Cerita sebelumnya: Anton beranjak dari tempat tidur... saat dia mendengarkan berbagai suara beradu dari luar kamarnya. Anton berusaha mendengarkan suara-suara yang memenuhi rumah di luar kamarnya. Anton mendengarkan dengan seksama...eh dengan telinga... sampai sebuah teriakan membuatnya terlonjak.
Ternyata itu bukanlah teriakan biasa.
"ANTOOOOOOONNNN!!! BANGUUUNNN!!!"
Tanpa memeriksa siapa yang memecahkan keheningan (tidak hening sih~) pagi itu dengan suara lengkingan yang menggelegar, Anton sudah tahu sapa yang sekarang sedang berdiri di depan pintu. Kakaknya, Danika. Anton terkadang bosan dengan tingkah kakaknya itu yang serba ibut, terutama ketika sedang berebut jatah menonton TV. Tetapi, jika yang ini didiamkan saja, berarti petaka. "Bisa-bisa kaca jendela pecah", pikir Anton. Namun, dia tidak segera membuka pintu. Dibiarkan saja sang kakak mengetok-ngetok pintu dengan sedikit kesal, dan pergilah ia ke kamar mandi untuk gosok gigi dan melakukan penyegaran pagi hari lainnya.
16 menit 32 detik kemudian...
Sudah selesai dengan segala urusan pagi hari, Anton berjalan keluar pintu dengan menahan tawa, membayangkan kakaknya yang sedari tadi mengetok pintu sembari memanggil Anton di depan kamarnya (nggak bosen apa..?). Sembari membayangkan hari yang indah menyongsong di depan matanya, Anton menghirup udara yang dikeringkan oleh pendingin ruangan di kamarnya, dan membuka pintu. Anton masih sedikit menampakkan wajah tertawa ketika membuka pintu kamarnya, saat dia menyadari bahwa keisengannya mungkin baru saja menghancurkan hari indahnya. Anton baru sadar bahwa ada 2 orang di rumah ini yang memiliki lengkingan serupa.
"Nah, sudah selesai ritualnya, Anton. Sekarang ke bawah dan ikut beres-beres, keluarga pak Akbar akan datang sore nanti. Cepat!"
Sembari berbicara, ibu Anton menarik tangan Anton untuk menyuruhnya ke lantai bawah.
~bersambung
(:g)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar