Sabtu, 31 Agustus 2013

Article#200 - Dua Ratus Celotehan, Dua Sisi Keheranan

sumber
Tapak kembali dihentakkan, laju kembali digentarkan.
Kalau kata orang, sebuah perjalanan besar dimulai dari langkah-langkah kecil. Bukan dari hanya beberapa langkah, mau satu, dua, ataupun tiga, apalagi tiap berhenti beli hotel. Itu namanya lagi main monopoli. Tak perlu ambil pusing, seberapa pentingkah langkah-langkah yang satu demi satu diambil itu, pun tak perlu pula dipusingkan apakah langkah itu langkah yang sempurna. Karena kunci dari sebuah perjalanan bukanlah pencapaian sempurna dan berkilau cerita, tetapi ketetapan untuk terus melangkah tanpa menyerah.

Dengan menuangkan beragam ketidakjelasan di laman inipun, saya sedang 'mencoba' untuk 'terus melangkah' dalam menghadapi sebuah perjalanan yang aneh, yang saya sendiri pun tak paham entah apa namanya. Mungkin tak ada salahnya disebut.... ah, apa ya? Tak tahu saya. Terserah padamu mau menyebutnya apa.
Dua ratus celotehan, yang bergaung tanpa tujuan, sekadar menguras panci pemikiran.
Dua sisi keheranan, ketika ketidakjelasan dan ketidakberesan bergabung menjadi sebuah koin tanpa keliling dan perputaran.
....yah, saking herannya saya pun tak paham apa makna dari berbagai kata-kata yang baru saja saya tumpahkan disini.

Dua ratus celotehan itu... sepertinya menunjukkan kiprah yang cukup panjang dan berliku. Padahal, jika ditelisik dengan sedikit bisik tanpa berisik, kebanyakan memang hanya hasil fusi dari ketidakjelasan dan ketidakberesan. Dimana keduanya secara semena-mena tercipratkan dalam komposisi aneh-aneh ke tulisan. Terkadang adonannya menghasilkan pergolakan pemikiran yang (kayaknya) sedemikian menggetarkan. Dalam cerita lain, ketidakjelasan mendominasi, dan post yang terluncurkan hanya membuat orang geleng-geleng serta mengusap dahi. Dalam yang lain, justru ketidakberesan yang memenuhi, dan yang tadinya sekadar geleng-geleng, kini menggeleng lebih dahsyat lagi. Semoga tidak sampai taraf berjoget, bisa dituntut saya nanti.

Ya sudah, akhir kata, semoga laman blog ini bisa terus menebarkan semangat ketidakjelasan ataupun semangat ketidakberesan kepada kita semua. Baik berupa celotehan, produk pemikiran, atau tulisan yang bahkan tak ada perlunya disaksikan.
(:g)
Lanjutkan baca »

Jumat, 30 Agustus 2013

Article#199 - 'Mempermainkan' Gravitasi

Sebagai salah satu dari 4 gaya dasar yang kini umum diketahui di alam semesta (tiga lagi berupa gaya inti kuat, gaya inti lemah, dan gaya elektromagnetik), gravitasi termasuk gaya yang paling sering kita rasakan pengaruhnya. Entah menilik apel yang terjatuh, batu yang terlempar menimpuki anak tetangga sebelah yang bandel, atau bahkan orang yang terlalu malas bergerak. (Tersinggung? Berarti Anda malas gerak.)
Seperti berbagai hal lain yang dekat interaksinya dengan manusia, gravitasi mulai 'dipermainkan' oleh manusia, yang penasaran dan ingin menguji, sejauh manakah mereka bisa menandingi gaya yang menyatukan mereka untuk tetap berpijak di muka Bumi.

Tenang tenang, jangan takut, post ini tidak akan banyak membicarakan mengenai gravitasi sebagai gaya dari sudut pandang seorang fisikawan. Mari lihat dari sudut pandang seorang anak kecil dan bermain-mainlah.
Berikut adalah kumpulan hasil usaha beberapa orang yang mencoba 'mempermainkan' gravitasi. Selamat menikmati.





(gambar disadur dari berbagai kompilasi di dunia maya)
Itulah kompilasinya. Nantikan post selanjutnya, nanti!
(:g)
Lanjutkan baca »

Kamis, 29 Agustus 2013

Article#198 - Hadiah Untuk Sang Raja

Raja Syahbandar terkenal sebagai raja yang memiliki daerah taklukan demikian luas, menyaingi kerajaan Romawi yang mahsyur itu. Sejak muda, Raja Syahbandar begitu tergila-gila dengan hadiah, hingga ia meminta pada seluruh raja dari negeri taklukannya untuk mempersembahkan hadiah kepadanya pada hari ulang tahun si Raja.

Pada hari yang ditentukan, satu-persatu para raja dari tiap negeri jajahan mempersembahkan hadiah mereka langsung kepada Raja Syahbandar. Raja begitu senang menerima berbagai hadiah yang beberapa begitu mewah, dan tentunya begitu mahal.
Hari beranjak siang, dan tumpukan hadiah yang diterima Raja mulai menggunung di samping singgasananya, seolah menegaskan betapa luas dan hebat kerajaannya. Meskipun diselimuti bukti kemegahan semacam itu, sang Raja masih belum puas, karena belum semua raja negeri jajahannya datang memberi hadiah. Tercatat tinggal 3 kerajaan: Aram, Burirom dan Campanio belum mengirimkan perwakilannya ke istana Raja Syahbandar.

Sore menjelang. Raja yang benci keterlambatan ini mulai gusar dengan keterlambatan perwakilan ketiga kerajaan, ketika pengawalnya berseru dari pagar istana:
"Tuan Raja, raja dari Aram datang!"
Dengan pongahnya, Raja berjalan ke depan pintu istana, dan mendapati raja Aram datang tersengal-sengal membawa sebuah kotak besar.
"Maafkan kami Tuan Raja, negeri kami sedang kekeringan, sehingga kami tidak punya banyak pilihan untuk dijadikan hadiah. Semoga anggur terbaik Aram ini cocok untuk Tuan Raja." Raja Aram menyerahkan keranjang besar berisi anggur begitu banyak, bulat lembayung.
Mendadak Raja berseru,
"Kau ini, sudah terlambat, yang kaubawa hanya anggur! Jika kau tak mau rakyatmu mati bergelimpangan, segera makan semua anggur ini tanpa sisa!"
"T-t-tapi, Tuan, ini anggur paling lezat di dunia..."
"Diam dan HABISKAN SEMUA ANGGUR ITU!" Amarah Raja menggema di ruang istana.

Raja Aram yang ketakutan terpaksa duduk dan mulai mengunyahi anggur itu satu persatu. Dan tak lama, sang pengawal kembali berteriak dari gerbang istana,
"Tuan Raja, raja dari Campanio datang!"
Raja Campanio yang sadar dirinya terlambat sudah berlari menuju ruang depan istana dengan membawa sebuah keranjang besar.
"Maafkan kami Tuan Raja, negeri kami sedang tertimpa bencana longsor, sehingga kas istana menipis. Semoga apel terbaik Campanio ini cukup sebagai hadiah bagi Tuan Raja." Raja Campanio menyerahkan keranjang besar berisi apel-apel besar bulat kemerahan.
Seperti yang dialami raja Aram tadi, Raja kembali berteriak,
"Apakah kau merasa pantas membawa apel-apel ini sebagai hadiah bagi rajamu yang termasyhur ini?! Jika kau tak mau negerimu aku serang, segera makan semua apel ini tanpa sisa!"
"T-t-tapi, Tuan, ini apel kualitas terbaik..."
"Diam dan HABISKAN SEMUA APEL ITU!" Kembali gerungan Raja menggetarkan tiang istana.

