Senin, 05 September 2011

Article#12 - Well, I got a news for ya.

This blog will undergo some maintenance, because the writer will undergo some training to attend the 2011's National Science Olympiad in Manado, 11th-16th September, 2011. Please pray for me, okay? :D. And maybe the production of the blog's articles will be paused in an unknown time, so, please be patient, and I'll be the doctor and be sure not to miss the new articles!

Be a star by learning stars..


Rewards Regards,
Gianluigi Grimaldi Maliyar
Lanjutkan baca »

Article#11 - Quote for Today

"Believe me, an innovation will always be needed everywhere throughout the world. So why did you insist using the old ones if you can make a new ones?"


~quoted from Sam Wan, Monday, 5th September, 2011. 09:16 (UTC+7)

Lanjutkan baca »

Article#10 - Makna di Balik Header Blog

Catatan: Header ini berlaku antara 23 Agustus 2011-21 Oktober 2012. Mulai 21 Oktober 2012, tajuk ini digantikan dengan tajuk 'Kanvas Yang Terwarnai.." yang sekarang mendampingi blog ini.

Yahaha, para pembaca yang baik budiman semuanya, mungkin kalian agak jenuh setelah membaca berbagai artikel saya yang serius (haha..kena kau). Kali ini saya hanya ingin berbagi tentang sesuatu yang sederhana saja. Namun, (sebenarnya) jika direnungkan, hal ini mempunyai makna yang dalam. Coba tebak... jerejengjengjeng... Yap, benar. Jawabannya adalah tentang, nama saya. Eh bukan. Kalau kalian memperhatikan judul artikel ini dengan baik (peduli amat soal definisi artikel menurut KBBI), niscaya kalian akan tahu apa yang akan saya bicarakan. Betul, header blog. Cobalah ketika kau berkunjung ke blog ini, sesekali lihatlah kata-kata yang tertera diatas semua ketidakjelasan yang saya tuangkan disini. Lihat? Yang ini...
Lights can guide you home.... but too much lights will blind you out.
Mungkin bagi sebagian kalian, kata-kata ini tak lebih dari sekedar untaian kata yang sedikit berbau luwak lawak. Namun, sebenarnya kata-kata itu bukanlah sekedar lawakan. Perhatikan artinya berikut ini,
Cahaya dapat menuntunmu untuk pulang, namun terlalu banyak cahaya akan membutakanmu.

Kurang lebih seperti itulah terjemah yang sudah saya rangkai sedemikian rupa, dan diproses melalui 35 tahap penyaringan dari bakteri tak bermanfaat dan telah disucikan oleh air dari 26 telaga, sehingga itulah bentuk terjemah paling halus yang bisa saya berikan. Untuk menguatkan, saya akan berikan satu untaian kata lain yang memiliki makna mirip, meskipun tujuannya sedikit berbeda.
授人以魚不如授人以漁
Shòu rén yǐ yú bùrú shòu rén yǐ yú
(kurang lebih: Memberikan seseorang ikan tidaklah sama dengan mengajarinya cara memancing ikan)
Untuk sedikit penjelasan dari segi linguistik, ambillah huruf hanzi 魚 dan 漁. Keduanya sama-sama diucapkan dalam bahasa China. Tetapi, dalam bahasa Jepang (yang bersama Korea dan Vietnam, mengadopsi pemakaian huruf hanzi, meskipun di kedua negara tersebut huruf China tersebut—dikenal sebagai hanja di Korea dan hán tự di Vietnam—sudah jarang digunakan,) huruf kanji pertama 魚 (ikan/fish) dibaca sakana dan huruf 漁 (memancing/fishing) bisa dibaca sebagai ryou sebagai kata benda, bisa sunado dari sunadoru atau isa dari isaru (漁る) sebagai kata kerja. Perhatikan, bahwa kedua bentuk huruf hampir sama, dengan pengecualian adanya tiga coretan di kiri huruf 漁. Maksud penulis dengan semua ocehan a la linguistik in adalah, meskipun kedua huruf yang bersangkutan dibaca serupa dalam bahasa China, tiga goresan yang menghiasi huruf 漁 mengubah artinya sedemikian rupa.

Oke, saya hentikan ocehan linguistiknya. Makna yang terkandung dalam kata-kata di header blog saya adalah, bahwa kadang-kadang bantuan memang diperlukan dalam menyelesaikan sebuah masalah, namun terlalu banyak bantuan yang diberi hanya akan melumpuhkan kemampuan orang yang dibantu untuk berkarya lebih lanjut. Inilah yang sering dilakukan para guru di banyak sekolah di Indonesia, yang memberikan kunci jawaban ujian nasional kepada para siswanya hanya untuk sekadar 'kelulusan' dan 'nilai bagus'. Setelah itu mereka akan menjadi tambah parah. Skripsi versi jiplakan pun sekarang sudah banyak tersedia dimana-mana, dengan harga yang terjangkau menjamin sang pembeli mendapatkan titel S1!! Siapa yang tidak tertarik coba? Mereka yang mau berusaha dengan segenap kemampuannyalah, yang akan menolak mentah-mentah tanpa memasak terlebih dahulu tawaran itu. Mereka yang tidak mau dilumpuhkan oleh 'bantuan' yang menyesatkan itulah, yang pada akhirnya dapat berkembang dengan baik dan hidup tanpa bergantung pada orang lain.

Ini jugalah yang dimaksudkan oleh untaian kata yang penulis bawa jauh-jauh dari negeri China, bahwa bantuan yang terbaik adalah membantunya supaya lepas dari ketergantungan akan bantuan itu sendiri. Ribet kah? Kalau bingung, lihat saja untaian kata yang tadi. Bayangkan saja, ketika seorang yang kelaparan, sebut aja si ABC (bukan kecap loh..), diberi seekor ikan, maka dia akan makan dengan kenyangnya pada hari itu. Namun, hanya hari itu. Jika si ABC terus-menerus disuguhi seekor ikan tiap hari, si ABC akan bergantung pada si pemberi ikan, dan akan kelabakan manakala si pemberi tidak memberikan ikan. Namun, sekarang pakai skenario yang berbeda. Jika si ABC diajari oleh seseorang, sebut saja GGM (jangan tanya kenapa saya pakai ini..) cara memancing, si ABC akan bisa mendapatkan makannya sendiri tanpa perlu tergantung pada si GGM tadi.
contoh pemancing yang (lagi) sukses..
ngomong2 itu salmonnya gede ya..
Karenanya, yang terpenting dalam memberi sebuah bantuan adalah memastikan siapapun yang dibantu dapat menyelesaikan masalah tanpa tergantung sang pemberi bantuan. Seperti contoh peserta ujian nasional, daripada diberikan kunci jawaban, lebih baik jika mereka dididik dengan baik supaya mereka bisa menguasai pelajaran dan dapat menjawab soal tanpa sodoran kunci jawaban.
Okelah, terimakasih atas kesediaan Anda membaca artikel ini. Mudah-mudahan tidak bosan untuk baca yang selanjutnya.. :D
(:g)
Lanjutkan baca »

Minggu, 04 September 2011

Article#9 - Doktrin, Doktrin Di Mana-Mana

Mungkin sebagian dari kalian sudah tak asing dengan kata yang satu ini. Namun, mungkin juga sebagian yang lain tak tahu sama sekali dan belum pernah mendengar tentang hal tersebut. Bahkan, bisa saja ada yang nyeletuk, "Doktrin? Obat apa tuh?". Atau, "Temennya kelenjar endokrin, ya?". Yang jelas, doktrin bukanlah salah satu obat. Justru, doktrin adalah salah satu alat terampuh dalam mendistorsikan makna suatu hal, dan mencekoki orang-orang dengan paradigma si pendoktrin.
Kalau anda sekalian rela mencari mengenai 'doktrin' di Google, niscaya yang akan kalian temukan kebanyakan berupa masalah agama. memang, sampai saat huruf demi huruf di artikel ini dituliskan, doktrn masih identik dan melekat dengan agama. Mungkin, keterkaitan yang erat antara doktrin dan agama disebabkan sifat doktrin yang cenderung membantu menyokong agama dan banyak bentuk organisasi sosial lainnya. Berdasarkan the Free Online Dictionary, doktrin adalah:
  1.  Sebuah prinsip atau kumpulan prinsip yang ditujukan untuk meyakinkan orang lain, yang biasa dipakai organisasi keagamaan, organisasi politik, atau kelompok filsafat; serupa maknanya dengan dogma.
  2. Sebuah aturan atau prinsip hukum, terutama ketika diresmikan oleh sebuah preseden.
  3. Sebuah pernyataan kebijakan resmi pemerintah, terutama dalam urusan luar negeri dan strategi militer.
  4. (Definisi kuno): Ajaran, instruksi
Di sebagian besar pembicaraan mengenai doktrin, kebanyakan bertema sesuai poin pertama, dan kebanyakan menjurus masalah agama. Memang, pada kenyataannya beberapa organisasi keagamaan banyak menggunakan doktrin untuk menyebarluaskan ajarannya. Dalam agama Kristen ataupun Nasrani sendiri, kata 'doktrin' sendiri bermakna sebagaimana tertulis di poin 4, yaitu berupa ajaran pokok yang dinilai amat penting dalam rangka menyebarkan ajaran agama Kristen kepada seluruh umat di muka bumi (tidak bermaksud SARA~). Meskipun begitu, makna sebenarnya doktrin jauh lebih luas dari sekedar urusan agama. Banyak juga doktrin yang ditanamkan dalam sisi budaya, sosial dan politik. Berikut contoh yang paling nyata~ dilihat dari sudut pandang penulis (disini penulis hanya mencantumkan masalah sosial budaya)
  •  Doktrin 1: bahwa 'Barat selalu lebih baik'
 Dampak dari doktrin yang satu ini terasa begitu nyata, khususnya di Indonesia. Penulis sendiri menganggap munculnya doktrin seperti ini akibat dari penjajahan selama sekian ratus tahun yang dilakukan bangsa Barat (Belanda, Inggris, Spanyol dan Portugis) terhadap ranah Indonesia, yang akhirnya membuat mental sebagian rakyat Indonesia menjadi 'inferior' dan tidak percaya diri. Penjajahan tersebut, yang secara tidak langsung menahbiskan para penjajah sebagai yang 'lebih baik' dari yang terjajah, memicu timbulnya paradigma yang benar-benar keliru: bahwa bangsa Barat selalu, atau umumnya, lebih baik, lebih modern, dan lebih maju. Dan dampaknya benar-benar jelas. Lihat saja di sekitarmu, dimana orang-orang biasa berlalu lalang. Banyak orang yang merasa lebih 'keren' dengan segala macam gaya busana a la Barat, yang cenderung mengenang masa lalu mereka sebagai kera yang tak berpakaian, sebagaimana dijelaskan oleh Teori Evolusi Darwin. (Saya harap anda sekalian mengerti maksudnya). Ketika menulis beberapa kata sebelumnya, saya jadi teringat akan sebuah cerita yang dahulu diceritakan kakek saya, tentang Charles Darwin. Konon, pada tahun 1872, Charles Darwin pernah mendatang kaisar Jepang untuk menjodohkan putri sang kaisar dengan putranya yang sudah lama membujang. Berikut percakapan mereka.

Darwin: Yang Mulia Kaisar Negeri Matahari Terbit, saya datang jauh-jauh kesini semata-mata untuk menjodohkan putrimu dengan putra saya.
Kaisar: Tidak bisa.
Darwin: Mengapakah putra saya tidak bisa menikahi putrimu? Apakah karena saya bukan seorang bangsawan?
Kaisar: Bukan, permasalahannya bukan itu. Masalahnya ada pada perbedaan garis keturunan.
Darwin: Apa karena saya bukan orang Jepang?
Kaisar: Bukan itu. Kami, para bangsawan Jepang adalah keturunan Dewa Matahari, sedangkan anda adalah keturunan kera.

(NAH! Kena kau, Darwin.)
Terserah kalian mau anggap cerita tadi benar atau salah. Yang pasti, masalah ras juga menghinggapi doktrin yang satu ini. Kita dapat dengan mudah melihat dimana-mana, banyak orang yang mengecat rambutnya hingga berwarna coklat, merah atau pirang layaknya ras Kaukasoid di Eropa dan Amerika. Seolah tak puas dengan apa yang telah mereka miliki, walaupun memang tidak berlaku secara keseluruhan. Dan yang lebih nyata lagi, sebagian wanita (dan juga pria) Indonesia menganggap bahwa orang yang cantik/atau tampan haruslah putih bersih berseri. Paradigma yang kacau inipun diperparah dengan iklan kosmetik yang menjamur di seantero Indonesia, yang mengagungkan 'cantik dengan kulit putih mulus', 'rambut lurus dan elastis'.. apalah itu, saya tidak hafal, bahkan saya pernah menyaksikan sebuah iklan yang berbunyi 'kulit kaki halus bebas bulu'. Gila! Sebagian orang botak berharap rambutnya tumbuh, yang ini malah 'menggunduli' kakinya. Lebih baik disumbangkan ke para orang botak... (jangan dibuat emosi.. :D).

Padahal, kalau kalian coba tanyakan ke orang-orang Barat yang kebanyakan gaya hidupnya, dari hedonismenya sampai liberalismenya diikuti sebagian warga Indonesia, terkadang mereka merasa ingin mengikuti budaya Timur yang menurut mereka amat indah dan penuh kreativitas. Para kulit putih senang berjemur karena mereka ingin kulit menjadi cokelat. Sementara, orang-orang Indonesia yang 'beruntung' terlahir dengan kulit coklat, nyatanya malah mendambakan kulit putih berseri sebagaimana yang selama ini digaungkan dan didoktrinkan iklan-iklan. Terkadang orang Indonesia merasa tidak nyaman memakai batik di daerah yang ramai, seperti pusat perbelanjaan, bandara, stasiun dan lain-lain, karena batik di Indonesia dianggap identik dengan kondangan (doktrin lagi...!). Intinya, berusaha itu baik, tetapi jangan mengubah ciptaan Tuhan, karena apa yang diberikan oleh Tuhanmu adalah yang terbaik untukmu. Meskipun saat ini kau tak sadar, kelak kau akan memahaminya.
  • Doktrin 2: bahwa bersekolah adalah untuk bekerja
Meskipun yang ini tidak segencar yang pertama, paling tidak saya ingin cermati, betapa banyak orang yang bersekolah dan 'berusaha mendapat nilai bagus', supaya nantinya 'bisa berkuliah di universitas yang bagus', dan lalu mengulangi 'berusaha mendapat nilai bagus', supaya nanti bisa 'mendapat pekerjaan yang layak'. Cara berpikir seperti inilah yang mendominasi pikiran sebagian besar manusia di bumi ini, yang emngakibatkan adanya pengangguran.

Meskipun orang-orang ini harus ada demi terjaminnya stabilitas sosial, namun jika perbandingannya tidak tepat, yang muncul tentunya adalah...ketidakseimbangan. Mengutip salah satu tulisan dari alumnus sekolah saya, bahwa menurut hadits Rasulullah s.a.w, 9 dari 10 pintu rejeki ada pada perdagangan, yang untuk konteks masa ini terbukti menjadi sumber munculnya orang-orang terkaya di dunia. Sebut saja Carlos Slim Helu. Apa yang dia perdagangkan? Jasa komunikasi. Lihatlah Bill Gates. Kekayaannya berasal dari hasil berdagang komputer. Atau mungkin yang contohnya lebih dekat ke kehidupan sehari-hari. Larry Page, Sergey Brin, Mark Zuckerberg dan sederetan orang lain adalah orang-prang yang berhasil meraih keuntungan besar dan menjadi kaya, berkat 'berdagang' informasi dan koneksi sosial di dunia internet.

Sementara para pebisnis handal tersebut menorehkan satu demi satu pencapaian kekayaan maupun amal, sebagian besar masyarakat dunia (termasuk Indonesia), masih terbelenggu akan doktrin mengenai pekerjaan ini. Beberapa hari setelah ribuan, atau mungkin jutaan sarjana baru di Indonesia dilantik, sebagian besar dari mereka berbondong-bondong mengirim amplop lamaran kerja ke sana-sini. Hanya sedikit yang memilih melanjutkan studi, membentuk riset ataupun bisnisnya sendiri.

