Tampilkan postingan dengan label Tanggap. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tanggap. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Juli 2016

Article#564 - Konspirasi, Buat Apa?

Konspirasi. Mencetuskan kata ini kepada orang-orang di sekitar dapat memicu beragam tanggapan. Baik tanggapan a la orang lelah, tanggapan penasaran, atau tanggap bersegera menjadikannya kiblat kebenaran. Atau mungkin akan ada yang bertanya-tanya, makhluk apa itu?
Menurut KBBI, makna "konspirasi" adalah komplotan, atau persekongkolan. Dalam dunia populer, konspirasi lebih dikenal dalam wujudnya sebagai "teori konspirasi", yang kalau dimaknai secara bebas berarti teori*) akan adanya komplotan atau persekongkolan. Lebih khusus lagi, komplotan atau persekongkolan kelompok tertentu yang konon ingin mengendalikan orang banyak.

Dari sini mungkin segera terlihat alasan konspirasi bisa populer. Bayangkan saja, ada kelompok tertentu yang mengendalikan hajat orang banyak, dan kita tidak bisa mengusiknya. Terlepas dari derajat kebenarannya, ini tentulah bahan yang sangat menarik untuk dimanfaatkan mereka yang gemar menyalahkan keadaan.

Kondisi hidup yang stagnan tanpa peningkatan? Salahkan saja konspirasi Illuminati-Freemason yang tidak mau Indonesia maju.
Gagal dapet rangking di kelas? Salahkan saja konspirasi guru sekolah yang membencimu.
Kamu tersandung dan jatuh di jalanan? Salahkan saja bebatuan karena menghalangi langkahmu.

Asyik 'kan, hidup seperti itu? Ya atau iya?

Dalam kondisi ini, bagi para pengusungnya, konspirasi laksana oase di tengah fatamorgana berita yang tak tentu arah. Atau laksana nasi bungkus yang dinanti para pendemo bayaran setelah lelah berpanas-panas. Melegakan tenggorokan, mengganjal kerongkongan. Indah nian, bukan?
Tetapi sebelum kita semua bergegas menyantap "teori" konspirasi untuk menu makan malam kita, barangkali kita perlu tahu komposisinya. Apakah tidak halal, atau haram.

Banyak pihak kerap kali dituding sebagai pelaku konspirasi. Biasanya tertuduh adalah pihak yang berada di puncak kekuasaan, atau dengan bahasa yang lebih kekinian, "kaum elite". Ini bisa berarti pemerintah, perusahaan besar, hingga organisasi "rahasia" yang konon beroperasi menjadi dalang di balik pagelaran wayang kenyataan.
Lalu, hal yang dituduhkan adalah hal yang konon kendalinya berada di luar masyarakat luas, "kaum jelata". Misalnya perusahaan obat membuat racun yang dinamai vaksin, atau perusahaan pertanian merekayasa komponen genetik makanan untuk melancarkan "agenda tertentu".

Kemudian, tak lupa dengan tema yang sedang naik daun: Konspirasi "ELITE GLOBAL" menutupi "KEBENARAN BUMI DATAR". (Sengaja saya tulis dalam huruf besar, supaya bombastis.)

Seolah menyusuri sejarah kembali ke zaman Yunani Kuno, pertanyaan akan bentuk Bumi menguak kembali ke permukaan dalam sebulan belakangan. Berbekal beberapa video YouTube yang dikemas sedemikian rupa, sebagian kita perlahan terpengaruh dan ikut angkat bicara, tentang bagaimana "sains Barat" melalui lembaga semacam NASA telah "membohongi kita semua" dan "menutup-nutupi kebenaran".

Oke, kita tentu bisa heran. Kita tentu bisa protes. Kita tentu saja bisa menyusun sekian banyak sanggahan. Tetapi untuk sekarang, mari kembali dulu ke hal yang lebih mendasar:

Untuk apa mereka repot-repot berkonspirasi menutupi "kebenaran"?

