Alfred sedang bersiap untuk mengikuti ujian akhir untuk mata kuliah biologi. Alfred dan kawan-kawannya sudah bersiap di ruang ujian sejak sepuluh menit sebelum ujian dimulai. Kebanyakan dari mereka, termasuk Alfred, begitu pede dan yakin bisa menjalani ujian dengan baik, apalagi soal yang diberikan sang profesor di ujian tengah semester tergolong mudah. Alfred sendiri sudah meluangkan waktu sehari penuh untuk membaca seisi buku paket berulang kali.
Tak lama, sang profesor masuk ke ruang kelas dengan tangan menenteng sebuah sangkar burung yang diselubungi selembar kain hitam. Profesor meletakkan sangkar itu di atas meja, kemudian menyingkap sedikit kain hitam di atas sangkar burung tersebut sehingga hanya kelihatan dua kaki burungnya saja.
Soal ujian yang diberikan kepada para siswa ialah: "Amati kedua kaki burung ini dengan cermat, lalu tulislah di kertas ujianmu, ini jenis burung apa?"
Melihat sekarang di atas meja hanya terletak seekor burung, Alfred merasa pelajaran yang tadinya ia hapalkan secara mati-matian ternyata sia-sia belaka. Ia lantas naik darah dan tak mampu mengendalikan diri lagi. Ia pun segera bangkit dari tempat duduknya, lalu dengan cepat menyerahkan kertas ujian kosong di tangannya tanpa membubuhi nama dan nomor ujiannya.
Melihat keadaan ini sang profesor sangat marah, ia berseru lantang, membahana memenuhi ruang ujian.
"Kau! Kembali ke sini dan tulis namamu!"
Alfred dengan cekatan menggulung celananya. Sambil memperlihatkan betisnya, ia berkata kepada sang profesor.
"Coba Bapak amati kaki saya, dan terkalah, siapakah saya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar