Minggu, 26 Agustus 2012

Article#84 - Kutipan Hari Ini

"Hidup tak boleh sederhana. Harus luas, bermanfaat, penuh inisiatif, bersemangat. Sikap kitalah yang harus selalu sederhana."
~dikutip dari kicauan akun twitter Good News From Indonesia oleh penulis pada 23 Agustus 2012, 20:56 (UT+7)


Lanjutkan baca »

Kamis, 23 Agustus 2012

Article#83 - Dan Setahun Telah Berlalu....

Yah, dan waktu serasa berputar kembali ke saat-saat itu.
Dengan ketidaktahuan akan cerita yang telah lewat setahun kedepan,
Dan kesiapan yang asal dalam menghadapi segalanya....

Tsaah. Apa-apaan ini. Kenapa saya ngelantur layaknya bocah galau yang baru tersedak ketika minum limau? Sudah sudah, lupakan saja semua yang ada di atas dan benamkan memori akan itu semua dalam lanau.. (lah..?)

Oke, saya sendiri juga bingung mau nulis apa. Tapi sebelum semuanya terlambat (eh..), saya beritakan satu hal saja:
Hari ini, tepat setahun blog gila ini dipublikasikan ke dunia maya.
Itu artinya, sudah setahun blog gila ini memberikan hasil ekstraksi perdebatan sengit tanpa akhir yang sering berlangsung dalam benak saya, entah mengenai sesuatu yang membutuhkan perenungan dan pemikiran, hingga sesuatu yang membutuhkan ketiadaan perenungan dan pemikiran.

Tadinya saya mau merangkai selembar kata-kata puitis, tapi setelah rekan saya si Hamzah masang artikel serupa (baru kemaren pula), saya urungkan niat itu, ntar disangka plagiat.

Jadi sudahlah, saya minta doanya saja supaya blog yang aneh dan tidak jelas ini bisa terus menyalurkan karya penulisnya, entah aneh atau tidak jelas, entah mendidik atau menyesatkan, entah menyampah atau justru terlalu lambat apdetannya. Dan semoga artikel (terlepas dari secara definisi bahasa apakah layak disebut artikel atau tidak), yang saya keluarkan disini dapat menjadi pencerahan sekaligus cerminan bagi diri kita semua.
Mari menuju tahun kedua dengan semangat baru, warna baru, pujaan hati baru (eh), dan sikat gigi baru... (lah)
(:g)

(kalau mau lihat artikel pertama pada Selasa, 23 Agustus 2011, 13:49 (UT+7), bisa dilihat disini. Yah, meskipun telat 2 jam, tapi tak masalah lah)
Lanjutkan baca »

Article#82 - 7000 pengunjung...

....Waktu telah banyak berlalu, dan akhirnyapun musim libur Lebaran yang seolah datang terlalu cepat kembali mendatangi kita semua, warga Indonesia yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung dan memelihara burung (lah...). Dan seperti yang sudah-sudah, tampak nyata efek liburan bagi pertumbuhan jumlah pengunjung blog gila ini. Hanya dalam 25 hari sejak tercapainya angka 6000 pengunjung pada 29 Juli lalu, kini pada 23 Agustus 2012, 04:20 WIB, 'akhirnya' angka pengunjung tercapai juga. Dan momen ini tercapai pada saat yang cukup istimewa, karena hari ini adalah... ah, sudahlah. Nantikan saja artikel kecil berikutnya, yang akan diluncurkan siang ini.
Artikel kecil tersebut akan ditayangkan hari ini juga, tetapi masih ada 18 jam 49 menit tersisa untuk hari ini, jadi bersabar sajalah...
Lanjutkan baca »

Senin, 20 Agustus 2012

Article#81 - Sejenis Pemberontakan Pikiran: Padamu Negeri

Saya tak tahu harus mulai dari mana.
Nah, namanya saja pemberontakan pikiran, masing-masing dari pikiran saya berebut ingin ditumpahkan ke cangkir blog yang senantiasa mengepulkan asap ide-ide yang terkadang setengah jadi ini. Sampai saya tersadar, blog saya bukanlah cangkir. Duh. Sayang sekali yah, padahal kalau blog saya ini berupa sebuah cangkir, kalau saya mau ngetik artikel baru dan kehausan tinggal seruput teh di blog ya.. Eh iya puasa. Lupa.

Sudahlah, sekarang bahas yang akan dibicarakan.
Mungkin sebagian dari kalian para pembaca mengetahui bahwa 10 Agustus kemarin dideklarasikan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Di Bandung, pada hari tersebut, mantan Presiden Republik Indonesia ke-3, Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, membacakan pidatonya yang berjudul Reaktualisasi Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Membangun Kemandirian Bangsa. Isinya kurang lebih membicarakan bagaimana sebenarnya bangsa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas baik, kira-kira setara dengan punyanya negara maju. Akan tetapi..... selanjutnya baca saja sendiri naskahnya di tautan terkait.

Ketika membaca judulnya, saya sendiri merasa sedikit terketuk. Apalagi ketika saya membaca naskah pidatonya, tersirat seolah ada pesan yang beliau tujukan untuk generasi muda Indonesia: Apa yang telah kalian persembahkan bagi bangsa Indonesia ini? Kalian pastilah tak asing dengan cerita bagaimana generasi pejuang Indonesia di masa-masa penjajahan berjuang mengusir penjajah dari sekujur wilayah negeri, bagaimana generasi intelektual Indonesia di abad ke-20 merancang strategi demi melepaskan Indonesia dari belenggu penjajahan, dan bagaimana generasi pascaproklamasi berusaha sekuat tenaga dan upaya mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih dengan sebaik-baiknya.

Namun kemudian, kini muncul berbagai pertanyaan besar yang mungkin hanya sedikit orang mau meluangkan waktu merenungkannya. Harus kita apakan negeri ini setelah kemerdekaanya? Apakah cukup sebagaimana saat ini saja? Kalau tidak, lantas harus seperti apa? Apakah kita bahkan sudah benar-benar merdeka? Negara kita mungkin telah merdeka dari belenggu penjajahan fisik<, tetapi sepertinya Indonesia masih terjajah begitu dalam di ranah mentalitas dan berbagai hal lainnya di balik layar.

Biasanya, ketika mendapati ada sesuatu yang tak berjalan sebagaimana mestinya, orang lantas akan bertanya: Apa ada yang salah? Maka untuk kasus ini, saya mencoba bertanya, apakah yang salah dengan negeri ini? Mungkinkah sumber daya Indonesia kurang? Fakta menyatakan, tidak.

Sumber daya alam? Rasanya tak perlu diperdebatkan lagi. Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu terkenal akan sumber daya alamnya yang luar biasa, baik dari sisi keanekaragaman hayati yang tak terkira, hasil tani dan hasil laut yang melimpah (yang membuat bangsa Barat rela berebut kekuasaan dan pengaruh demi melanggengkan hegemoni pencetak uang mereka), hasil tambang yang melimpah seolah tiada habisnya, sudah jelas untuk segi ketersediaan sumber daya alam, Indonesia tak perlu mempermasalahkan apapun.

Modal? Hah, jangan salah. Mungkin Indonesia dengan pendapatan per kapita 'hanya' $4.700, masih kalah dengan negara-negara tetangga yang rata-rata pendapatan perkapitanya diatas $5.000, tetapi nyatanya di Jakarta, kemacetan jalanan oleh mobil-mobil pribadi menghiasi hampir setiap hari. Pusat-pusat perbelanjaan selalu ramai disesaki pengunjung. Dan seperti yang terlihat di sekitar momen Idul Fitri seperti saat ini, jutaan orang kelas menengah berduyun-duyun memenuhi jalan raya, gerbong kereta, kabin kapal dan pesawat, semua demi mengunjungi sanak keluarga di kampung halaman. Bahkan, saking 'murah hatinya' warga Indonesia dalam membelanjakan uang mereka, investor asing berduyun-duyun mampir dan menanamkan modalnya di negeri ini, yang kini pertumbuhan ekonominya terus melejit di tengah kemelut ekonomi Barat. Perlu bukti lagi? Tak perlu, saya rasa.

Sumber daya manusia? Mungkin Indonesia memiliki banyak orang yang terkesan begitu mudah dikibuli dan dikompori, tetapi sudah jelas bahwa sumber daya manusia Indonesia tak bisa diremehkan. Dari berbagai prestasi yang diukir di mana-mana, hingga berbagai inovasi kreatif dari putra-putri bangsa, apa kalian masih meragukan potensi sumber daya manusia Indonesia?

Sungguhpun demikian, semua tadi memang hanya potensi semata. Potensi sebesar apapun, yang dimanfaatkan dalam cara dan tuan yang salah, hanya akan tersia-sia. Kita tak bisa menutup mata dari kenyataan bahwa, meskipun Indonesia memiliki cadangan sumber daya alam yang melimpah, banyak diantara mereka justru lebih banyak menguntungkan warga bangsa lain. Berton-ton logam mulia dan berliter-liter minyak dieksploitasi oleh negara yang lain, yang kemudian menjualnya ke Indonesia seolah mengejek kebodohan kita. Kemudian, sudah jelas pula bahwa uang yang keluar dari kocek-kocek masyarakat Indonesia terbang menuju kantong pengusaha asing, yang terus menanamkan cengkeramannya pada celah-celah ekonomi Indonesia yang masyarakat intelektual Indonesia lupa mengisinya. Dan juga, sudahlah jelas bahwa selain intelektual muda Indonesia diboyong perusahaan asing untuk memperkaya diri mereka, generasi muda Indonesia diracuni dengan ideologi dan doktrin-doktrin yang merusak tatanan nilai moral dan mental mereka.

Yah, pada akhirnya, tak akan pernah berakhir jika yang kita lakukan hanya mencari-cari kesalahan. Buang-buang energi belaka. Lebih baik manfaatkan upaya kita untuk memperbaiki Indonesia yang masih sedikit merana ini, menjadi Indonesia yang sukses dan gemilang di masa depan. Saya berbicara disini bukan mewakili generasi muda Indonesia (siapa pulalah saya ini), saya hanya ingin mengaspirasikan suara pikiran saya, bahwa masih belum terlambat bagi kita untuk membangun kejayaan bangsa Indonesia, tetapi jika kita tidak bersegera membangunnya, impian hanyalah impian belaka.

Akhir kata, mari manfaatkan momentum dua kemenangan yang baru terjadi hingga 3 hari kebelakang, hari proklamasi RI yang menandai terbebasnya Indonesia dari kerasnya penjajahan, dan Idul Fitri yang menandai klimaks dari sebuah perang terbesar, perang melawan hawa nafsu. Mari mulai meluangkan tenaga, harta, waktu dan pikiran kita untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Tenaga yang digunakan untuk mempersatukan bangsa dan menyamakan cita-cita lebih berguna daripada tenaga yang digunakan untuk kuat-kuatan adu pengaruh dan menebar bibit perpecahan. Harta yang disumbangkan demi mendanai proyek pembangunan bangsa lebih berkah daripda harta yang dibelanjakan untuk sekadar hura-hura dan menyenangkan nafsu belaka. Waktu dan pikiran yang diluangkan untuk memberikan kontribusi atas kesuksesan bangsa jauh lebih bermakna daripada waktu dan pikiran yang tersia untuk sekadar balada remaja yang tiada guna.

(Saya baru ingat satu paragraf ini tertinggal, sehingga akan saya tuliskan disini. Maaf atas keterlambatannya para pembaca..)
Sungguhpun demikian, jangan pernah lupa kata pepatah, Setinggi-tingginya kau menatap langit, jangan lupakan bumi tempatmu berpijak (sepertinya versi aslinya sedikit berbeda). Yang saya coba tafsirkan dengan cara lain,"Buat apa bermimpi jauh-jauh jika yang di dekatmu saja kau abaikan". Saya berani-beraninya berkoar diatas dengan gaya layaknya motivator sampah untuk bangsa, tetapi apa artinya koar itu jika ketika saya mengaku sebagai 'motivator sampah', pada kenyataannya saya hanyalah 'sampah' bagi bangsa. Yang cuma bisa protes, tanpa pernah merenungkan. Yang cuma bisa bikin orangtua susah. Yang alih-alih mencoba mensukseskan Indonesia, justru tanpa sadar malah meruntuhkannya dari dalam.
Yah, memang tidak ada warga Indonesia yang 'tak layak' berpikir demi negerinya. Tetapi, seperti kata pepatah "Berpikir global, bertindak lokal", sebuah cita-cita yang besar harus dimulai dengan tindakan kecil yang membangun. Jangan hanya mengoceh dan kemudian hanya diam menyaksikan semuanya. Almarhum Stephen Covey sang penulis populer dalam bukunya 7 Habits of Highly Effective People juga mengatakan, Begin with the end in mind. Dengan penekanan yang saya taruh di kata pertama, Mulailah bertindak dengan membayangkan hasil akhirnya. Memang sebuah tangga tersusun dari undakan-undakan kecil, namun jika disusun dengan baik toh ia akan menjadi sebuah tangga yang besar kan? Jadi jangan takut, bahkan seekor cecunguk boleh bermimpi muluk-muluk. Seorang keroco boleh berpikir ngaco. Yang penting adalah kita mau memulai, dan mampu menahan diri dari tuduhan yang senang menjatuhkan.