Katakanlah Bumi benar-benar berbentuk datar dan kita selama ini dibohongi oleh "dunia sains modern". Apa keuntungan yang diperoleh "dunia sains modern" dengan "menyembunyikan segala fakta yang ada, dan berpura-pura seolah Bumi ini bulat? Keuntungan seperti apa yang akan tercipta, sampai "dunia sains modern" rela menipu umat manusia di seantero Bumi? Apa yang akan diperoleh dari merekacipta sedemikian banyak citra Bumi bulat, mengarang berbagai hal mulai dari heliosentris (karena Matahari mengelilingi Bumi) hingga Bumi yang gembung di khatulistiwa?
Teori ekonomi dasar bilang orang melakukan sesuatu karena mengharap manfaat darinya. Untuk membuat orang rela melakukan usaha sebesar ini, tentu manfaat yang didapat juga harus besar.

Mari berhitung sejenak, mengupas sebuah dunia di mana orang-orang mengatakan Bumi bulat dengan tujuan berbohong. Secara umum, di dunia nyata, kita bisa asumsikan orang yang berpendidikan tinggi akan mengatakan Bumi itu bulat. Ini berarti 6,7% penduduk Bumi (Harvard & Asian Develompent Bank, 2010), atau 460 juta orang. Jika 0,5% saja dari semua itu aktif membicarakan Bumi bulat, berarti dalam skenario Bumi datar, ada 2,3 juta orang kompak membohongi seisi dunia dengan narasi yang sama. Apa terdengar masuk akal?

Bukankah lebih masuk akal jika kita berpikir, mereka semua kompak berbicara demikian karena Bumi memang tidak datar?

Membicarakan 2,3 juta orang melakukan pembohongan berskala global tentu membuat dahi mengernyit, kepala bertanya-tanya.

Kalaupun benar itu semua, bagaimana mereka menjaga kebohongan itu supaya tidak 'bocor'?

Katakanlah benar 2,3 juta orang di atas berkonspirasi membohongi publik akan "kebenaran bentuk Bumi". Berhubung sampel kita ini diambil dari lulusan universitas dan sederajat, kita bisa asumsikan mereka semua bukanlah orang yang mudah didoktrin atau disuruh berbohong sepanjang hidup mereka. Artinya, untuk benar-benar membungkam seluruhnya, akan diperlukan dana yang sangat besar.

Ini belum mencakup segala orang yang bekerja untuk membentuk semua citra planet, satelit, bahkan hingga galaksi dan nebula yang ada di langit—karena di skenario "konspirasi Bumi datar", semua itu hanyalah rekaan komputer. Pada dasarnya, ini juga berarti membayar seluruh astronom dan geolog supaya "merancang" kebohongan Bumi bulat melalui argumen-argumen ilmiah, lengkap dengan segala teori "karangan" dan riset "bohongan".

Faktanya, merancang kebohongan yang demikian terstruktur dan rapi seperti ini sangatlah sulit, lebih sulit dari pada 'sekadar' mengumpulkan fakta ilmiah dari hasil riset dan menyusunnya dalam satu kesatuan. Meskipun demikian, ada yang lebih sulit lagi: menjaga supaya kebohongan ini tetap terlihat sebagai fakta.
Bayangkan saja, mana yang lebih sulit: melancong ke luar negeri lalu menceritakan pengalamanmu, atau mengarang cerita pelancongan ke luar negeri dan membuatnya terlihat seperti fakta?
Itu dengan catatan, pelaku melakukannya sendiri.

Dalam agenda pembohongan global semacam ini, ada jutaan orang yang bekerjasama memastikan publik tetap menerima kebohongan mereka sebagai fakta ilmiah. Artinya, informasi yang diberikan harus kompak. Tidak hanya itu, mereka juga perlu memastikan tidak ada rekan sejawat mereka yang membocorkan "kebenaran" tanpa mereka sadari. Kalau tidak, karena fakta setitik rusak konspirasi sebelanga.

Bagaimana kita bisa memastikan tidak ada dari 2,3 juta orang ini yang diam-diam membocorkan "kebenaran"? Padahal ngurus mahasiswa baru yang hitungannya masih ribuan saja repotnya minta ampun.
Berhubung sampel kita ini diambil dari lulusan universitas dan sederajat, dapat diasumsikan siapapun yang membocorkan "kebenaran" ini mampu menyertakan bukti bahwa ia berkata ada apanya. Baik ia berupa bukti akan "kebenaran" yang "ditutup-tutupi", atau bukti akan adanya "usaha pembohongan global". Tetapi, sampai saat ini, pernahkah muncul bukti demikian rupa?
Jadi, dalam kasus ini ada dua kemungkinan:
usaha pembohongan global ini memang sangat sempurna,
atau
memang mereka tidak berbohong.

