Minggu, 30 Juni 2013

Article#175 - Adu Kemampuan Menggunakan Senjata Tajam

Sebuah kompetisi adu kemampuan bermain senjata tajam diselenggarakan di Jakarta. Saat ini, kompetisi telah sampai ke babak final. Tiga orang pendekar dari Makassar, Aceh dan Madura yang berhasil lolos ke final saling tunjuk kebolehan. Tantangannya tak tanggung-tanggung: disediakan beberapa ekor lalat untuk dijadikan sasaran senjata mereka. Kamera berteknologi mutakhir sudah disiapkan untuk mengamati apa yang para pendekar unggulan ini lakukan kepada sang lalat.
Giliran pertama jatuh ke pendekar dari Makassar. Dicabutnya badik, dan setelah pasang konsentrasi penuh, ia beri isyarat ke penjaga lalat untuk melepaskan lalatnya. Begitu lalat dilepas, disabetnya dengan senjatanya, dan.. sang lalat yang malang terbelah dua dan jatuh ke bumi. Para penonton kelihaian ini serentak bersorak riuh memuji.

Giliran kedua, majulah pendekar Aceh. Pembawaannya tenang menghanyutkan, tangannya tergantung lepas di samping badan, kakinya agak renggang membentuk kuda-kuda yang memungkinkannya bergerak cepat. Begitu lalat dilepas, berkelebatlah keluar dari sarangnya si bongkok dari Aceh, alias rencong, menuju koordinat sang lalat yang terbang lintang pukang. Penontonpun menahan napas, dan begitu gerakan sang pendekar Aceh berhenti, ternyata sang lalat sudah menempel, tertusuk diujung rencong. Riuh rendahlah sambutan para penonton yang menyaksikan kehebatan ini.

Giliran terakhir pendekar Madura. Dibukanya selubung senjatanya yang khas, clurit bulu ayam. Dimiringkannya badannya, sehingga juru pegang lalat ada disampingnya. Tangan kirinya lurus kesamping dengan telapak tangan menghadap keatas. Dia bilang, ini adalah jurus minta hujan di musim kemarau. Tangan kanan yang memegang clurit tepat di hadapan selangkangannya, ujungnya siap meluncur kesamping, menuju lalat yang siap terbang.
Begitu lalat dilepas, sang pendekar menyabet ke kanan, persis seperti polisi lalu lintas yang menyuruh mobil dari kiri supaya cepat jalannya, di kala lampu lalu lintas macet. Apa yang terjadi?
Lalat yang disabet ternyata terbang lebih cepat lagi, dan lari sampai hilang dari penglihatan para hadirin. Penontonpun bengong... Sunyi senyap, sampai sang pendekar dengan tenangnya berkata,
"Bapak ibu sekalian, sengaja saya tidak membunuh lalat yang malang itu, kasihan dia masih lajang. Cukup saya sunat saja dia...."

-disadur dari sumber anonim, tersebar di dunia maya
Lanjutkan baca »

Selasa, 25 Juni 2013

Article#174 - Kutipan Hari Ini

If you only read the books that everyone else is reading, you can only think what everyone else is thinking.
-Jika kau hanya membaca buku yang dibaca orang lain, kau hanya akan bisa berpikir sebagaimana orang lain berpikir.
~disadur dari kutipan milik Haruki Murakami (村上 春樹, 1949-...), novelis Jepang. Dikutip pada Selasa, 25 Juni 2013, 23:12 (UT+9)


Lanjutkan baca »

Minggu, 23 Juni 2013

Article#173 - 'Supermoon', Ketika Bulan Gagal Menjadi 'Super'

Sejak sekitar 2 pekan yang lalu, berbagai post di dunia media sosial mulai semarak memberitakan akan datangnya sebuah 'fenomena alam' yang disebut sebagai 'supermoon', atau mungkin lebih ilmiah jika disebut, meminjam istilah bung Hanief Trihantoro, 'purnama perigee'. Dengan berbagai ilustrasi yang nampak tidak realistis, banyak orang mengulang kembali euforia yang sempat muncul menjelang fenomena serupa pada 19 Maret 2011 lalu, dimana peristiwa serupa juga terjadi–meskipun lebih dekat. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk mengupas fenomena ini lebih lanjut untuk menyikapi reaksi masyarakat yang saya temukan bermunculan di dunia maya.