Berbeda dengan raja Aram yang meringkuk memakani anggurnya, raja Campanio hanya mendelik sebentar ke arah raja Aram, lalu memahami apa yang terjadi. Yang terjadi selanjutnya di luar dugaan: raja Campanio menjatuhkan keranjang yang ia pegang, dan mulai tertawa terbahak-bahak, menggaung di ruang tersebut.
Raja Syahbandar dan pengawalnya hanya keheranan, tetapi karena Raja tak sudi kehilangan muka, ia berseru lagi,
"Mau kamu apa, oi raja Campanio! Apa kau hendak membuat makar atasku??!"
Raja Campanio masih saja tertawa, dan sembari meringis memegang perutnya yang kram akibat tawa, ia berusaha menjawab,
"Bukan.. apa-apa, Tuan Raja.. Aku tadi mendengar... Kalau raja Burirom sudah sampai setengah jalan menuju istana ini.."
"Lalu..?!"
"Hadiah... untukmu... Ia membawa..."
"Bawa apa? Bawa apaa??"
Hening, dan hanya tawa meringis raja Campanio lah yang mengisyaratkan jawabannya.
"Durian, Tuan Raja..."

-disadur dari cerita bertema serupa, tersebar di dunia maya
Lanjutkan baca »

Rabu, 28 Agustus 2013

Article#197 - Kutipan Hari Ini

"Life is like riding a bicycle. To keep your balance you must keep moving."
-Sebagaimana bersepeda, dalam hidup kau harus terus bergerak supaya tetap seimbang.

~dikutip dari kata-kata milik Albert Einstein (1879-1955), fisikawan Jerman yang tutup usia sebagai warga AS. Dikutip pada Rabu, 28 Agustus 2013, 22:27 (UT+7)

sumber

Lanjutkan baca »

Sabtu, 24 Agustus 2013

Article#196 - Welcome to The 21st Century!


And I got... Clueless.
Lanjutkan baca »

Jumat, 23 Agustus 2013

Article#195 - Dua Tahun, Harusnya Sudah Bangun

Tipikal yang biasa, yang tak berubah meskipun hidup telah berbeda.
Seperti biasa, panas Matahari terus membakar jiwa-jwa kerontang yang kehausan, dan menyulut api semangat bagi mereka yang masih rela berjuang.
Meskipun kutetap saja bernaung di bawah keteduhan.

...Yah, lagi-lagi saya berbuat tak jelas terhadap post yang satu ini.
Tadinya sih, saya berniat untuk menyemburkan rangkaian kata-kata bijak mengenai kebersamaan, konsistensi dan perjalanan hidup, yang tahun lalu saya urung lakukan. Tetapi, setelah saya mencoba sedikit, perut saya mual. Mungkin saya memang lagi nggak mood. (halah)
Kata orang pun, jika kau melakukan sesuatu tanpa dasar cinta, kau tak akan betah menjalaninya, bukan? (pft)

Ya sudah, daripada ngelantur.
Saya beri sedikit kejutan:
Tanggal dan waktu publikasi post ini menandai dua tahun telah berlalu sejak pertama kali blog aneh ini beredar di dunia maya.

sumber
Tidak terkejut? Begitu pula saya.
Dua tahun, kalau untuk manusia, ditandai dengan kemampuan si individu untuk mulai mengekspresikan apa yang ia suarakan. Sudah mampun untuk mulai berkomunikasi, meskipun secara sederhana. Dan karena blog tidaklah sama dengan seorang bayi, menurut hemat penulis, seharusnya sebuah blog berusia dua tahun mampu mengekspresikan berbagai gagasan yang berkecamuk di kepala penulisnya yang super tidak jelas, secara lebih indah dan membahagiakan. Atau mistis dan mendebarkan. Atau tampan dan berani. Apapun itu lah.

Lagi, penulis mohon doa untuk para pembaca sekalian, yang rela dan mau-maunya menyediakan sejenak menit-menit untuk meluncur menyusuri laman blog aneh ini. Doa sederhana, tak perlu yang susah-susah, semoga blog aneh ini tetap konsisten menyebarkan kebaikan bagi orang, dan keburukan penulis dan dapat mengajak kita semua untuk senantiasa membersihkan jiwa dan pikiran kita semua.

Mari, hadapi tahun ketiga (bukan dunia ketiga) dengan semangat yang telah terbersihkan seperti cucian, termurnikan seperti berlian, dan tercerahkan seperti bintang.

Dan.. jangan lupa bangun. Bangun, karena sudah dua tahun.
(:g)

(silakan kesini kalau mau lihat post pembuka)
Lanjutkan baca »

Article#194 - Kutipan Hari Ini

"They didn't know it was impossible, so they did it."
Mereka tak tahu jika yang mereka lakukan itu mustahil, maka mereka melakukannya.
~dikutip dari kata-kata milik Mark Twain (1835-1910), penulis AS, pada Jumat, 23 Agustus 2013, 11:22 (UT+7)

sumber
Lanjutkan baca »

Kamis, 22 Agustus 2013

Article#193 - Setapak Pembaruan: Memoles Pemaknaan, Melukis Pewarnaan

Aku ingin nyanyikan lagu
Bagi kaum kaum yang terbuang
Kehilangan semangat juang
Terlena dalam mimpi panjang
Ditengah hidup yang bimbang
Kenapa harus takut pada matahari?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya

(Virgiawan Listanto, Anthoq Klobot & Yoyik Lembayung, 1985. Serenade)
Hari berganti hari, dan kini sudah sampai jauh sekali dari post bertajuk Edisi Bocah Tersasar yang terakhir keluar. Sepertinya penulis mengalami distorsi akibat demam musim panas. Meskipun yang disebut 'musim panas' itu, belum pernah benar-benar penulis rasakan bagaimana panasnya. Bulan-bulan terakhir ini, Juli dan Agustus, sepantasnya menjadi ajang sang Matahari menunjukkan kualitas panasnya di belahan utara. Tetapi, dalam kenyataan, waktu-waktu ini hanya menjadi ajang petak umpet Matahari untuk menyembunyikan cerahnya di balik redup awan hujan. Cuaca saja sering galau ya, duh. Jangan ikut-ikutan ya adik-adik... (mencoba meniru gaya si Komo) (tentu saja, gagal)
Para Leucanthemum vulgare berkibar dengan bangganya
Untaian memori baru telah terjalin, menyusun pikiran yang tak terperi. Bunga-bunga bersemian berganti, dan perlahan hari demi hari saling mendahului pergi. Kutatap langit, yang memberikan musimnya untuk berdatangan perlahan bergantian, menuju episode baru kehidupan ini. Halah ngapain sih. Padahal yang hendak disampaikan hanya tentang berlikunya kehidupan dan juga para pelakunya. Termasuk si bocah tengil yang kini mulai berani berfoya-foya dengan mencairnya kertas penghidupan. Penulis pun tak mengerti. Bukankah seharusnya kita berlaku dermawan atas apa yang kita punya? *betul ibu guruuu* Nah betul kan... Tunggu, saya bukan ibu guru. Kembali mengenai kertas penghidupan, beberapa hari ke depan, bocah tengil akan diajak hadir ke pertemuan yang akan membahas kertas penghidupan mereka, salah satunya mengenai pengelolaan untuk memastikan kerannya tetap mengucur untuk setahun ke depan. Mohon doanya, semoga urusan-urusan lancar, baik urusan amanah, urusan cita-cita, atau urusan hati. (pfft)

Berbeda dengan sebelumnya, karena lebih dari 4 bulan telah berlalu sejak tulisan Edisi Bocah tersasar terakhir kali dipublikasikan, tentu saja cerita yang menyertai kehidupan selama waktu terkait lebih banyak terkumpul untuk dipetik satu persatu buahnya. Asal jangan sampai ketahuan aja.
Tetapi, untuk edisi yang ini, fokus tulisan akan ditempatkan di buah. Mungkin dirujak sedikit atau dijus. Atau terserah dirimu.

