Rabu, 29 Februari 2012

Article#40 - Selamat Datang Kembali, Kabisat!

Tercetusnya ide untuk mengetik tulisan mengenai hal ini sendiri dimulai sejak beberapa hari yang lalu, ketika saya sedang meneliti buku catatan saya yang berantakan itu. (Tidak tahu yang mana? Yah, makin sedikit yang kau tahu, makin baik). Saat mengamati tanggal-tanggal yang saya goreskan di tiap lembaran kertas, saya menyadari bahwa tahun saat ini adalah tahun 2012. Dan apa artinya itu bang? Kiamat? Bukan itu lah yang akan saya ceritakan disini. Tahun 2012 berarti, tahun kabisat. Yap, tahun yang sudah dinanti-nanti (terutama oleh mereka yang lahir pada tanggal 'istimewa' tersebut) sejak 4 tahun yang lalu. Dan hari ini, 29 Februari 2012, adalah tanggal istimewa tersebut.

Mungkin tidak semua dari kalian segera menyadarinya, tapi saya disini akan mengajak kalian berpikir sejenak. Mengapa tanggal kabisat yang hanya ada sekali tiap 4 tahun ini harus ditempatkan di ujung bulan Februari, yang notabene adalah bulan kedua? Mengapa tidak ditempatkan di akhir tahun saja, sebagai 32 Desember, misalkan?  Mengapa harus ditempatkan sedikit di tengah-tengah tahun seperti itu?

Pendapat terkuat mengatakan bahwa dahulu, saat sistem kalender yang sekarang umum kita pakai ini pertama kali dibuat, Februari memang ditempatkan di akhir bulan. Dan, bulan pertama adalah bulan Maret, yang menyebabkan urutan bulan saat itu menjadi seperti ini:
  1. Maret/Martius (diambil dari nama dewa perang Romawi, Mars)
  2. April/Aprilius (diambil dari kata Latin, aperire, yang artinya 'membuka')
  3. Mei/Maius (diambil dari nama dewi pertumbuhan Romawi, Maia)
  4. Juni/Junius (diambil dari nama dewi Romawi, Juno)
  5. Juli/Julius/Quintilius (nama aslinya diambil dari kata Latin quinque, lima; Caesar Julius mengganti nama bulan tersebut sesuai namanya sendiri)
  6. Agustus/Augustus/Sextilius (nama aslinya diambil dari kata Latin sex, enam; Caesar Augustus mengikuti jejak pamannya Julius dengan menamai nama bulan dari namanya)
  7. September/Septembris (nama aslinya diambil dari kata Latin septem, tujuh)
  8. Oktober/Octobris (nama aslinya diambil dari kata Latin octo, delapan)
  9. November/Novembris (nama aslinya diambil dari kata Latin novem, sembilan)
  10. December/Decembris (nama aslinya diambil dari kata Latin decem, sepuluh)
  11. Januari/Januarius (diambil dari nama dewa penjaga pintu gerbang Olympus, Janus)
  12. Februari/Februarius (diambil dari nama dewa pemurnian Romawi, Februus)
Nah, kalau begitu, masalah mengapa tanggal tambahan dalam tahun kabisat ditempatkan di akhir bulan Februari sudah jelas. Dan, urutan ini juga menjelaskan dengan baik anomali dari nama-nama bulan September, Oktober, November dan Desember. Tidak perlu penulis jelaskan lagi, baca saja diatas.

Sekarang sedikit berbeda topiknya. Pada awalnya, dikatakan bahwa tahun baru digelar tiap 1 Maret (sumber lain menyebutkan 21 Maret yang dikenal sebagai vernal equinox, sebuah hari di musim semi–menurut penduduk belahan bumi utara–dimana panjang siang dan malam masing-masingnya hampir sama). Namun pada tahun 46 SM, kaisar Romawi, Julius, menetapkan bahwa tahun baru 'dipindahkan' ke tanggal 1 Januari. Alasannya? Menurut sumber terkait, karena pada tanggal tersebut musim dingin sedang mencapai puncaknya, sehingga para pejabat (senat) cenderung lebih mudah untuk berkumpul dan memilih konsul. Selain memindahkan tanggal awal tahun, Julius juga mengganti nama bulan Quintilius menjadi namanya sendiri, Julius.

Tindakannya ini kemudian diikuti penggantinya yang juga adalah keponakannya, Augustus. Untungnya, penerus Augustus tidak melakukannya lagi. Kalau sang penerus juga ikut-ikutan, mungkin mana bulan yang kita kenal saat ini semuanya akan menjadi nama-nama kaisar Romawi. Jangan deh.

Nasib kalender Julian (sebagai penghormatan kepada kaisar Julius yang menetapkan sistem penanggalan tersebut) tetap lestari hingga direvisi pada Konsili Nicea tahun 325 M, akibat kondisi vernal equinox yang berpindah dari tanggal 21 Maret. Pada tahun 1582, kejadian yang sama terulang lagi, akibat perbedaan rentang waktu tahun Julian (365,25 hari) dengan tahun normal/tropik (365,242199 hari) sebesar 0,0078 hari per tahun. Ketika selisih ini diakumulasikan untuk jangka waktu ratusan hingga ribuan tahun, perbedaannya dapat terakumulasi menjadi beberapa hari. Pada tahun 1582, vernal equinox terjadi pada 11 Maret alih-alih 21 Maret, sehingga perayaan Paskah (yang bergantung pada vernal equinox) maju melampaui 21 Maret sendiri.

Melihat hal ini, pihak Gereja Katolik pun berunding dan memutuskan melalui Paus Gregorius XIII, bahwa hari Kamis, 4 Oktober 1582 diikuti dengan hari Jumat, 15 Oktober 1582. Adanya penghilangan 10 hari bertujuan untuk 'mengembalikan' kalender dengan acuan pada vernal equinox tadi. Dan, selain pemotongan 10 hari tadi, ditambahkan kriteria tahun kabisat (untuk tahun abad, harus habis dibagi 400) yang kemudian memformulasikan sistem penanggalan baru hasil modifikasi kalender Julian, yaitu kalender Gregorian. Sebagai hasil dari penambahan kriteria tahun kabisat tersebut, panjang tahun kalender rata-rata Gregorian pun menjadi 365,2425 hari, jauh lebih akurat dari kalender Julian dengan selisih hanya 0,0003 hari dibandingkan tahun tropik. Meskipun selisih ini akan terakumulasi menjadi 3 hari dalam jangka waktu 10000 tahun, hingga saat ini watunya belum cukup lama untuk membuat selisih tersebut tampak nyata.

Namun, karena peraturan ini dikeluarkan Gereja Katolik, tidak semua negara segera mematuhi aturan tersebut. Negara-negara Eropa, terutama yang beragama mayoritas Kristen Protestan atau Ortodoks, tidak segera mengikuti aturan ini, bahkan sebagian mereka menentangnya. Inggris sendiri baru menerapkan sistem Gregorian pada tahun 1752, dan Rusia baru menerapkannya pada 1918. Bahkan, hingga saat ini, beberapa gereja Ortodoks masih menggunakan sistem kalender Julian.

Indonesia sendiri mulai menggunakan kalender Gregorian sejak tahun 1910, sejak pemerintah Belanda menerapkan kebijakan Wet Op Het Nederlandsch Onderdaanschap, yang bertujuan menyelaraskan semua hukum yang berlaku di wilayah jajahan Belanda saat itu.

Meskipun sistem kalender berubah, tahun 2012 tetap menjadi tahun kabisat, dengan hari tambahan pada 29 Februari. Karena tetap saja tahun kabisat hanya ada 4 tahun sekali, tidak setiap tahun, maka akan kembali saya ucapkan, selamat datang kembali, kabisat! (:g)
Lanjutkan baca »

Selasa, 28 Februari 2012

Article#39 - Quote for Today

"Iedere expert is als amateur begonnen – Semua ahli memulai sebagai amatir"
~dikutip dari sebuah buku, pada 28 Februari 2012



Lanjutkan baca »

Kamis, 23 Februari 2012

Article#38 - Ketika Pak Guru Jono Marah

Siang itu, kelas 5E di SD Suka Ramai amat gaduh. Puluhan siswa bermain melempar kertas yang membuat kertas beterbangan di dalam kelas, dan para siswi hanya menjerit dan mengomeli para siswa ketika mereka ditabrak oleh pesawat kertas, atau salah satu siswa. Semua kegaduhan yang seru itu terus berlangsung.... hingga Pak Jono, guru yang terkenal galak itu, datang mendatangi mereka. Hanya butuh satu teriakan untuk menghentikan kegaduhan dalam kelas yang tampak seolah tak bisa dihentikan dengan cara apapun itu.
"Berhenti kalian semuanya..!!!!", teria Pak Jono dengan suaranya yang terkenal menggelegar itu. Tanpa disuruh lagi, semua murid bergegas kembali ke tempat duduknya masing-masing.
"Kalian ini tidak tahu malu ya! Ribut sekali, kalian kira sekolah ini tempat bermain? BUKAN!"..
Pak Jono terus mengomeli anak-anak sekelas untuk 20 menit berikutnya...
"...makanya, kalian ini benar-benar tidak tahu diri sih. Yang merasa dirinya memalukan, berdiri sekarang juga!"
Tidak ada satupun siswa atau siswi yang berdiri. Melihat itu, amarah Pak Jono pun mendidih.
"KALIAN INI TIDAK SADAR DIRI YA!" teriaknya sembari menggebrak meja. "Suara ribut kalian terdengar ke seluruh penjuru sekolah, dan kalian merasa itu bukan masalah. Sekali lagi, yang merasa dirinya memalukan, berdiri sekarang juga!!"
Lama sunyi menghinggapi kelas, hingga Harto sang ketua kelas pun beranjak dari kursinya dan berdiri. Pak Jono pun mendatanginya dengan berkacak pinggang.
"Jadi.. Kamu merasa dirimu memalukan, Harto?"
Harto dengan gugup menjawab, "Bukan pak! Bukan karena itu saya berdiri."
Pak Jono pun dibuat tambah kesal, "JADI MERASA HEBAT DENGAN MENANTANG SAYA SEPERTI ITU, HAH??!"
Dengan suara lebih gugup, Harto berujar,
"Bukan itu pak. Tapi.... saya tidak enak melihat Bapak berdiri sendirian."
Pak Jono hanya bisa terdiam mematung.
(:g)
Lanjutkan baca »

Senin, 20 Februari 2012

Article#37 - Pertobatan Seorang Pengusaha

Seorang pengusaha yang sukses suatu saat merasa ia sudah terlalu lama hidup di dunia. Ia kemudian mendatangi seorang ustadz untuk meminta nasihat supaya ia bisa masuk surga.
Pengusaha: Pak ustadz, saya sudah hidup lama. Saya juga sudah menyukseskan usaha-usaha saya. Apakah saya akan bisa masuk surga?
Ustadz: Tidak, tidak bisa.
Pengusaha: Apa?! Ng, kalau begitu pak ustadz, saya akan memberhentikan karyawan saya yang korupsi dan melaporkannya ke polisi. Apa itu sudah cukup untuk membuat saya bisa masuk surga?
Ustadz: Masih tidak.
Pengusaha: Kalau begitu, saya akan memastikan separuh keuntungan perusahaan saya digunakan untuk membangun sekolah dan membantu orang yang kurang mampu. Apakah dengan itu saya jadi bisa masuk surga?
Ustadz, Sayangnya, tidak.
Pengusaha: Begitukah? Berarti saya akan berhenti memonopoli pasar, berhenti menjelekkan pesaing saya, berhenti menjegal langkah perusahaan pesaing saya. Dengan semua itu, apakah saya sudah bisa masuk surga?
Ustadz: Tidak.
Pengusaha: APAA...??! Lalu... APA YANG HARUS SAYA LAKUKAN UNTUK MASUK SURGA PAAAK...?
Ustadz: (menepuk pundak sang pengusaha) Bapak kalau mau masuk surga, Bapak harus meninggal terlebih dahulu. Oke?
(:g)
Lanjutkan baca »

Minggu, 19 Februari 2012

Article#36 - Akibat 'Ngenet' Malam..?