Dimulai dari diri sendiri, mari berbenah menuju diri yang lebih baik, keluarga yang lebih baik, ikatan persaudaraan yang lebih baik, komunitas yang lebih baik, negeri yang lebih baik, dan dunia yang lebih baik.

"Selalu ada jalan menuju kesuksesan, tetapi tak semua orang cukup terbuka untuk melihatnya."

MERDEKA!

(ditulis di tengah hembusan angin malam yang membekukan tulang, oleh seorang keroco yang mengira dalam impiannya ia bisa mengubah semuanya)
(:g)
Lanjutkan baca »

Minggu, 12 Agustus 2012

Article#80 - Kutipan Hari Ini

"An ounce of practice is worth more than tons of preaching—Sekelumit praktek lebih berharga daripada setumpuk teori"

~dikutip dan diterjemahkan secara asal dari Mahatma Gandhi oleh penulis pada 12 Agustus 2012, 23:27 (UT+7)


Lanjutkan baca »

Rabu, 08 Agustus 2012

Article#79 - Tom and Jerry: The Cat Concerto (1947)

Ini mungkin satu-satunya laman blog yang dihadiahkan untuk sebuah video semata. Yah, video yang satu ini sudah sangat melegenda sepanjang sejarah pertelevisian dunia. Siapa sih yang tak kenal Tom and Jerry? Salah satu kartun tersukses di zamannya dengan 7 piala Oscar untuk Best Animated Short Film ini adalah buah karya William Hanna dan Joseph Barbera, yang mereka buat untuk studio kartun Metro-Goldwyn-Mayer, atau dikenal sebagai MGM.
Dan dari 114 film pendek yang mereka rancang, yang satu ini dinilai sebagian pengamat kartun salah satu karya terbaik mereka, ditandai dengan satu-satunya dari karya Hanna-Barbera yang merangsek daftar The 50 Greatest Cartoon, menempati posisi 42. Meskipun sempat terlibat dugaan plagiarisme dengan kartun Bugs Bunny yang berjudul Rhapsody Rabbit yang dikeluarkan pesaing MGM, Warner Bros., aksi Tom yang sedang mementaskan permainan pianonya dengan gangguan dari Jerry di tengah konser tetaplah menarik untuk ditonton. Silakan disimak!



Stay tuned, artikel selanjutnya akan dipublikasikan dalam beberapa hari. Semoga kau sabar menanti..
Lanjutkan baca »

Article#78 - Ketika Jambore Tidak Lagi Ceria

Sebuah jambore yang sedianya berlangsung dalam tawa ceria, berganti situasi menjadi dipenuhi geraman kesal. Ini semua lantaran ada beberapa anak yang sarapannya terlalu lama, sehingga mereka melanggar jadwal yang telah ditetapkan oleh kakak panitia jambore. Harusnya peserta berkumpul di lapangan jam 8 pagi. Tetapi mereka, ketiga anak nakal ini, pada 8:31 bahkan belum terlihat hadir di lokasi. Kakak panitia yang kesal pun segera berangkat untuk menggeret ketiga anak terlambat itu ke lapangan. Belum sempat berjalan, anak pertama datang dengan terengah-engah.
"Ngapain saja kamu sampai terlambat begini? Dasar tidak disiplin! Bukankah sudah dikatakan supaya hadir jam 8 pagi di lapangan ini?", omel si kakak panitia.
Anak itu dengan gugup menjawab, "Saya tahu kak, tapi saya terlambat mandi. Waktu lagi makan, pastanya tumpah ke baju saya, jadi terpaksa saya ganti baju ke tenda dan kemudian berangkat ke lapangan."
"Lalu apa yang kamu lakukan dengan pastanya?"
"Tentu saya habiskan, kak. Tanggung kalau dibuang.."
"RAKUS! Tahukah kamu, kerakusanmu itu membuat teman-temanmu disini menunggu disini tanpa melakukan apa-apa? Tahu diri dong.." omel si kakak panitia sambil melengos dan menyuruh si anak pertama mendatangi ketua panitia untuk menerima hukumannya.
Tak lama, anak kedua datang terengah-engah dengan tangan berlumur saus pasta.
"Lalu kau! Darimana saja kau?" akhirnya kakak panitia si pengomel berhasil memarahi anak kedua.
"Saya telat mandi juga kak, sama seperti yang tadi. Dan ketika saya makan, pastanya dihinggapi lalat, jadi saya buang semuanya."
Dan sebagaimana yang pertama, anak kedua ini juga didamprat sang panitia.
"MUBAZIR! BUANG-BUANG MAKANAN!! Tahu malu nggak sih kamu ini, sampai membuang makanan hanya karena dihinggapi seekor lalat?! Tahu diri dong.." Kakak pengomel itu juga menyuruh anak kedua menghadap ke ketua panitia. Dia pun bersiap menunggu anak terakhir untuk memarahinya habis-habisan.
Namun baru 15 menit kemudian anak terakhir datang dengan santainya membawa sepiring makanan. Pasta rupanya, tetapi sudah diaduk. Tanpa buang-buang waktu, si kakak segera memarahinya dengan segala gelegak kemarahan yang mampu ia keluarkan.
"DASAR ANAK TAK TAHU DIUNTUNG! TAHUKAH KAMU KAMI DISINI MENUNGGU DI BAWAH TERIK MATAHARI SEJAK JAM 8 TADI?? DAN KAMU MALAH BERJALAN DENGAN SANTAINYA BEGITU. BAHKAN BELUM MAKAN PULA! NGAPAIN SAJA KAU!!?"
Anak terakhir ini, masih dengan sepiring pasta di tangannya, hanya berkata,
"Begini kak, tadi saya waktu selesai mandi, saya siap-siap makan. Tapi ternyata pasta di dapur sudah habis. Saya bingung mau makan apa, tapi saya lihat banyak yang pastanya nggak habis. Karena nggak boleh mubazir, saya kumpulkan hingga dapat satu porsi, dan saya cuci pastanya hingga bersih, saya panaskan lagi dan saya beri saus dari lemari makanan. Tetapi karena tidak boleh rakus, saya putuskan untuk tidak menghabiskan semuanya dan membawakan untuk kakak yang disini. Silakan makan kak!"
Jawaban itu justru membuat si kakak pengomel makin kesal, dia kembali membentak, "KAMU MAU MENGHIDANGKAN PASTA SISA ITU PADA KAMI? KAUPIKIR KAMI INI SIAPA HAH?!"
Hanya tersenyum sekilas, anak itu kemudian berkomentar, "Udah bagus diberi makanan malah dibentak. Tahu diri dong..."
Sang kakak pengomel tidak tahu harus menjawab apa lagi.
Lanjutkan baca »