Kawan, orang sukses itu selalu orang minoritas. Mereka bisa sukses karena mereka mau menempuh jalan yang berbeda dengan yang dilalui kebanyakan orang. Meskipun jalan itu lebih sulit dilalui, justru kesulitan-kesulitan yang ada disanalah yang kemudian membangun mereka menjadi pribadi yang tangguh dan cerdas dalam menghadapi masalah. Jika kalian ingin menjadi orang sukses, beranilah untuk melawan kebiasaan yang umum berlaku dan menggantinya dengan yang lebih baik. Bukankah layang-layang mampu terbang tinggi kaena ia berani melawan derasnya arus angin? Apalagi, memudahkan jalan orang lain jugalah suatu kebaikan yang besar. Untuk apa kita mempersulit orang lain untuk mendapatkan pekerjaan, jika pada saat yang sama kita bisa menyediakan pekerjaan untuknya?

Sekian, mohon maaf apabila kata-kaa diatas terlalu serius atau terlalu 'kejam'. Diambil saja sisi baiknya, untuk sisi buruknya silakan diberitahukan ke saya, sebagai media pembenahan diri menuju yang lebih baik.
Marilah, mulai membiasakan kebenaran, bukan membenarkan kebiasaan.
(:g)
Lanjutkan baca »

Article#8 - Quote for Today

"Do not fear going forward slowly; fear only to stand still."

~quoted from Chinese Proverb Quotations, Sunday, 4th September, 2011, 13:01 (UTC+7)

Lanjutkan baca »

Jumat, 02 September 2011

Article#7 - Just read...Part.2

Cerita sebelumnya: Anton beranjak dari tempat tidur... saat dia mendengarkan berbagai suara beradu dari luar kamarnya. Anton berusaha mendengarkan suara-suara yang memenuhi rumah di luar kamarnya. Anton mendengarkan dengan seksama...eh dengan telinga... sampai sebuah teriakan membuatnya terlonjak.

Ternyata itu bukanlah teriakan biasa.
"ANTOOOOOOONNNN!!! BANGUUUNNN!!!"
Tanpa memeriksa siapa yang memecahkan keheningan (tidak hening sih~) pagi itu dengan suara lengkingan yang menggelegar, Anton sudah tahu sapa yang sekarang sedang berdiri di depan pintu. Kakaknya, Danika. Anton terkadang bosan dengan tingkah kakaknya itu yang serba ibut, terutama ketika sedang berebut jatah menonton TV. Tetapi, jika yang ini didiamkan saja, berarti petaka. "Bisa-bisa kaca jendela pecah", pikir Anton. Namun, dia tidak segera membuka pintu. Dibiarkan saja sang kakak mengetok-ngetok pintu dengan sedikit kesal, dan pergilah ia ke kamar mandi untuk gosok gigi dan melakukan penyegaran pagi hari lainnya.
16 menit 32 detik kemudian...
Sudah selesai dengan segala urusan pagi hari, Anton berjalan keluar pintu dengan menahan tawa, membayangkan kakaknya yang sedari tadi mengetok pintu sembari memanggil Anton di depan kamarnya (nggak bosen apa..?). Sembari membayangkan hari yang indah menyongsong di depan matanya, Anton menghirup udara yang dikeringkan oleh pendingin ruangan di kamarnya, dan membuka pintu. Anton masih sedikit menampakkan wajah tertawa ketika membuka pintu kamarnya, saat dia menyadari bahwa keisengannya mungkin baru saja menghancurkan hari indahnya. Anton baru sadar bahwa ada 2 orang di rumah ini yang memiliki lengkingan serupa.
"Nah, sudah selesai ritualnya, Anton. Sekarang ke bawah dan ikut beres-beres, keluarga pak Akbar akan datang sore nanti. Cepat!"
Sembari berbicara, ibu Anton menarik tangan Anton untuk menyuruhnya ke lantai bawah.

~bersambung

(:g)
Lanjutkan baca »
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...