Oke, mari mulai dari persoalan paling mendasar. Apa yang dimaksud dengan "supermoon" ini?

'Supermoon' atau 'purnama perigee' pada 19 Maret 2011, dengan sebuah pesawat melintas. Disadur dari sini.
Dalam membahas yang satu ini, perlu diingat bahwa istilah supermoon sendiri tidak dipopulerkan oleh komunitas astronomi. Istilah supermoon pertama kali dibuat dan didefinisikan oleh seorang astrolog bernama Richard Nolle pada tahun 1979. Inti dari definisinya adalah bahwa untuk disebut supermoon, Bulan harus memenuhi kedua kriteria berikut:

  1. Bulan berada cukup dekat dengan garis Bumi dan Matahari, sehingga susunan ketiganya mendekati sebuah garis lurus (artinya Bulan harus ada di posisi bulan baru atau bulan purnama).
  2. Bulan berada cukup dekat, sehingga Bulan mencapai jarak 10% terdekat ke Bumi dari jangkauan jarak orbit.
Ketika definisi nomor pertama cukup jelas, nomor kedua mungkin terdengar membingungkan. Karenanya akan saya berikan contoh.
Sebelumnya, perlu disebutkan bahwa orbit Bulan berbentuk elips, tidak bulat sempurna. Akibat orbit elipsnya ini, terkadang Bulan berada lebih dekat ke Bumi daripada biasanya, dan sebaliknya, lebih jauh daripada biasanya.
Misalkan, posisi terdekat Bulan ke Bumi, perigee, memiliki jarak sekitar 356.400 km*. Sementara posisi terjauh Bulan ke Bumi, disebut apogee, memiliki jarak sekitar 406.700 km**. Jangkauan jarak orbit, istilah yang saya sendiri tak yakin saya datangkan dari mana, adalah selisih jarak perigee dan apogee, artinya sekitar 50.300 km, dan 10% dari nilai ini adalah 5.030 km. Menurut definisi diatas dan angka-angka yang ditentukan, sebuah bulan baru/purnama baru dikatakan sebagai 'supermoon'-untuk selanjutnya disebut 'purnama perigee'-jika jaraknya lebih dekat dari 361.430 km dari Bumi. Perlu ditekankan bahwa semua nilai jarak ini adalah jarak antara pusat Bumi dan pusat Bulan.

Dalam prakteknya, karena sulitnya melihat Bulan pada fase bulan baru, perhatian diarahkan kepada bulan purnama. Pemberian nama khusus untuk sebuah 'fenomena' tentu akan lebih menarik perhatian, tetapi memangnya apa yang begitu spesial dari purnama perigee? Dan apakah yang mereka bilang mengenai purnama perigee itu benar? Mari kita kupas lebih jauh:
  • Bulan purnama yang lebih besar dan terang
Tentu saja, inilah yang menjadi pusat perhatian utama dari sebuah purnama perigee, yang sudah cukup diwakili oleh namanya yang 'super'. Tetapi apakah Bulan benar-benar se-'super' itu? Mari berhitung sedikit.
Dari nilai yang diberikan sebelumnya, terlihat bahwa jarak perigee sekitar 12% lebih kecil dari jarak apogee. Artinya Bulan di perigee terlihat sekitar 14% lebih besar daripada apogee. Perbandingan yang paling dekat adalah perbandingan besar bola basket (keliling 29,5 inci) dan bola sepak (keliling 27 inci), dimana bola basket 9% lebih besar. Jika tidak dibandingkan secara langsung, relatif tak terlihat berbeda.
  • Bulan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi?
Secara teknis iya, tetapi mengidentikkan posisi terdekat Bulan ke Bumi dengan purnama perigee tidak pas, karena menurut definisi purnama perigee yang sudah dituliskan diatas, purnama perigee hanya mencakup Bulan purnama (atau Bulan baru,) yang berada di dekat titik terdekatnya ke Bumi. Titik terdekat itu, perigee, dilalui Bulan sekali setiap beredarnya mengelilingi Bumi, yaitu sekali tiap satu periode orbit sideris Bulan. Yang perlu diketahui, adalah bahwa satu periode sideris ini berbeda sekitar 2,2 hari dengan lamanya satu bulan dalam kalender Islam (yang mengacu pada pergerakan Bulan), akibat pergerakan Bumi (beserta Bulan) mengelilingi Matahari. Karena ada perbedaan inilah, purnama perigee tidak terjadi setiap bulan purnama.
  • Purnama perigee memicu terjadinya gempa di Bumi?
Beberapa pihak sempat menghubung-hubungkan kejadian gempa besar, seperti gempa besar Tohoku, Jepang pada 11 Maret 2011 lalu, dengan terjadinya fenomena purnama perigee 8 hari setelahnya. Sejak akhir abad ke-20, gaya pasang surut Bumi-Bulan diketahui menyebabkan gempa di Bulan, dan beberapa pihak menduga bahwa gaya yang sama juga bisa memicu gempa di Bumi. Akan tetapi, hubungan antara keduanya masih belum jelas hingga saat ini. Apalagi, untuk kasus gempa Tohoku, gempa terjadi ketika Bulan berada lebih dekat ke titik apogee.

Jika memperhatikan ilustrasi yang ditampilkan mengenai purnama perigee, seringkali menggambarkan Bulan yang begitu besar, seolah sedang pedekate secara 'lebih intens' dengan Bumi. Padahal, jika kau menyempatkan keluar rumah dan mengamati Bulan di tengah puncak kejayaannya, ia tetap terlihat serupa dengan Bulan purnama yang lainnya. Tidak 'super'–sedikit lebih besar, tetapi tak terlihat berbeda, kan. Kecuali jika kau memandanginya dengan penghayatan yang terlalu dalam dan galau maksimal. Dan sebenarnya, peristiwa purnama perigee ini bukanlah suatu peristiwa yang langka. Sebenarnya, purnama perigee bisa terjadi hingga berkali-kali dalam setahun, jika mengacu pada definisi Richard Nolle tadi. Tetapi, tetap saja, yang paling populer adalah Bulan purnama yang paling dekat ke Bumi. 
Purnama perigee terdekat biasanya terjadi sekali tiap 14 bulan dalam kalender Islam, sehingga jika kau ingin menunggu puncak purnama perigee selanjutnya, silakan tandai tanggal 10 Agustus 2014, pada pertengahan bulan Syawal 1435 H.

Akhir kata, berhubunga Bulan yang lebih dekat ini akan menjadikannya sekitar 20% lebih terang, mungkin tak ada salahnya jika kau meluangkan waktu sejenak, keluar mengamati langit malam. Bulan purnama kali ini menandai Nishfu Sya'ban, salah satu penanda bahwa bulan Ramadhan sudah dekat. Silakan jika ingin memandangi langit, merenungkan apa saja yang baik-baik untuk direnungkan.
Dan tentu saja tidak termasuk merenungkan si dia yang bikin hati gundah gulana dan merana. Ayo jangan galau terus.
Selamat menikmati indahnya malam purnama yang lebih cerah, dan jangan lupa mempersiapkan diri menyambut Ramadhan, bagi yang merayakan.
(:g)

Bonus: Foto bulan purnama perigee, langsung dari Sendai.
23 Juni 2013, 19:44 JST (UT+9). Dijepret oleh Fuad Ikhwanda.
23 Juni 2013, 20:15 JST (UT+9). Dijepret oleh Diptarama.
Untuk info lebih lanjut, silakan buka http://www.livescience.com/37665-supermoon-fascinates-humanity.html atau http://www.space.com/26782-is-sunday-s-supermoon-full-moon-really-that-super.html
Galeri foto dari purnama perigee 19 Maret 2011 ada di laman berikut http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-1367956/Super-moon-Amazing-pictures-lunar-planet--nearest-Earth-20-years.html.

*Banyak data yang berbeda di internet dengan rentang antara 356.400 km sampai 370.400 km. Wikipedia sendiri mencantumkan nilai 362.570 km.
**Serupa dengan kasus data perigee, data apogee juga bervariasi dengan rentang antara 404.000 km sampai 406.700 km. Wikipedia mencantumkan nilai 405.410 km.
Lanjutkan baca »

Rabu, 19 Juni 2013

Article#172 - Mendirikan Sebutir Telur

Saya pertama kali tergerak untuk mengamati kegiatan ini bukan karena saya baru melihat sebuah benda berwujud elipsoid bernama 'telur' itu. Tidak, tentu saja, saya sudah cukup sering berurusan dengan telur. Saya yakin kalian para pembaca juga tidak asing dengannya, apalagi jika kau termasuk tipikal anak yang rajin membantu orangtuamu memasak di dapur. Atau bahkan sudah terbiasa memasak makanan sendiri.


Semangat saya untuk ikut membahas topik, muncul kembali setelah sepekan yang lalu, muncul berita mengenai perayaan Peh Cun di berbagai situs berita Indonesia. Peh Cun, atau lebih dikenal sebagai Duanwu Festival (端午節) dalam komunitas China internasional, diperingati pada tanggal 5 bulan 5 di kalender China, sekitar akhir Mei-awal Juni dalam kalender Masehi. Peh Cun sendiri disebut sebagai dialek Hokkien untuk kata pachuan (扒船, arti: mendayung perahu), karena biasanya dalam hari ini diadakan lomba mendayung perahu naga, meskipun sekarang tidak lagi menjadi kegiatan rutin dalam perayaannya.

Meskipun begitu, dalam perayaan Peh Cun, yang paling sering menjadi perhatian media adalah kegiatan mendirikan telur. Konon katanya, tepat pada jam 12 siang di hari Peh Cun, telur bisa didirikan dengan lebih mudah dari biasanya. Kegiatan mendirikan telur ini seringkali menyertakan masyarakat yang sebenarnya tidak memperingati hari Peh Cun itu sendiri, untuk bersama-sama mendirikan telur. Sebuah percobaan bahkan pernah dicatatkan di buku rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) dengan jumlah telur berdiri terbanyak.
Dan kemudian, muncul pertanyaan: Mengapa kata mereka telur lebih mudah berdiri di hari Peh Cun?
Alasan yang sering diajukan, diantaranya ada seperti berikut ini: konfigurasi Matahari-Bulan-Bumi segaris, sehingga gravitasinya lebih seimbang. Ada juga yang bilang, Matahari mencapai titik kulminasi terdekat dengan Bumi, sehingga gravitasi Matahari lebih kuat. Dan seterusnya.