Selasa, 07 Agustus 2012

Article#77 - Jeritan Jiwa Yang Sepi

Di tengah kisaran dunia yang berpusing
Dengan diatasnya berbagai kelompok berotak miring
Datang seekor burung bersuit nyaring
Di samping sebuah tubuh yang terbaring

Tubuh kesepian itu tak jelas namanya
Milik yang merasa terusir dari dunia
Yang merasa dirinya sia-sia
Dan mencoba cabut nyawa dari jasadnya

Padahal dua tahun yang telah lewat
Ia mampu bersuara dengan lantangnya dahsyat
Berkecimpung dalam kejahatan dan maksiat
Terbenam jauh dari lampu akhirat

Dia pikir dia punya segalanya
Dia pikir dia yang paling berkuasa
Dia terabas dan dia lawan takdirnya
seolah dialah sang pemilik asa

Namun manusia tak pernah ingat berpikir
Tidak ada yang akan bisa melawan takdir
Walaupun pengakuan tak pernah terucap di bibir
Yang keluar hanyalah dendang Magadir

Dahulu ia dengan pongahnya berteriak lantang,
Untuk yang menentangku ini nasi serantang!
Tidak akan ada yang mampu meski cuma sebatang
Kalahkan saya dengan kekuasaan membentang

Kini lihatlah ia, tergeletak tanpa daya
Frustrasi oleh kejadian yang tak pernah disangka
Yang membuatnya sadar akan nasibnya sebenarnya
Yang amat rentan akan ancaman marabahaya

Untuk apa saya selama ini hidup
Jika tak ada yang bisa mengembalikan saya
Lebih baik cerita ini saya tutup
Dan saya akan menyelesaikan dengan bahagia

Persetan semua kejadian masa lalu
Yang terus berdering bertalu-talu
Mengingatkan akan masalahku satu persatu
Seperti lesung yang terus dihantam alu

Aku ingin menjadi cahaya perubahan
Yang membantu menggeret manusia dari keterpurukan
Juga dari kebodohan dan ketidakpedulian
Atas derita yang ada dalam setiap insan

Jika ini memang bukan takdir untuk mati
Dan aku masih diberi satu kesempatan lagi
Bolehkah Tuhan jika aku coba membersihkan hati?
Yang meskipun sudah mati bisa bangkit kembali?


~ditulis dalam rangka ketidaktahuan
Selasa, 7 Agustus 2012, 9:58  (UT+7)
6°19'32.03" S, 106°40'49.19" E
Lanjutkan baca »
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...