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.45 malam ketika saya mulai mengetikkan kata-kata di artikel yang, entah kalian baca atau tidak, sedang saya rancang ini. Ditemani semilir angin malam, lagu-lagu galau yang setia menemani, dan kecemasan akan datangnya para 'penindak hukum' yang tidak akan segan-segan untuk merusak keceriaan kita semua. Itu jika kau mengerti maksud saya. Tapi, yah sudahlah, saya memang tak mengharapkanmu untuk berhenti dan mencerna maksud kalimat saya barusan. (Mungkin) masih banyak yang bisa kau baca di bawah.

Sekitar 20 menit yang lalu, seorang kawan meminjam laptop yang saya gunakan. Sementara ia meminjam, lagu-lagu galau yang tadi saya setel masih terus mengalun, dan sementara saya menunggu, alunan lagu ikut menghanyutkan saya dalam merenungi makna di balik liriknya yang dalam, suara vokal yang cukup mendukung, dan instrumen musik sederhana yang membuat 'kegalauan' lagu-lagu tersebut benar-benar terasa, meskipun, yah, nggak galau-galau amat. Yang paling galau jelas liriknya, dan karena liriklah bagian dari sebuah lagu yang paling sering diperhatikan dan paling mudah untuk dibicarakan, liriklah yang (mungkin) akan banyak saya bahas selanjutnya di artikel ini.

Telinga saya yang terus beraksi membuat otak saya sedikit terusik akan liriknya. Benar-benar galau semua. Satu lagu bahasannya tentang seseorang yang mau pergi jauh. Yang lain... tentang janji yang bertahan lama. Ada juga tentang kerinduan yang mendalam. Ada pula yang membahas seseorang yang mengenang kenalannya yang lebih dahulu berpulang. Pokoknya.... galau semua dah. Bisa-bisa saya jadi manusia yang supergalau kalau semua lirik itu saya internalisasikan dengan sebenar-benarnya internalisasi. Jangan deh. Cukup jadi bocah biasa saja.

Akhirnya, alih-alih menggalau, saya memutuskan: merenung sajalah. Toh lebih bermanfaat. Apalagi siapa juga yang mau repot-repot mampir ke blog ini hanya untuk memandangi berbagai curcolan? (segitunyakah?) Iya kan? Yang setuju angkat piring.... wah nggak ada piring ya ternyata. Okelah, lupakan soal piring. Yang jelas, mari mulai merenung.

Sebenarnya, kawan, jika kalian merenung sedikit, akan kalian dapati banyak sekali ragam kekecewaan yang tergambar dalam berbagai lirik lagu dengan kadar kegalauan mendekati jenuh (baca: supergalau). dari yang paling klasik, macam cinta ditolak atau diacuhkan (sejenis itulah pokokya....), hingga yang paling dramatik macam kehilangan orang yang disayangi (walaupun yang ini sedikit klasik nan nyentrik juga sih..). Yang pada akhirnya berhsail saya intisarikan dari berbagai kegalauan dan kesedihan itu adalah:
1. Selalu bersiaplah untuk kecewa
Ini bukan untuk mengajarkan menjadi pesimis dengan hanya kecewa dan kecewa, namun yang dimaksud disini adalah bersiap untuk segala macam kemungkinan yang bisa terjadi, dari yang paling baik hingga yang paling buruk. Untuk contoh yang mudah saja, misalkan kau sedang bersiap mengikuti tes masuk universitas (yang selalu jadi bahan kegalauan para siswa-siswi kelas 12 tiap tahun). Disana selalu ada berbagai kemungkinan: lulus dengan beasiswa penuh, lulus dengan beasiswa sebagian, lulus tanpa beasiswa, atau, yang paling dicemaskan, tidak lulus. Bersiap dengan segala kemungkinan bukan berarti hanya duduk diam dan menyerah, karena itu namanya bukan bersiap dengan segala kemungkinan (walaupun sang pelaku berkilah "Kan bersiap, daripada ikut tes tapi nggak lulus, ya lebih baik nggak ikut tes"), tetapi itu namanya menghindari segala kemungkinan. Istilah lainnya, kalah sebelum bertanding. Sebenarnya, saya pernah memasang sebuah kutipan berkaitan masalah ini yang bisa kalian buka melalui tautan berikut. Dan, kawan, menurut saya inilah bentuk kegagalan yang paling parah, karena ketika kau gagal setelah mencoba, maka kau masih mendapat bekal tambahan berupa pengalaman, sementara ketika kau memutuskan untuk tidak pernah mencoba, kau tidak hanya kehilangan kesempatan untuk mendapatkan sesuatu, namun juga hanya akan menghabiskan waktu dalam kesia-siaan belaka. Bukankah waktu yang paling tak berguna adalah waktu yang tersia-sia? Karenanya, saya harap waktu yang saya habiskan untuk mengetikkan artikel ini tidak sia-sia dan bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Kembali lagi ke topik, tentu, sangat normal bagi seseorang untuk mengalami kekecewaan ketika ia gagal meraih apa yang ia begitu dambakan dan yang telah ia perjuangkan sekuat jiwa dan raga. Contoh lagi deh, misalkan seseorang tidak diterima di universitas impiannya, ketika id kecewa dan sedih, itu sangat manusiawi. Banyak orang lain juga akan merasakn hal yang sama ketika hal semacam itu terjadi. Yah, dengan pengecualian sekelompok orang aneh yang dengan mudahnya menertawakan nilainya sendiri yang jelek. Tetapi, ingatlah, itu bukan satu-satunya jalan. Meskipun zaman dahulu orang berkata 'Banyak jalan menuju Roma', namun karena saya yakin tidak semua orang ingin pergi ke Roma, akan saya otak-otak sedikit jadi 'Banyak jalan menuju sukses'. Yap, banyak sekali jalan yang tersedia menuju kesuksesan., dan hampir seluruhnya–saya tak berani menjamin secara keseluruhan–berhiaskan kegagalan dan kegagalan. Pada faktanya, kegagalanlah yang justru menjadi batu loncatan bagi orang-orang yang sukses. Mereka bisa sukses karena mereka mau berpikir tenang, dan menyusun batu bata kegagalan menjadi sebuah jembatan alih-alih sebuah tembok besar.

Namun, rupanya jauh lebih banyak rekan kita yang terbenam dalam kegagalannya. Ketika ia gagal mendapatkan suatu hal yang begitu inginkan, tanpa sadar ia mendoktrin dirinya sendiri. "Aku telah gagal, dan tak akan bisa bangkit kembali", dan sekumpulan kalimat bernada pesimis lainnya telah terbukti memberikan kontribusi efek Placebo yang tak main-main sepanjang catatan sejarah dunia. Perlu saya sebutkan satu persatu? Ah, tak usah ya, saya yakin kalian cukup cerdas untuk tidak bergantung pada satu sumber belaka.

Bersiap untuk kecewa memang baik, namun biasanya tak akan banyak berhasil jika ketika kegagalan itu terjadi, kalian tidak melakukan hal yang kemudian saya nominasikan sebagai intisari berikutnya, yaitu:
2. Mengingat apa yang masih kau miliki, bukan mengingat apa yang telah hilang darimu.
Yang ini memang cukup sulit, saya akui itu. Ketika seseorang gagal atau kehilangan sesuatu, emosinyalah yang banyak berperan dalam menentukan tingkah lakunya, seperti apakah ia akan menggebrak meja, memaki-maki atau mengguyur tanaman dengan es kelapa. Emosi menyuruh diri kita untuk mengingat hal yang telah hilang dari diri, sementara mengingat yang telah hilang seringkali hanya akan mempertajam cakar kendali emosi dalam kondisi seperti itu. Memang sulit, namun pada kondisi semacam itu cobalah berpikir dengan tenang: banyak orang yang kehilangan lebih banyak daripada yang kau alami, namun mereka mampu bangkit. Kalau begitu, kenapa kau haru terpuruk dan menyesali kehilangan? Mungkin memang penyesalan datang di akhir, namun percayalah, terus-menerus menyesal dan meratapi kehilangan tak akan membuat yang kita ratapi kembali. Daripada terus memikirkan kehilangan yang kau alami, mulailah berpikir, apa yang masih kau miliki, dan bagaimana dengan pelaaran dari kegagalan atau kehilangan sebelumnya akan membuatmu lebih bijak dalam mengatur strategi meraih kesuksesan.

Wah, jadinya nyambung kmana-mana, ya. Memang sebenarnya banyak hal di dunia ini yang berkaitan, namun tak semua orang mampu membaca kaitannya.
Terakhir di artikel ini, ingatlah, jangan pernah takut untuk gagal. Kegagalan adalah mahkota yang tercerai berai, yang jika disusun dengan tepat akan membentuk sebuah bunga kesuksesan. Karena hanya dengan kegagalanlah manusia akan rela untuk berjuang.
Meskipun tidak semua manusia bersedia membayar pengorbanannya.
Sebagian besar menolak dan bersembunyi darinya.
Apa kau mau menolak kegagalan untuk kemudian menyadari kau terbelit kegagalan yang lebih besar?
Ataukah kau ingin kegagalan itu hanya sebagai bumbu penyedap bagi sebuah cerita indah kesuksesan?
Kaulah yang memutuskan. Karena hidup itu sesungguhnya pilihan.

~wah makin ngantuk aja. Semilir angin makin meredupkan mata yang ingin terus memberi pengarahan, dan tangan ini yang mulai melambat kecepatan mengetiknya. Rupanya setelah prolog, liriknya nyaris tak terbahas lagi. Walaupun musik yang sama masih terus mengalun. Tapi semua tanda-tanda ini telah jelas.
Sudah waktunya.
(:g)
Lanjutkan baca »

Sabtu, 18 Februari 2012

Article#35 - Quote for Today

"Kejahatan ada bukanlah karena tiadanya Tuhan, tetapi karena lenyapnya Tuhan dari hati manusia."
~dikutip dari sumber anonim, antara 2010-2011

Lanjutkan baca »

Senin, 06 Februari 2012

Article#34 - Just read...Part.6

Cerita sebelumnya: Suara hiruk-pikuk yang sebelumnya bergaung di seluru penjuru rumah, kini berganti sayup-sayup sepi yang diselingi bunyi jangkrik atau bunyi dari permainan di komputer Anton. Mengantuk, Anton memutuskan untuk tidur, untuk memulai hari baru yang berbeda, tanpa pernah menyadari kalau hari esok tak akan pernah sama lagi.

-di suatu tempat yang jauh, serangkaian kegagalan teknis baru saja mengubah takdir bagi jutaanorang di seluurh dunia tanpa mereka sadari..-
"TENKAZ NÅMBRÉ FINEVTHENAS IFS KEALNÉRIN!!", teriak seorang teknisi. Tangki nomor lima belas bocor. Dari tangki penyimpanan yang bocor itu, berliter-liter organisme renik yang sanak saudaranya telah mengontaminasi hidup berjuta-juta orang sebelumnya keluar dan terbawa ke pekatnya langit malam, mencari inang baru mereka yang akan bernasib sama sebagaimana orang-orang yang sebelumnya telah terkontaminasi.
Perbaikan dan penyumbatan kebocoran berhasil dilaksanakan dalam waktu dua puluh menit, namun hanya sang teknisi yang sadar berapa banyak organisme renik yang telah lepas bersamaan dengan bocornya tangki tersebut. Perlahan namun pasti, jutaan orang lain akan mulai merasakan dampaknya. Dan, tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk menghentikannya.

~bersambung

(:g)
Lanjutkan baca »
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...