Sekarang, mari dikupas kedua alasan ini:
  • Konfigurasi Matahari-Bulan-Bumi segaris?
Tampaknya ini berasal dari sistem penanggalan kalender China sendiri, yang menggunakan bulan baru sebagai patokan awal bulan. Pada bulan baru, posisi Bulan mencapai konjungsi, atau posisi bujur ekliptika yang sama dengan Matahari. Efek gabungan dari gravitasi Matahari dan Bulan pada posisi bulan baru atau bulan purnama telah umum dikenal (dan diajarkan di mata pelajaran IPA di sekolah dasar) sebagai pasang purnama. Pada kondisi ini, pasang air laut mencapai tinggi maksimumnya akibat arah gaya tarik Bulan yang sejajar dengan gaya tarik Matahari. Menilik hal ini, mungkin beberapa pihak menganggap bahwa tanggal 5 dari satu bulan kalender lunar masih termasuk awal. Tetapi, jika memperhitungkan periode antara dua bulan baru, yang sekitar 29,53 hari, secara kasar Bulan sudah berada di posisi setengah jalan menuju bulan separo. Maka, tak relevan juga jika dikatakan, pada saat ini efek gabungan dari gravitasi Matahari dan Bulan paling kuat.
Pun demikian, terhadap air laut yang sedemikian berlimpahnya di Bumi itu saja, pasang purnama tertinggi 'hanya' sekitar 15 meter, di Teluk Fundy, Kanada. Pasang setinggi ini, masih tergolong relatif kecil jika dibandingkan dengan rata-rata kedalaman laut, yang rata-rata berkisar dari ratusan hingga ribuan meter.
Dan yang paling jelas, jika Matahari, Bulan dan Bumi segaris, seharusnya terjadi gerhana Matahari dong.
  • Matahari mencapai titik kulminasi terdekat?
Titik kulminasi atas adalah titik dimana suatu benda langit terlihat paling tinggi jika diamati seorang pengamat, dalam pergerakannya. Dalam konsep populer, bagi Matahari, titik kulminasi atas dicapai pada jam 12 siang. Tetapi tidak selamanya begitu. Sebenarnya Matahari jarang sekali mencapai titik kulminasi, atau posisi tertingginya di langit, ini tepat pada jam 12 siang. Terkadang lebih lambat, dan terkadang lebih cepat. Selisih antara sampainya Matahari 'sebenarnya' pada titik kulminasi ini, dengan pukul 12 siang, dikenal sebagai persamaan waktu. Dan konsep persamaan waktu ini sering dipakai ketika memperhitungkan waktu sholat.
Ketika bicara masalah 'dekat', pengamatan membuktikan bahwa pada hari Peh Cun, Bumi sebenarnya sedang bergerak menuju titik aphelion, posisi terjauh yang bisa dicapai Bumi dari Matahari. Bumi mencapai posisi aphelion kira-kira tiap tanggal 4 Juli, sementara perihelion dicapai pada 3 Januari. Secara teknis, pada awal Juni, jarak Bumi ke Matahari melebihi nilai 1 satuan astronomi.

Dan rupanya, cerita tak usai disini.
Masyarakat Barat juga memiliki cerita serupa, yang berbeda adalah waktunya. Konon katanya, menurut orang Barat, telur bisa didirikan tiap ekuinoks (khususnya ekuinoks musim semi), suatu waktu dimana panjang siang dan malam kurang lebih sama-sama 12 jam. Ekuinoks terjadi 2 kali setahun, yang pertama pada sekitar tanggal 20 Maret, dikenal sebagai vernal equinox (ekuinoks musim semi), yang kedua pada sekitar 22 September, dikenal sebagai autumnal equinox (ekuinoks musim gugur). Penamaan didasarkan pada musim di belahan Bumi utara.
Ekuinoks sendiri adalah masa dimana sumbu rotasi Bumi menghadap ke arah 90 derajat dari arah Matahari, karenanya panjang hari setara di seluruh penjuru Bumi saat itu. Tetapi, adakah hubungannya dengan telur yang berdiri? Nyatanya, tidak. Meskipun kata-kata semacam "panjang siang dan malam sama-sama 12 jam" mungkin terdengar begitu hebat di telinga beberapa orang, sebagaimana halnya kata-kata seperti "Matahari dan Bumi segaris", sebenarnya hal semacam ini sangatlah biasa. Tidak ada pengaruh ilmiah yang signifikan dari kedua kalimat diatas, pun begitu dalam menghubungkannya dengan telur yang berdiri.
Jika ada yang menghubungkannya dengan jarak Bumi-Matahari, sebelumnya saya sudah menyebutkan bahwa Bumi mencapai perihelion pada 3 Januari, dan aphelion pada 4 Juli.

Dari sudut pandang seorang skeptik, tentu saja kebenaran dari efek yang disebutkan diatas terhadap telur, sangat dipertanyakan. Mengapa tidak ada ajang mendirikan telur pada musim gugur? Mengapa hanya telur yang didirikan?
Kesimpulan: Telur bisa didirikan kapan saja, bermodalkan kesabaran yang cukup. Tentu saja, kekasaran permukaan telur, kekasaran permukaan bidang berdirinya telur akan berpengaruh. Tetapi tidak ada efek dari Bulan, atau bahkan dari siang hari yang 12 jam. Seseorang telah melakukan pengamatan yang membuktikan pendapat ini.