Pekan-pekan terakhir dihiasi dengan beberapa orang-orang yang terpilih setelah seleksi panjang untuk mewakili negeri pertiwi di ajang antarbangsa. Mirip waktu-waktu setahun yang lalu, ada juga orang-orang sejenis dengan yang sebelumnya disebut, hanya saja jenjangnya sedikit di bawah. Ajang sebangsa. Juga yang mendapat bangku besar. Beberapa diantaranya sudah lama terbubuhkan ke jejaring pertemanan penulis di media sosial, dan tentu saja bagaimana mereka mengungkapkan semangatnya, dapat dibaca dengan mudah.
Sebelumnya pengamatan atas beberapa dari mereka, yang begitu antusias mengoarkan berbagai kalimat klise itu terdengar seperti seperti kaset rusak, lagi, lagi dan lagi. Tanggapan yang nyaris sinis, penulis sendiri heran pula.
Sementara di sisi lain, untuk mereka yang sebelumnya dikatakan akan menempuh ajang yang jenjangnya 'sedikit di bawah', pengamatan yang dilakukan justru melihat mereka begitu penuh semangat dan optimis menatap langkah mereka selanjutnya.
Penulis terus mempertajam ekstremitas di kedua pandangan yang bertolak belakang, dan kemudian ia dapati buah kesadaran, bahwa yang sebenarnya adalah dia iri karena tak mendapatkan salah satunya, dan ia mendapatkan yang lain.
Prasangka memang maestro yang luar binasa.

Penulis juga sering mendapati banyaknya perseteruan antara fans yang satu dengan fans yang lain, yang mendukung entah apa, suatu figur tertentu. Baik itu satu individu, atau satu kelompok, atau seterusnya. Nggak capek apa ya mereka. Penggemar fanatiknya, si 'pro', senantiasa bersikeras membenarkan setiap tindakan sang idola, sementara lawannya yang anti pol-polan, si 'kontra', bersikeras menghubung-hubungkan setiap 'tindakan baik' yang dilakukan 'figur tertentu' tadi dengan suatu hal yang terkesan konspiratif dan sangat berbau tuduhan, macam konspirasi Wahyudi, respirasi Susanti, koperasi pak Rudi, dan entah apa lagi.
Penulis sempat tak habis pikir akan bagaimana seseorang bisa begitu rela bersikap superdefensif membela figur yang ia damba, padahal mereka pula tak lepas dari salah dan lupa. Dan kemudian ia memetik buah pencerahan, bahwa yang sebenarnya adalah ia tak paham, berhubung ia ntak mendedikasikan diri untuk 'figur khusus' semacam 'itu'.
Dosis cinta yang berlebih memang mampu membuat logika mati mendidih.

Berkat impuls-impuls yang bergantian mengalir mampir ini, penulis mulai kembali mencoba menjernihkan pikiran. Butuh pikiran segar menghadapi perputaran Bumi di orbit untuk kali kedua aliran dana. Dinamika dunia makin bergolak, awan ilusi terus menggelegak. Sebagai warga dunia yang ingin terus bertahan menghadapi terpaan zaman, tentunya si bocah tengil harus terus membersihkan kacamata, alih-alih melepasnya, dalam mengamati citraan dunia yang tak jelas mana nyata. Karena orang zaman sekarang makin suka membuat segalanya menjadi blur, seperti bubur yang seluruh kerupuknya telah dicampur. Mari terus tafakur, jangan cuma terpekur, apalagi sampai mendengkur, berhubung kini hari libur. Nanti disambut burung tekukur loh.
Haah, sekarang bocah tengil mulai bersiap menyambut jernih langit musim gugur, dan juga jernih jiwa yang sempat tergusur. Semoga semangat yang sedang dipompa maju ini tidak tertarik kembali mundur.
Tak biasa aku peduli dengan bintang
Yang di langit luas membentang
Tetapi, tadi baru saja kujumpa disana
Sejenak pandangan yang tak pernah sama
Kutahu ku tak takut dengan malam hari
Tetapi kini aku bergidik tak terperi
Biar saja pintu yang terbuka berderit
Jika aku harus berlari terkejar jerit
Akan kulawan seperti hidup melawan pahit
Menumpas pahit kopi dengan lapis legit

Dan hei cangkir, aku tetap disini
Menemani awan langit menatap sunyi
Yang kutemui ini takkan sama lagi
Dan semoga aku tetap setia menebar mimpi

(Bocah Tengil, 2013. Secangkir Teh Kopi
Kedalaman langit dihadapi kedangkalan dedaunan
Lanjutkan baca »

Minggu, 18 Agustus 2013

Article#192 - Selalu Ada Jalan Keluar

Selalu ada jalan keluar bagi mereka yang mau berusaha.
Selalu ada jalan keluar bagi mereka yang bertumpu pada Yang Kuasa.
Selalu ada jalan keluar bagi mereka yang mau memakai akal.
Selalu ada jalan keluar bagi mereka yang mau bertindak.
dan...
Selalu ada jalan keluar bagi mereka yang masuk.




Tak banyak kata terhaturkan, sila nantikan post yang selanjutnya diberikan. Tentu saja, jika rela bersedia.
Lanjutkan baca »

Rabu, 14 Agustus 2013

Article#191 - Kutipan Hari Ini

"You say that you love the rain, yet you seek for shelter when it pours.
You say that you love the sun, yet you look for a shade as it shines.
You say that you love the wind, yet you close your windows when it blows.
And now I'm afraid, I hope you never say that you love me.
"

~kutipan yang sering disalahpahami sebagai kata-kata sastrawan Inggris, William Shakespeare. Kutipan ini semdiri diperkirakan berasal dari seorang sastrawan Arab, Qyazzirah Syaikh Arifin. Dikutip dan ditulis ulang pada Rabu, 14 Agustus 2013, 23:53 (UT+7)

sumber

Lanjutkan baca »

Sabtu, 10 Agustus 2013

Article#190 - Alfred Story ep.62: Ujian Yang Menyebalkan

Alfred sedang bersiap untuk mengikuti ujian akhir untuk mata kuliah biologi. Alfred dan kawan-kawannya sudah bersiap di ruang ujian sejak sepuluh menit sebelum ujian dimulai. Kebanyakan dari mereka, termasuk Alfred, begitu pede dan yakin bisa menjalani ujian dengan baik, apalagi soal yang diberikan sang profesor di ujian tengah semester tergolong mudah. Alfred sendiri sudah meluangkan waktu sehari penuh untuk membaca seisi buku paket berulang kali.
Tak lama, sang profesor masuk ke ruang kelas dengan tangan menenteng sebuah sangkar burung yang diselubungi selembar kain hitam. Profesor meletakkan sangkar itu di atas meja, kemudian menyingkap sedikit kain hitam di atas sangkar burung tersebut sehingga hanya kelihatan dua kaki burungnya saja.

Soal ujian yang diberikan kepada para siswa ialah: "Amati kedua kaki burung ini dengan cermat, lalu tulislah di kertas ujianmu, ini jenis burung apa?"

Melihat sekarang di atas meja hanya terletak seekor burung, Alfred merasa pelajaran yang tadinya ia hapalkan secara mati-matian ternyata sia-sia belaka. Ia lantas naik darah dan tak mampu mengendalikan diri lagi. Ia pun segera bangkit dari tempat duduknya, lalu dengan cepat menyerahkan kertas ujian kosong di tangannya tanpa membubuhi nama dan nomor ujiannya.

