siberia. Seperti dulu pernah penulis bahas, udara dingin membekukan yang berkumpul di wilayah Siberia terkadang meluaskan pengaruhnya hingga jauh ke sekitarnya. Kali ini ke barat, menuju wilayah Arab. Alhasil, suhu udara wilayah Arab anjlok, memungkinkan turunnya salju untuk pertama kali dalam sekitar 85 tahun bagi wilayah dekat Madinah.

Pada akhirnya, sejarang apapun salju turun memutihkan lansekap gurun Arab, masyarakat Arab bukanlah masyarakat yang asing akan kebekuan yang ditawarkan kristalnya. Bahkan, orang Arab punya istilah sendiri untuk menyebut kristal putih tersebut: ثلج alias salji dalam pelafalan orang Melayu. Atau, salju.

Ya. Istilah "salju" yang kita pakai itu datang dari wilayah pepasir Arab. Wilayah yang senantiasa diidentikkan dengan lansekap pepasir kerontang yang panas membakar.
Sedikit informasi ini saja sudah dapat mengutarakan betapa wilayah tropis macam Indonesia justru lebih asing akan salju dibanding jazirah Arab. Di seantero Indonesia, dapat dibilang hanya puncak-puncak tertinggi di pegunungan Papua yang sesekali merasakan salju.

Karena itu, jika kalian tergerak mengatakan betapa salju di Arab adalah sebuah anomali yang demikian janggal, agaknya perlu mendatangkan fakta ini kembali: Indonesia jauh lebih asing akan salju dari pada Arab.

Bagaimana?
Lanjutkan baca »

Senin, 18 Januari 2016

Article#506 - The Lair of Materials

In the lair of materials, to say that materials are tortured is an understatement.
Check out how General Electrics subjected several everyday objects to their advanced materials testing lair, as their attempt to work on things that matter—or so they said.

Enjoy!

Lanjutkan baca »

Jumat, 15 Januari 2016

Article#505 - Menapak Perjalanan

Sebagian sangat besar dari kita yang jamak membicarakan teror, sebagaimana definisinya yang tertera pada gambar penuh asap ledakan bom, adalah orang yang barangkali belum pernah menyaksikan atau merasakan "teror" itu sendiri secara langsung. Sesuatu yang bagus; barangkali; menyiratkan bahwa secara umum komunitas di sekitar kita adalah komunitas yang cukup aman.

Maka bayangkan bagaimana reaksi masyarakat ketika kejadian itu kemudian hadir, meringsek masuk dan meletup di tengah-tengah masyarakat. Ada kepanikan. Ada berita-berita yang meluas, dari brodkes ke brodkes (versi moderen "dari mulut ke mulut", atau tepatnya dari mulut ke telinga, karena bagaimama menyampaikan informasi lewat pertemuan mulut?).

Di sini lah, kemudian masyarakat menunjukkan ketahanannya. Mengembalikan irama dan suasana. Karena hidup terus berjalan.

sumber

sumber

sumber

Sebagaimana diamati sebagian orang, agaknya masyarakat masih cukup merasa aman untuk menyempatkan diri mendesain serangkaian citra penggugah. Mendorong sesiapa yang sempat terhenyak barang sejenak, untuk kembali melanjutkan perjalanan. Menyelesaikan senarai cerita yang telah digulirkan.

sumber

Karena, mereka tidak takut untuk melangkah. Tidak takut untuk menatap kenyataan. Dan tidak takut untuk bertahan pada apa yang dibiasakan.


Lanjutkan baca »

Minggu, 10 Januari 2016

Article#504 - Reformasi


Dalam beberapa keadaan, pembaruan acapkali menjadi momok bagi mereka yang mengalaminya langsung, atau merasakan dampak dari perubahan-perubahan yang ia munculkan. Tentunya, sisi lain dari sebuah pembaruan tak boleh diabaikan begitu saja: sisi di mana ia memunculkan semangat baru. Menggelora dar dalam diri tiap-tiap pelakunya, sebuah pembaruan menjelma menjadi sumber energi yang seolah tiada habisnya ketika dimanfaatkan sewajarnya.
Catatan bahwa ia dimanfaatkan sewajarnya menjadi penting, ketika kita melihat sedemikian banyak orang tergugah sedemikian rupa dalam memulai sesuatu. Mereka ini, yang demikian bersemangatnya menata dan memperbaiki apa-apa yang mereka jalani, perlahan mendapati semangat mereka pudar. Api dalam jiwa yang menjadi penyulut segala kegilaan itu perlahan padam, dan menyisakan hangat-hangat yang segera padam. Segera mati. Membusuk. Melebihi busuknya tahi ayam yang konon hangat itu.

Barangkali kemudian kita bisa mengesampingkan hinanya seonggok tahi ayam dari tulisan, sehingga ia tidak mencemari tulisan ini lebih lanjut. Entah apakah akan banyak efeknya. Apalagi ketika yang terpikirkan kemudian adalah, apakah tahi-tahi dari spesies, genus, ordo, famili lainnya adalah tahi yang sama nistanya, sama hinanya, sama busuknya, sama layaknya disingkirkan. Tapi sudahlah; mari kita hentikan itu semua sebelum terlalu melenceng dari tujuan awal. Meski tujuan awal itu sendiri tak jelas apa wujudnya.
Tapi mungkin kalian akan bertanya, memang apa itu tujuan awal? Apakah ia berupa akhir perjalanan yang kita bayangkan pada detik-detik kaki mulai melangkah? Ataukah ia berupa langkah-langkah yang hendak kita titi sembari meraba-raba kelanjutan? Merumuskan tanpa tahu dasar hukumnya, tentang apa-apa yang layaknya dan hendaknya diperjuangkan sebagai akhir sebuah etape perjalanan?

Pertanyaan-pertanyaan sok filosofis yang berkecamuk ini pada gilirannya membawa alur tulisan untuk kembali merapat pada awal mulanya. Bagi kita semua yang tidak tahu menahu soal tujuan, mungkin kita sendiri merasa tak tahu apa-apa saja tujuan yag hendak kita kejar. tetapi, ketika kita memutuskan untuk bergerak, untuk mengubah suatu keadaan, tentunya ada sesuatu yang memotivasinya. Mendorong sampainya peniatan pada sebuah aktivasi perbuatan. Memicu letupan energi yang terwujudkan dalam zarah-zarah tindakan.
Kita barangkali berpikir kita tidak tahu tujuan besar dari apa-apa yang selama ini digulirkan. Akan tetapi, dalam setiap tindakan dan keputusan agaknya tetap akan ada sekelumit pertimbangan, perbandingan, dan kompromi atas segala ragam kenyataan. Karena nasib akan diubah melalui keberadaan tindakan.

Maka ketika sebuah pembaruan dilaksanakan, setiap kita dihadapkan pada semangat baru yang menjiwai setiap langkah. Sudut pandang baru yang menjernihkan citra. Tantangan baru yang membakar segenap gelora. Energi baru untuk menjaganya tetap terlaksana. Berkesinambungan.

tl;dr: Saya baru saja memperbaiki kamera hape saya dengan yang lebih murni dan bebas goresan. Dan saya ingin memamerkan hasil jepretannya dengan beragam foto keren dan kalimat sok keren.

I'll take my car and drive real far
They're not concerned about the way we are
In my mind my dreams are real
Now you concerned about the way I feel
























Lanjutkan baca »
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...