Tambahan: Gambar telur diatas diambil sekitar 1 jam yang lalu, oleh penulis. Kalau tidak yakin, bisa dicoba sendiri. Mudah kok.
Lebih lanjut, silakan buka laman berikut ini:
http://www.badastronomy.com/bad/misc/egg_spin.html
http://urbanlegends.about.com/od/errata/a/equinox_eggs.htm
Lanjutkan baca »

Sabtu, 15 Juni 2013

Article#171 - Il Maestro

Mungkin kau pernah mendengar kisah sesosok maestro pemikat,
Tidakkah kehadirannya begitu dahsyat? Menyusup relung tanpa disadari, dan menanamkan kecintaan pada hati. Begitu kuat ia tanamkan kehadirannya, mata hati pun membuta, tutur hati pun membisu. Dan kau mendadak tak berkutik, hanya bisa terdiam dalam sekali klik. Kau lepaskan diri dari kenyataan, tanpa sadar. Kau terabas batas antara ilusi dan yang nyata, kau paksakan delusi untuk mengisi relung nyata, kemudian kau hanya bisa tercenung ketika yang kau pikir nyata itu, perlahan memudar, menghilang. Dan kemudian kau meratap pada semesta, atas hilangnya harapanmu, dibawa pergi oleh delusi yang kau sendiri taburkan.

Mungkin kau pernah mendengar kisah sang maestro pendebat,
Tidakkah kehadirannya begitu hebat? Menyusupi jiwa perlahan-lahan, menabur bumbu dalam tutur lisan. Begitu dahsyat ia mencengkeram, awalnya dalam diam, kemudian menguat menghantam. Dan kau mendadak begitu lantang, berseru dengan sindiran dan tawa kencang. Kau terbangkan diri ke awan kebenaran, tanpa sadar. Kau tebas tanpa ampun pendapat mereka yang mengingatkan, kaututup indera dari suguhan nasihat, kemudian kau hanya bisa tertunduk saat pendapatmu jelas tersalahkan. Dan kemudian, kau malah sibuk mengutuk seisi dunia, atas hilangnya harga dirimu, dibawa pergi oleh rasa percaya diri yang berlebihan.

Mungkin kau pernah mendengar kisah maestro sepanjang masa,
Maestro yang dilahirkan dari produk pemikiran tanpa dasar. Mereka yang tumbuh berkembang begitu hebat, begitu dahsyat, dan menjadi raja, penguasa atas asal mulanya. Mereka yang tumbuh berkembang di tempat yang katanya 'tidak tepat', mereka yang tumbuh subur dari arogansi dan ketamakan. Terbayang seolah ia begitu hebat, padahal ia tiada beda dengan pemabuk di seberang jalan. Yang memaki tanpa pernah mempelajari, yang memaksakan tanpa pernah mempedulikan.
Perkenalkan, para maestro bernama 'prasangka'.

Entah sejak kapan untaian kata ini terpatri di cover belakang buku tulisku. Terbawa kembali ke waktu ketika aku menulisnya, mengutip kata seorang penulis gadungan di dunia maya. Sudah terlalu banyak kejadian kuamati dan kualami dalam pekan-pekan terakhir. Dan mungkin saatnya istirahat. Membersihkan pikiran, membersihkan jiwa, dan merefleksikan diri atas apa yang terlewat, dan apa yang akan datang. Dan untuk yang satu itu, kuharap ia bukan hanya prasangka, harapan kosong semata. Semoga.

Dan petikan gitar membawa melodi, seperti biasa, menyambut datang pagi.
Semoga awan-awan tetap berarak beriring, menyibak dan menampakkan matahari.


sumber
Lanjutkan baca »

Senin, 10 Juni 2013

Article#170 - Kutipan Hari Ini

"It's hard meeting people, but not nearly as hard as watching them go."

~quoted from one of the episodes of Annoying Orange, "It Takes Two To Mango". Quoted from the character Mango, at Monday, 10th June, 2013, 21:44 (UT+9)


Lanjutkan baca »

Rabu, 05 Juni 2013

Article#169 - Balada Gado-Gado (Hey There)

Sebelumnya, ini bukan tentang gado-gado. Ataupun tentang balada.
Seharusnya tulisan ini sudah saya sumbangkan di dunia maya hari Ahad lalu, mumpung momennya pas. Saat itu ada kegiatan (atau apapun itu namanya, saya tak yakin) yang dipelopori rekan saya Akmal. Tanggal 2 Juni 2013, tepat setahun setelah wisuda, memang salah satu momen dimana rekan-rekan seperjuangan saya dulu mengenang sebuah episode besar dalam hidup. Dan setelah setahun, ketika Bumi hampir kembali ke posisinya pada hari itu, seolah memori kembali dibuka dengan semua celotehan yang ada. Layaknya balada menjadi gado-gado, semua teraduk dan tercampur, hingga begitu banyak warna-warni bermunculan. Apalagi saya saat itu sedikit labil.
Tetapi, dasar blogger medioker, terjebak dalam jadwalnya sendiri, akhirnya harus tertunda hingga sejauh ini. Pada akhirnya tulisan ini tetap saya persembahkan bagi kalian semua yang rela repot-repot membaca sampai sini. Silakan, "Hey There".

Hey friend
It feels just like a while
Everything's sure changed fast, as the memories bloomed our minds
We were pretty much the same, but time has flew us away
And the same sad songs were played again


Back then
Remind the spooky nights
I can still hear our stories, from the one of other lines
There's still remains, the fear of what would happen otherwise
And the hope we'd be able to realize

Hey friend
There gotta be too much for me to say
But there's too much to left behind, I gotta bring them here

As the world closes the curtains of yesterday

It's there
The pictures of rebels of yesterday
Now the episode's rolled up, stored everything on the frames
Together we go, and depart our ways

Life's long
So let's just get along
Keep up the song, and let ourselves go back beyond
Don't forget to prepare for everything, and carry on
Let's move, there is a lot to overcome

Hey there
Remember not to break those things we're trusted on
Time's almost up, but it will never be gone
Let's keep on and finish all the undone

To keep in
The promises of what we said back then
I might not be able to make it, but I'll try my best
And I look forward to swing the strings again

Three lights came along the track, one candle of a reason
Five leaves fell from the branch, and the pond keep its sizzles
Fifteen times of the foretold, and one more adds the freedom
And I know, the story still remains strong these times

Hey there
The laughter and mockery which we shared
I might not be able to hear it, but I'll do my best
And I look forward to sing the song again

And we can
Survive in this scrambled world, till then
Let destiny flows our path, be sure to meet again someday


picture taken from here
Kalau bicara waktu itu, kadang suka bingung sendiri ya. Ada yang bilang 'waktu cepat sekali berlalu', tetapi kenangan dari waktu yang berlalu itu tertinggal banyak, terkenang selalu. Ada yang bilang 'waktu seolah berhenti', tetapi ingatan akannya begitu saja pergi.
368 hari lalu, ada satu episode yang berakhir. Dan dasar kehidupan, tiap awalan adalah akhiran yang lain. Mirip seperti analogi halte bus yang pernah diceritakan guru Aqidah saya di MAN, Pak Away. Tiap orang punya jalan masing-masing, dan akan ada perhentian dimana orang dari bis-bis yang berbeda bertemu. Mereka bergerak berangkat dalam armada yang sama, kemudian berpisah lagi ketika mereka berbeda arah dan tujuan.
Akhir sebuah episode berupa wisuda, tahun lalu, hanyalah satu dari sekian banyak 'halte' yang ada. Mungkin masih banyak 'halte' di depan, menunggumu datang; mungkin hanya tinggal sedikit. Dan jalani saja dengan penuh semangat, bukankah rencana-Nya selalu indah?
Akhir kata, saya lampirkan tulisan saya tahun lalu. Seperti biasa, semoga bermanfaat.
(:g)
Lanjutkan baca »
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...