Melihat keadaan ini sang profesor sangat marah, ia berseru lantang, membahana memenuhi ruang ujian.
"Kau! Kembali ke sini dan tulis namamu!"

Alfred dengan cekatan menggulung celananya. Sambil memperlihatkan betisnya, ia berkata kepada sang profesor.
"Coba Bapak amati kaki saya, dan terkalah, siapakah saya."
Lanjutkan baca »

Selasa, 06 Agustus 2013

Article#189 - Cahaya Yang Berbaris Pergi

Hei, kau masih disana?
Terdiam seperti ranting. Terbakar dicekam sunyi.
Aku terduduk lagi diatas kursi, terpisahkan dari kenyataan oleh selapis kaca tipis. Ada hujan yang membasuh, ada angin yang meniup, dan ada laju yang terus membubung.
Titik-titik cahaya itu beriring, bergerak ke belakang, meninggalkan diriku yang masih melaju tanpa tahu kapan mencapai tujuan.
Terkadang aku merasa tak sabar ingin segera datang, dan di saat lain terasa ingin tetap bertahan.
Kupikir kau masih menunggu disana. Padahal tentunya tidak.

Benarkah semua ini telah kudapat?
Terkadang aku merasa jam dinding begitu sering berputar, rasanya seharusnya ia bosan. Begitu pula jarum-jarum yang setia meliuk, berputar dengan tenang tanpa pernah terbelit.
Keheranan yang beda. Dulu kukira sama, rupanya jauh cemasnya.
Aku bisa melihat roda yang terus berputar, menggulirkan perjalanan selanjutnya. Tetapi tidak dengan perputaran sistem yang memutar mereka.
Baris cahaya bergulir pergi datang, seolah mewakili apa yang sampai di muka.

Teriring salam untuk bintang utara, yang duduk tenang di angkasa.
Seperti ukiran yang tak lekang oleh zaman, seperti tulisan yang terbuku dalam naskah peradaban.
Langit mungkin tak lagi sama, awan yang berarak tak menghimpun cahaya yang serupa.
Tetapi dalam setiap perjalanan, akan selalu ada cerita.
Dan setiap cerita selalu punya warna.
Kutinggalkan kisah dalam aluran baris cahaya yang terus berjajar, kali ini merekalah yang diam.
Dan akulah yang kini berjalan, menebus waktu menuju hidup lalu.
Cahaya yang berbaris pergi, cahaya yang menuntun untuk kembali.
Lanjutkan baca »

Sabtu, 03 Agustus 2013

Article#188 - Kutipan Hari Ini

"Be like the flower that gives its fragrance to even the hand that crushes it."
-Jadilah seperti bunga, yang tetap memberi wangi, bahkan untuk tangan yang merusaknya.

-dikutip dari kutipan dari Ali bin Abi Thalib, r.a., pada Ahad, 4 Agustus 2013, 1:50 (UT+9)

sumber
Lanjutkan baca »

Kamis, 01 Agustus 2013

Article#187 - 50000 pengunjung..

Yah, saya suka terheran dengan ketidakjelasan masa kini. Entah karena saya yang tak jua mengerti, atau justru karena saya telah terlalu dalam dirasuki. Yang jelas, saya masih mencoba mengesampingkan waktu belajar saya dengan waktu untuk dilarutkan dalam dunia blog. Dan entah ada kaitannya atau tidak, sekitar 61 hari setelah tercapainya angka empat dengan empat nol, tadi malam, 1 Agustus 2013, 00:16 (UT+9), catatan sipil (?) blog akhirnya mencatat angka 50.000 kunjungan.
sumber
Ya sudah, mungkin itu saja. Nantikan artikel berikutnya, nanti!
Lanjutkan baca »
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...