Tampilkan postingan dengan label Luang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Luang. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 April 2016

Article#534 - Bebunga Kelabu


Bagi sebagian kita
Arakan awan
Hanyalah kumpulan butir hujan
Berderak mengaliri udara
Menjadi tabir surya
Mengemas langit dalam kelabunya

Bagi sebagian cerita
Mendung pemudar metafora
Hanya didamba penikmat hujan
Ketika kering melanda
Tak dinyana derasnya
Melimpas segala yang tak tersisa

Bagi segenap reka cipta
Gumpalan gelap yang berarak
Hanya teman sejawat kuntum bunga
Ketika ia menengadah
Di tengah riuh rendah dunia
Menanti hujan tiba



Hari 7663, menerka megah di balik awan.
Ahad, 3 April 2016, 13:23 (UT+9)
34°42'16.82"N, 135°29'27.48"E
Lanjutkan baca »

Selasa, 29 Desember 2015

Article#499 - Meringkai


Kudapati jemari
Merangkai tanpa hasil
Dalam ketidaktahuan akan musim
Bersama tiap menit
Bergetar kita menanti 
Bersama segenap kelit
Bertalu nyata meracik pasti

Kuhadapi pepasir
Meringkai bersapa mimpi
Menyapu bersih tiap bijak basi
Ketika ia berderak pergi
Tinggalkan memori
Menuju perjalanan nisbi
Mengurai aspirasi


Hari 7568, merengkuh waktu yang tersisa.
Selasa, 29 Desember 2015, 13:51 (UT+9)
35°20'28.75"N, 134°51'07.65"E
Lanjutkan baca »

Rabu, 16 Desember 2015

Article#495 - Mari Kembali

Ada orang yang sibuk mencebur raga pada persimpangan Shibuya
Ada orang yang meluapkan jiwa mengembara Matsushima
Tapi aku ingin ceburkan hidupku menyandingmu
Ceritakan senarai serdadu nurani yang linglung
Hadapi perginya hari yang masih misteri
Dari kerlip berkas mentari di muka danau Kawaguchi

Ada gembok yang meranggas karat di Guru Kinayan
Ada martir menua di selasar jalanan sepi Suriah
Tapi aku ingin alurkan tua hidupku hinggamu
Setelah segala warna dalam perjalanan panjang
Menertawakan dunia beserta diri kita di dalamnya
Menuju akhir dari segala yang tak satu nyatapun semu

Mari kembali, dekap mimpiku
Kita yang bertukar canda, yang pernah bahagia, menghidupiku
Tegaklah menantang masa depan yang orang bilang kelam
Menggapai langit tinggi di balik kabut
Kita tidak merugi karena sesiapa
Kita tidak meninggalkan apa-apa

sumber gambar
Diadaptasi dan dimanipulasi secara serampangan dari puisi karya Soe Hok Gie, 1969.

Hari 7554, meresapi dingin pengembaraan.
Rabu, 16 Desember 2015, 06:48 (UT+9)
38°16'48.49"N, 140°50'54.71"E
Lanjutkan baca »

Senin, 24 Agustus 2015

Article#456 - Stagnasi Kondensasi


Dalam setiap debur kerontang
Yang berkeriut pada terik siang
Ada senyap yang menanti senja
Menyapa dunia menuju gulita
Bersama semua tak tentu arah
Menyibak semesta, membuncah
Apakah kaulihat tabur gemintang?
Merajai angkasa di balik pandang?
Mereka tak pernah menatap iba
Atas kita manusia seisi dunia
Karena khazanah sarat makna
Masih terjumpa medan pandang

Dalam setiap percikan limpas
Yang membasuh barang sejenak
Ada desau udara mengumpat
Memaki kotoran yang tak lekang
Adakah takdir menyapa manusia?
Saat kerjap bersambut sirna?
Kita menadahi nyata penghujan
Dari arakan awan menghilang
Mereka tampak melirik pasrah
Menatapi kita tak terjamah basah
Bersama rerumputan meranggas
Berpijak pada nyawa yang tersisa

Dalam setiap deras tampias
Yang membanjiri relung jiwa
Ada deru badai berkelebat
Meneriaki wajah nekat yang basah
Untuk berhenti berlagak hebat
Segera pulang, bergelung hangat
Adakah hidup mendera merdeka?
Ketika kuyup merajai jiwa raga?
Tetesan hujan saling bersahutan
Mengunci derum laju kehidupan
Mengajak tiap kita memandang
Pelepas dahaga mencurah dunia

Dalam tiap deras aliran
Ada yang terhanyut bersama kepastian
Membasuh dosa dari sekujur dunia
Bersatu segala rupa menuju samudra


Hari 7441, menabuh tabir sunyi.
Senin, 24 Agustus 2015, 22:12 (UT+7)
6°52'59.60"S, 107°36'46.54"E
Lanjutkan baca »

Senin, 27 Juli 2015

Article#446 - Tengadah


Kita yang berkalang gemintang
Adalah kita yang gerah akan segala kebrengsekan 
Menjalari segala rupa indera

Kita yang menghadap kemegahan
Adalah kita yang muak menatap wajah-wajah jumawa
Meringis menuntut perhatian

Kita yang menggalang harapan
Adalah kita yang tak menggubris kepalsuan niatan
Bersaput seringai manis muka

Dan kita yang menyesap teduh rembulan
Adalah kita yang mengobarkan bara semangat
Beranjak menyapa nyata


Hari 7413, mendaras pergerakan awan.
Senin, 27 Juli 2015, 22:44 (UT+7)
7°36'31.42"S, 110°12'19.98"E
Lanjutkan baca »

Senin, 20 Juli 2015

Article#443 - Destinasi


Mahligai tak bergeming
Terik mendesir sunyi
Di hadapan bingar mentari pagi
Arakan awan berbaris
Kelambu mengurai hari
Sepanjang lintas tinggi di langit

Kita hidup bukan untuk menggugu
Segenap label-label nisbi
Yang oleh orang digilai
Kita hidup bukan untuk terpaku
Menjadi raga tanpa isi
Yang jiwanya tergadai

Maka di awal hari
Di mana sejuk sepi menghampiri
Ada jiwa yang bersiap menguasai hari
Dan pada akhir petang
Di mana bayang nyata menjelang
Ada jiwa yang mengucap tenang
Untuk melangkah kembali pulang












Hari 7404, mendaras pergerakan awan.
Ahad, 19 Juli 2015, 17:44 (UT+7)
6°18'13.77"S, 106°50'36.29"E
Lanjutkan baca »

Kamis, 09 Juli 2015

Article#438 - Hujan Bulan Juli

Mungkin kita kenali sebagian mereka
Yang tabah melebihi hujan bulan Juli
Ketika rintik rahasia rapat menghujan
Didekatkannya langit kelabu itu

Mungkin kita akrabi sebagian mereka
Yang bijak melebihi hujan bulan Juli
Ketika jejak mengembus tersapu hadirnya
Mereka tertegun dalam hidup sore itu

Mungkin kita resapi sebagian mereka
Yang arif melebihi hujan bulan Juli
Ketika indera tersibak bentang lara
Disimpan rapat senarai cerita itu













Aku ingin mengamati tabah hujan
Tanpa terkekang dalam bayang
Ketika ia menebar segala jaya

Aku ingin mengakrabi bijak hujan
Tanpa sibuk menyerapahi angkasa
Ketika menantinya menyapukan cahaya

Aku ingin mensyukuri arif hujan
Tanpa menghabiskan segenap cita
Yang belum kutahu benar adanya













Aku meyakini akan adanya ia yang tabah
Tabah melebihi hujan bulan Juli
Karena ia yang kuyup terbasuh hujan
Tidak merutuki langit yang kelam itu

Aku meyakini akan adanya ia yang bijak
Bijak melebihi hujan bulan Juli
Karena kita yang menjajak pembaruan
Tidak menghapus ragu dari sanubari itu

Aku meyakini akan adanya ia yang arif
Arif melebihi hujan bulan Juli
Karena mereka yang berlinang kecerlangan
Tidak mendedah masyhur pada lengkung senyummu


Diadaptasi dan dimanipulasi secara serampangan dari "Hujan Bulan Juni" (1989), karya Sapardi Djoko Damono.

Hari 7394, menyesap fajar dari balik awan.
Kamis, 9 Juli 2015, 02:44 (UT+9)
38°16'48.12"N, 140°51'03.69"E
Lanjutkan baca »

Minggu, 24 Mei 2015

Article#423 - Abstraksi Polinasi


Mungkin kita sekalian
Yang terbiasa mempertanyakan
Hadirnya senja lebih lama
Adalah kita yang mengabaikan semburat fajar
Sinarnya yang tak kita rasai
Terangnya yang tak kita resapi
Agaknya menghalangi sejuk pagi
Untuk hadir menyambangi
Menyisakan siang berkalang terik
Untuk tetes keringat menitik

Mungkin kita sekalian
Yang terbiasa menyerapahi kebekuan
Adalah yang merasa diliput hangat
Dalam setiap jejak perbuatan
Ketika dingin beranjak pergi
Lelehan salju merembesi Bumi
Memberi jalan bunga bersemi
Kita yang baru saja bangkit
Tidak sempat untuk mensyukuri
Bahkan ketika tetumbuhan merajai
Kita temukan panas matahari
Untuk diceramahi

Mungkin kita sekalian
Yang terbiasa mengeluhkan kebosanan
Mendambai kehidupan yang berwarna
Adalah kita yang tak banyak berusaha
Dalam memoles cita-cita
Kita boleh jadi abaikan mekar seroja
Atau semburat warna akasia
Atau aster yang menyala-nyala
Karena kita sibuk meratapi rontok sakura
Yang telah lama bersimbah tanah
Bersatu dengan asal mula

Mungkin kita sekalian
Yang bergelut hadapi ketidakpastian
Adalah kita yang semula mengesampingkan
Kemungkinan dari keberadaan pilihan
Adakah kita seksama melihat
Betapa dedaunan merimbun terlalu cepat?
Atau bebungaan yang mekar terlambat?
Pergantian masa demi masa
Boleh saja timbulkan simpang
Meninggalkan satu saja kepastian
Akan kembalinya hidup dari tidur panjang
Melanjutkan kelangsungan

Mungkin kita sekalian
Perlu banyak belajar dari sekitar
Ketika kita sibuk meratapi saat
Merusak sendiri alur perjalanan


Hari 7349, menyongsong senja di pinggir sungai.
Ahad, 24 Mei 2015, 17:48 (UT+9)
38°15'52.74"N, 140°51'46.83"E
Lanjutkan baca »

Minggu, 08 Maret 2015

Article#396 - Peripheri

Aku menapak tepi perjalanan
Berlandaskan pepasir hampa
Mereka jengah tersapu ombak
Sebagaimana kita di depan cobaan
Tetapi mereka tetap bertahan
Tergulingkan oleh setiap deburan
Untuk teraduk kembali ke muka
Menyapa sahabat lama

Aku berdiri di tepi negeri
Berhias berbatu gerigi
Bersemedikan semilir sepi
Menghuni seisi sanubari
Cakrawala tak tampak bertepi
Samudera tiada kentara berakhir
Juga bentang tabir langit
Yang tak jua mengilhami

Aku menatap tepi kenangan
Mendaki dari sela ingatan
Bernafaskan kedahsyatan lama
Terukir di tiap keping batuan
Gundah bergetar perlahan
Menyerukan masa depan
Yang datangnya tak terelak
Yang padanya kita berharap cemas

Aku menuju tepi sendiri
Berpisah dengan kerumun ramai
Membelakangi figur tinggi
Ia yang tumbuh dari tanah ini
Menyemai di setiap sisi
Merasa diri mendekati langit
Tangan yang terulur menggapai
Menyentuh tanpa pernah sampai

Aku terduduk di tepi lautan
Sunyi ditaburi debur awan
Ditiup oleh arakan samudera
Dihembus angin dan menyibak
Maka ketika pasang menerjang
Kedua tapak dibiar tergenang
Berhias binar sinar surya
Kita bersua sepanjang masa

Aku merajut tepi hari
Atau kupikir itulah yang terjadi
Ketika semburat senja menari
Indah tanpa perlu pelangi
Bahkan awan tampak menggamit
Tirai yang perlahan pergi
Saat surya akhirnya pamit
Untuk bersinar di lain hari


Hari 7272, menemani akhir hari.
Ahad, 8 Maret 2015, 18:11 (UT+9)
31°35'26.90"N, 130°35'33.55"E
Lanjutkan baca »

Selasa, 24 Februari 2015

Article#392 - Fluktuasi Nukleasi


Sejenak langit terpaku mimpi
Bersama gemintang mengibar benderang
Angkasa yang terbentang sunyi
Merdeka dari kekangan awan
Bersama gemeretak deru angin
Menyelusup dalam dingin malam
Langit tak perlu basa-basi
Untuk menaungi mereka yang lelah
Karena dengan datangnya pagi
Mereka akan berbaris minggat
Memberi jalan bagi gemerlap fajar
Untuk membuka lembar selanjutnya

Sejenak pikir telah tergariskan
Bersama meningginya mentari
Akan melelehkan kristal beku yang mengangkasa
Juga yang bertumpuk bersama tapak kaki
Meski ada masa di mana mentari tak berdaya
Meski terkadang dingin pun tak berkuasa

Sekarang pagi yang meraja
Mempersembahkan cerah mentari nisbi
Dengan suhu yang tetap tak meninggi
Dan manusia yang tak juga lebih peduli
Sibuk dalam keasyikan sendiri
Barangkali dinding mereka berderak
Oleh angin yang datang bertubi-tubi
Tetapi bagi mereka yang lupa kenyataan
Deru angin pun tak digubris
Terbiar berteriak tanpa hasil

Sesekali justru awan yang meraja
Memberi semu monoton pada angkasa
Menjatuhi Bumi dengan berjuta kristal
Menyelimuti pandang segala arah
Tak peduli akan mereka yang menyalahkan keadaan
Tak bergeming pada segala macam keluhan

Seakan membalas perlakuan manusia
Kita saksikan alam sedang berjaya
Dalam menyelisihi harapan demi harapan
Seakan ada yang menertawakan
Menyindir raut-raut wajah yang kentara kesal
Mengharap cuaca akan patuh begitu saja
Wajah yang menuai perbuatannya sendiri
Mengganggu tatanan yang lama terpatri
Membuat kenyataan tak terkendali
Menghujani wajah mereka sendiri
Yang merasa memegang kemudi
Menjadi wajah pucat pasi

Sesekali kita menerawang kenyataan
Yang bersamanya kita berjalan
Mengakrabi dunia yang berubah
Dengan atau tanpa perselisihan
Mungkin malah dengan canda tawa
Berdampingan menatap kehidupan
Menyaksikan salju yang berjatuhan
Menggemeretukkan salju yang terinjak
Segera sebelum ia kalah oleh terik panas
Dan melambaikan lengan lemahnya
Untuk berpisah jalan



Hari 7260, dalam kerontang hangat berkepanjangan.
Selasa, 24 Februari 2015, 16:37 (UT+9)
38°15'09.69"N, 140°52'28.92"E
Lanjutkan baca »
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...