Mana yang lebih masuk akal? Anda bisa simpulkan sendiri.

Pada posisi ini, agaknya kita tidak perlu merinci lebih lanjut untuk membayangkan betapa besarnya dana yang akan digelontorkan. Jelas usaha dan dana yang perlu dikerahkan secara teratur akan sangat besar. Jika benar demikian, untuk apa semua usaha tersebut? Para pendukung "teori" konspirasi akan segera memberikan jawabannya: elite global melalui agenda "tatanan dunia baru" ingin membodohi seisi penduduk Bumi melalui "sains modern", supaya mereka lebih patuh dan lebih mudah diarahkan untuk tunduk dalam kendali mereka.

Tapi jika benar demikian, tahu dari mana mereka akan itu semua?

"Teori" konspirasi tidak hanya datang sendiri dengan judul besar nan bombastisnya. Ia datang beserta segenap detail yang dijadikan para pendukung "teori" konspirasi untuk mendukung, membenarkan, dan menyebarkan pandangan mereka. Menariknya, acapkali detail-detail ini tidak disertai dengan rujukan, apalagi rujukan yang dapat dipercaya.
Tanyakan sumber isu konspirasi di sumber tertentu pada pengusungnya, dan bukan tidak mungkin mereka menyuruh kita untuk "berpikir terbuka", "tidak pasrah didoktrin", atau yang paling parah, "cari saja sendiri". Mematuhi masukan terakhir, dan kita mendapati diri berputar di tempat, kembali menjumpa detail yang kita pertanyakan tanpa kejelasan.

Kalau begini ceritanya, dari mana segala detail ini ia dapatkan? Ada sekian banyak peluang di mana informasi tentang "agenda pembohongan global" semacam ini bocor ke khalayak ramai, sebagaimana sudah dibahas sebelumnya. Sayangnya, mereka yang "beruntung mendapatkannya" adalah para penulis blog yang tidak menjelaskan secara rinci bagaimana informasi tersebut bisa sampai ke tangan mereka.
Apa terdengar masuk akal?

Bisa saja justru yang berkonspirasi adalah mereka yang mengusung "teori" Bumi datar. Nah lo nah lo.


.....
Akhir kata, tulisan ini memang tidak saya buat untuk membantah poin demi poin argumen "pendukung" Bumi datar. (Percuma aja dinasehatin pun.)
Akan tetapi, jika Anda sekalian membaca dan ikut memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang tersebar di sepanjang tulisan, mungkin Anda akan sampai pada pertanyaan pamungkas, seperti saya.

Konspirasi, buat apa?

Gugus kepulauan Krakatau difoto dari pantai barat Jawa (atas) dan dari perairan selat Sunda (bawah).
Perhatikan kaki gunung Anak Krakatau (puncak kecil di sisi kanan) yang hanya tampak pada foto bawah.
Kredit foto atas: http://www.oysteinlundandersen.com/krakatau/2016-july/
Kredit foto bawah: http://justinandcrystal.com/SEAsia2012/120618.htm
*) Sila kunjungi KBBI untuk memeriksa definisi "teori" yang ‘resmi’: http://kbbi4.portalbahasa.com/entri/teori

Tulisan ini juga dipublikasikan di situs 1000guru dan langitselatan, dengan penyuntingan sesuai cita rasa tiap situs.


____________________
Untuk bacaan tambahan, barangkali bisa menyimak tautan berikut:
https://www.facebook.com/notes/evan-i-akbar/flat-earth-dan-kasus-kasus-serupa/10153848302257104
https://www.facebook.com/notes/matt-gilford/lets-talk-about-flat-earth-society/1576189046014724
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10210083141783342&set=a.4466923199460.2182711.1481204167&type=3&theater
https://www.facebook.com/groups/astronomi.indonesia/permalink/10153795919368546/https://www.facebook.com/somethinginearth/photos/a.1696924503901639.1073741828.1696922303901859/1697973683796721/?type=3&permPage=1

Sumber segala kekisruhan
http://www.kaskus.co.id/thread/574b0eaf54c07a06478b456d/bumi-itu-datar-adalah-fakta-ini-penjelasannya/
http://www.kaskus.co.id/thread/5741266c9a09516a508b4567/alhamdulillah-semakin-banyak-orang-sadar-bahwa-bumi-ini-ternyata-datar-bukan-globe/
Lanjutkan baca »

Minggu, 26 Juni 2016

Article#560 - Brexit

[latest update: 22nd September, 2016, 20:45 (UT+9)]

A little glance on this blog every now and then will be more than enough to show that I am not really into macroeconomics and financial issues. Mainly because I lacked the adequate understanding on the topic, but that will only account for the lack of coverage on those topics only here in this blog. The fact that I rarely talk about this particular issue at all, is simply due to me being not familiar with the political turmoil that wreak havoc within the United Kingdom and European Union as a whole.

Then–who would've thought about this–it drew my full attention. For a completely unexpected reason.

*****

Result of UK referendum of EU membership, depicted by region (left),
local constituency (center), and weighted results of local constituency (right).
Shades of blue indicate areas in favour of leaving the EU, while shades of yellow
indicate areas in favour of remain in the EU.
"Brexit will be followed by Grexit. Departugal. Italeave. Fruckoff. Czechout. Oustria. Finish. Slovakout. Latervia. Byegium."
- Imtiaz Mahmood
What would then be known by the moniker "Brexit", at the time, is still unheard of all across my social media timeline. That day, the afternoon of 24th of June in Japanese Time, would be only the fourth day before my planned trip to leave Japan for several days, the details of which will be given in the upcoming posts. It is barely half a week before the scheduled departure time, yet at that particular afternoon, I still had no possession of the necessary currency for the travel, which is the mighty Euro. This particular perk of mine will come as no surprise to people close enough to know me—I even blatantly portray myself as "Procrastinator" in my Facebook profile page; go figure.

But hey, four days are no long times when it comes to this sort of thing. And apparently the gears of the universe had enough of it already, I was then forced–purely by my amateurish economical insight, that is–to wrap things up real quick.
Just during the afternoon, the news of United Kingdom's referendum to leave the European Union started to surface on my social media timeline. It was early morning within the borders of the United Kingdom, and the circulating news had already pointed out how the ballot leans UK toward leaving the EU. As the sun rose onto the slightly damp corpse of the British Empire, as fate would have it, the result was obvious: UK residents has voted in favor of leaving the EU.

That, among all, lead me to leap onto the Brexit bandwagon.


The impact of that result takes no time to unfold.
From all the news outlets shared all over my social media timeline, it became evident how the world, responded to the morning news of UK actually voting to leave EU. It was particularly apparent from the freefall of both Great Britain poundsterling and European euro, which value dropped by 11% and about 6%, respectively.
At ths point, it's probably obvious: this Brexit has secured me several thousand yens to buy euro.


Graph depiction of EUR-JPY exchange rate in the preceding 10 hours (above)
and 30 days (below) to 24th June, 2016, 15:40 (UT+9).
Screenshot from bloomberg.com.
So now is the time for some money-hunting, I guess?
Because only an hour later, I found myself waiting on the chairs of Japan Post (JP) bank to buy some euro. As far as I an tell, there was nobody else seemingly excited about the prospect of plummeting euro value (or also poundsterling in that matter).
That, despite the bank being fast enough to update the currency value so that I need not to worry about missing out the downfall.

With that rate, it may appear that I can buy Euro now and sell it later after my trip
without losing that much money.
Euro-Yen rate is the lowest one, depicted by EUR.
Being one of the most renowned Japanese bank, of course they provide news coverage. And needless to say, it's Brexit again on the TV.

News about... basically announcement of Brexit.
Final results: 17,41 million people voted for Leave, while 16,14 million voted for Remain.
Quick recap about Brexit
Referendum results (without spoiled ballots)
Leave:
17,410,742 (51.9%)
Remain:
16,141,241 (48.1%)
Aside from the general result portrayed in the above photo, there's an interesting note about the poll result. While United Kingdom in general favored leaving the European Union, things didn't roll the same way for two of its constituent countries: Scotland and Northern Ireland. Both countries basically voted to remain in the EU, with Scotland especially favour staying with 62% versus 38%; even all districts of Scotland voted to remain in the EU. As for Northern Ireland, while some of its districts favour leaving the EU, overall it leans toward staying by 55.8% versus 44.2%. Unfortunately for them, voters from these two countries only accounts for 10.34% of total votes; basically the result is largely dictated by English voters.
Even when Greater London, which also voted in favour of remain in the EU, is counted alongside those two countries, the number still falls short to the other regions which favour leaving the EU.

This, normally, had caused tensions to arise within the UK itself: Scotland already called for a referendum to leave the UK and rejoin the EU, while Ireland had started persuading Northern Ireland to join them under the umbrella of "united Ireland". Right-wing leaders of several EU countries, like France's Marine le Pen and Netherlands' Geert Wilders had also called for a referendum of their own countries to follow the Britons, mainly citing reasons related to immigration problems as a driving force.

All in all, leaving EU is a complicated and lengthy process, as Article 50 of the Treaty of European Union gladly explains. It will take at least another 2 years for the UK to pave its way out of the EU, and until an agreement is reached in relation to this leaving process, we will still have to wait and see. The least I can tell is that with UK leaving the EU, world market may never be the same again. UK is one of the world's economic powerhouse, after all; it's a member of G7, that may be more than enough to explain how big of an impact this whole process may inflict upon the world market.

I'll stop my blabber here though, before I speak too much about thing I may not have enough knowledge about. I'll let these articles handle the rest of the ongoing discussion.

https://en.wikipedia.org/wiki/United_Kingdom_European_Union_membership_referendum,_2016
http://www.vox.com/2016/6/23/12021222/brexit-what-happens-next
http://www.economist.com/news/leaders/21701265-how-minimise-damage-britains-senseless-self-inflicted-blow-tragic-split
http://www.bbc.com/news/uk-politics-36615028
https://www.theguardian.com/politics/gallery/2016/jun/24/britain-votes-to-leave-the-european-union-in-pictures
http://www.todayonline.com/business/britains-votes-break-eu-national-media
http://www.bbc.com/news/uk-politics-eu-referendum-36616018
http://www.bbc.com/news/world-europe-36618317
https://www.washingtonpost.com/news/the-switch/wp/2016/06/24/the-british-are-frantically-googling-what-the-eu-is-hours-after-voting-to-leave-it/
http://www.huffingtonpost.com/entry/brexit-what-is-the-eu-google_us_576d2dfee4b0dbb1bbba3911?
http://www.bbc.com/news/uk-politics-32810887
http://www.huffingtonpost.com/entry/psychology-voting-brexit_us_576d636ae4b0f1683239641f
http://www.unilad.co.uk/news/the-daily-mail-explains-what-brexit-means-readers-seem-shocked/
http://www.vox.com/2016/6/24/12025514/brexit-cartoon

As an aftertouch, let me close this post with several pieces of videos.



[UPDATE] Several insights of Brexit aftermath can also be found in these videos.



Lanjutkan baca »

Sabtu, 28 Mei 2016

Article#551 - Sedikit Serba-Serbi PKI

Beberapa waktu lalu saya membaca berita berbagai penangkapan orang-orang yang menggunakan atribut Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu ada informasi yang boleh jadi dihembus-hembuskan intelijen kita yang hobinya menakut-nakuti rakyat sendiri ketimbang melakukan pekerjaannya: Katanya ada acara bagi-bagi kaos berlogo PKI dalam rangka hari ulang tahun PKI tanggal 9 Mei 2016. Jumlahnya kaosnya tak tanggung-tanggung: 102 ribu kaus, supaya pas dengan usia PKI yang 102 tahun katanya.
Bagaimana kita mengkonfirmasi kebenaran desas-desus ini, ketika anggota-anggota PKI sudah banyak dibantai dan organisasi ini sudah dibubarkan paksa? Semenjak peristiwa 30 September 1965, sudah banyak sekali anggota PKI yang sudah mati karena dibantai tanpa pengadilan (termasuk pimpinannya), di ruang-ruang interogasi, atau di pengasingan. Beberapa anggota yang masih hidup pun sulit diajak bicara terbuka karena dua alasan: trauma masa lalu (menjadi penyintas dan menyaksikan teman-temannya dibunuhi atau hilang bukanlah pengalaman enteng) dan selama setengah abad organisasi ini sudah disamakan dengan setan–sebuah stigma yang sangat sulit dilawan serta bikin orang takut bicara. Saya kenal dengan beberapa orang-orang penyintas yang bisa diajak bicara mengenai hal ini, tapi saya penasaran ingin tahu langsung dari mereka yang menjadi korban. Apa boleh buat, saya harus mencari dukun yang bisa membantu saya mencari arwah-arwah anggota PKI supaya saya bisa langsung bertanya.
Untungnya saya tahu orang yang bisa mencarikan saya dukun (saya selalu punya “orang” untuk segala hal), dan dukun ini bisa membantu saya berkontak dengan “alam sana” untuk berbincang-bincang dengan hantu-hantu anggota PKI. Ah, ternyata dalam konteks Indonesia masa kini, kata pembuka dalam Manifesto Komunis itu menjadi benar secara harafiah dan horor: “Ada hantu bergentayangan di Indonesia… hantu komunisme” hehehe…
Dukun yang saya kontak bersedia membantu saya berkontak dengan hantu-hantu komunis Indonesia, asalkan bayarannya cukup dan tempat praktiknya tidak diinteli. Saya setuju dan berangkat ke tempat mbah dukun dengan mengambil rute berliku, berusaha menghilangkan jejak dari agen-agen intelijen. Mbah dukun sudah menunggu, dan saya siap berkontak batin dengan mbah-mbah komunis almarhum dan almarhumah. Mbah dukun lalu bekerja merapal jampi-jampi untuk menghubungkan saya dengan alam “dunia sana”…
Alhasil, di “dunia sana” saya berhasil menemui beberapa anggota PKI. Tak perlulah saya sebutkan nama-namanya, cukup saya sampaikan saja hasil-hasil perbincangannya. Demikianlah hasilnya.
HUT PKI
Pembukaan AD/ART PKI hasil Kongres Nasional (luar biasa) VII tahun 1962 menyebutkan bahwa tanggal pendirian PKI adalah 23 Mei 1920. Klik pada gambar untuk memperbesar.
Pertama-tama memang benar akan ada perayaan ulang tahun PKI pada bulan Mei ini, tapi bukan pada tanggal 9 Mei dan bukan pula di Gelora Bung Karno (GBK) atau tempat-tempat yang bisa dijangkau manusia. Lokasi perayaannya ada di alam baka karena memang hampir semua anggota PKI sudah habis dibantai dengan tragis, dan organisasi ini juga praktis sudah mati. Tanggalnya memang bukan 9 Mei tapi 23 Mei, karena yang dianggap sebagai hari ulang tahun PKI adalah tanggal tersebut. Ini mengacu pada dokumen Kongres Nasional (luar biasa) VII PKI tahun 1962. Di dalam dokumen ini tercantum AD/ART PKI, dan pada pembukaan AD/ART tertulis bahwa PKI didirikan pada tanggal 23 Mei 1920 (halaman 318 dokumen ini. Ngomong-ngomong, sebagaimana bisa dibaca pada kata pengantar dokumen tersebut, Kongres VII ini dulu terbuka untuk umum loh), artinya di tahun 2016 usia PKI bukanlah 102 tahun tetapi 96 tahun. Yah, membuat 96 ribu kaus tetaplah pekerjaan besar. Sedikit catatan, 23 Mei 1920 adalah kongres ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging, Persatuan Sosialis-Demokrat Hindia), di mana mereka mengubah namanya menjadi PKH yaitu Perserikatan Komunis di Hindia. Perubahan nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI), nama yang kita ketahui bersama dan disamakan dengan sebangsa dedemit ini, baru terjadi pada kongres tahun 1924. Barangkali ini sudah banyak diketahui tapi perlu juga disebut lagi di sini: PKI adalah organisasi politik pertama yang menggunakan kata “Indonesia” di dalam namanya. Ah oke lah, jadi hari ulang tahun PKI bukan 9 Mei, tapi 23 Mei. Ini menurut dokumen Kongres VII PKI lho, barangkali mas/mbak intel bisa baca dulu biar menyebarkan isu bisa lebih akurat sedikit.

Perayaan ulang-tahun ke-45 PKI di Senayan, 23 Mei 1965. Acara ini dihadiri oleh Presiden Sukarno yang tampak akrab dengan ketua Central Comite (CC) PKI, D.N. Aidit. Bagaimanakah nasib jutaan anggota PKI dan simpatisannya, yang menghadiri acara ini? Foto oleh fotografer AP Howard Sochurek, sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia
Logo PKI
Logo PKI menurut Kongres Nasional (luar biasa) VII tahun 1962.

Persoalan lain yang disinggung mbah-mbah komunis ini adalah soal logo. Di pemberitaan-pemberitaan selalu dikatakan bahwa logo yang ada di kaus-kaus itu adalah logo PKI, padahal bukan. Palu-arit memang adalah simbol pergerakan komunis, dan digunakan di mana-mana oleh organisasi-organisasi yang berideologi komunis. Palu adalah simbol buruh, arit adalah simbol petani. Persilangan keduanya menyimbolkan persatuan buruh dan tani, kelas yang diperjuangkan kelompok-kelompok komunis di dunia. Palu-arit, sebagaimana kita lihat pada gambar di samping, hanyalah satu komponen saja dari logo PKI secara keseluruhan. Komponen-komponen lain antara lain bintang merah yang melatari palu-arit, padi dan kapas mengapit bintang berpalu-arit tersebut, dan jeng jeng jeenggg… bendera merah putih di atas bintang tersebut. Ini semua juga dicantumkan dalam AD/ART PKI mengenai lambang partai, yaitu Pasal 3 ART.



ART PKI
Pasal 1-3 ART PKI mengenai bendera, lagu, dan lambang PKI. Klik pada gambar untuk memperbesar.
Yang cukup menarik buat saya, PKI adalah partai yang cukup nasionalis. Saya tidak tahu banyak mengenai partai-partai politik Indonesia di jaman masa kini, namun kita bisa lihat pada gambar di samping bahwa pasal 1 dan 2 ART PKI mencantum sang merah putih sebagai bendera nasional mereka, selain bendera partai sebagaimana digambarkan oleh pasal 1. Lagu nasional PKI adalah lagu Indonesia Raya, sementara Internasionale—lagu perjuangan kelas buruh sedunia—adalah lagu PKI. Sedikit tambahan informasi, lagu Internasionale yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia ini pertama kali diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Ki Hadjar Dewantara.
Saya lalu berpisah dengan mbah-mbah komunis di alam sana, karena dukun mengingatkan saya untuk membayar ekstra apabila ingin terus berkomunikasi dengan dunia lain. Interlokal saja kita harus bayar, apalagi ini. Berhubung uang saya tinggal cukup untuk naik bis, maka saya sudahi percakapan, seraya berharap ada keadilan bagi mbah-mbah komunis yang dibantai tanpa proses peradilan ini. Sebagai negara yang telah mensponsori terjadinya kejahatan kemanusiaan, saya pikir permintaan maaf bukanlah inti dan penyelesaian persoalan (walapun akan sangat membantu). Negara kita harus dicari kembali jati dirinya, sebagaimana Jerman mengubah citranya pasca Perang Dunia II. Ini diskusi panjang untuk lain waktu.

Sekelompok pendukung PKI, dengan sang saka merah-putih didampingi bendera palu-arit di depan barisan. Sebuah foto dari masa lalu, tak bertanggal.

Lanjutkan baca »

Minggu, 15 Mei 2016

Article#548 - Scientific Publications

[latest update on 25th August, 2016, 20:40 (UT+9)]

Scientific results, on which we based our opinions so much, may not be that reliable after all.
But do we have any better method just yet?

Excerpt 1


Excerpt 2


Lanjutkan baca »

Selasa, 10 Mei 2016

Article#547 - Kala Budha Menjelang

9 Mei 2016, 14:57 UT.
Waktu telah berlalu sedikit melampaui dua bulan dari gerhana Matahari yang datang menghampiri kepulauan Indonesia di awal Maret lalu. Jika dulu Asia Timur dan Tenggara adalah daerah yang berkesempatan mendapati Matahari pagi menyoroti sekujur daerahnya, kini mendapati bayang Bumi memadamkan cerlangnya gemilang surya. 
Sementara daratan benua biru sana, yang dahulu bergelimang malam pada momen lewatnya Bulan, kini bermandikan panas siang, menarik para muka pucat keluar dari kediamannya. Mereka bergelung di taman-taman dan berjalan di seantero benua, menyambut matahari yang mencerahkan suasana jelang tibanya musim panas.

Tetapi, tidak hanya dengan alasan itulah orang orang di siang hari itu merelakan diri terpanaskan di udara terbuka.
Selayang pandang mengamati cakram benderang Matahari (tentunya dengan pengamanan yang memadai), dan kau akan temukan sebuah noktah kecil bergerak perlahan, merayapi benderangnya perlahan-lahan. Dalam lebih dari tujuh jam di hari itu, sebagian besar porsi muka Bumi berkesempatan menyaksikan planet terkecil dan terdekat ke Matahari, Merkurius, melintas sebagai sebuah noktah hitam mungil di depan cakram kebesaran pusat Tata Surya. 

Merkurius, atau Budha (bukan Buddha) dalam budaya Sansekerta, adalah salah satu planet yang dalam waktu-waktu tertentu berkesempatan untuk melintas tepat di antara Bumi dan Matahari, menghasilkan suatu fenomena yang disebut transit. (Planet lain yang bisa mengalami transit dari Bumi adalah Venus.) Jika ada yang bertanya, apa bedanya dengan gerhana, penjelasan sederhananya adalah pada transit, benda yang menutupi terlalu kecil dibandingkan benda yang ditutupi. Berbeda dengan gerhana, di mana untuk kasus Bulan dan Matahari, keduanya memiliki ukuran yang sebanding terhadap seorang penduduk Bumi. Sehingga, dalam kasus gerhana, Matahari tertutup cukup banyak oleh Bulan untuk memunculkan efek peredupan, atau bahkan menggelapkan langit sepenuhnya.

Transit Merkurius pada 9 Mei 2016 ini dapat disaksikan oleh siapapun di muka Bumi, kecuali bagi mereka yang bermukim di Asia Timur, Filipina, Malaysia (dengan sedikiiit pengecualian), Indonesia (kecuali provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara), Australia dan Selandia Baru. Tetapi, bagi kalian yang berdomisili di Indonesia, jangan bersedih hati. Pada 11 November 2019 nanti akan kembali terjadi transit Merkurius, yang akan berlangsung selama 5 jam 29 menit dan dapat disaksikan... dari daerah yang hampir sama dengan daerah yang menyaksikan transit pada Mei tahun ini.
Baiklah, selamat mencoba 13 tahun setelahnya, pada November 2032. Semoga beruntung.

Berikut, penulis telah menyuguhkan foto-foto transit Merkurius hasil jepretan berbagai orang dari wilayah-wilayah yang berkesempatan menyaksikan gerhana kali ini. Selamat menikmati!

Transit Merkurius (tengah bawah) bersama transit ISS, sebagaimana dipotret dari
Philadelphia, Pennsylvania, AS.
(Thierry Legault/ESA)
Sekuens transit Merkurius, sebagaimana dipotret oleh
wahana Solar Dynamics Observatory (SDO).
(SDO/NASA)
Cakram hitam Merkurius bergerak perlahan di hadapan cakram Matahari,
sebagaimana dijepret oleh wahana Solar Dynamics Observatory (SDO).
(SDO/NASA/PA)
Noktah Merkurius di hadapan Matahari, sebagaimana dipotret dari London, Inggris.
(Roger Hutchinson/flickr)
Proyeksi transit Merkurius dari teleskop reflektor di planetarium Birla, Chennai, India
(Arun Sankar/AFP/Getty Images)
Sebuah pesawat penumpang melintas di hadapan cakram Matahari di saat berlangsung
transit Merkurius. Foto dipotret dari Las Vegas, Nevada, AS.
(David Becker/Reuters)
Merkurius memulai transitnya melintasi cakram Matahari, sebagaimana dipotret dari
Salgótarján, Hungaria.
(Peter Komka/EPA)
Astrofisikawan Carsten Decker mengamati Merkurius dalam fase transitnya, di
Leibniz-Institut für Astrophysik, Postdam, Jerman.
(Ralf Hirschberger/EPA)
Transit Merkurius (tengah, kiri) sebagaimana dipotret dari State College, Pennsylvania, AS.
(Samuel J. Hartman/SPACE.com)
Transit Merkurius (tengah atas) sebagaimana dipotret dari Tucson, Arizona, AS.
(Mt. Lemmon SkyCenter/Steward Observatory/SPACE.com)
Transit Merkurius (tengah bawah), sebagaimana dipotret dari Ocean, New Jersey, AS.
(Steve Scanlon/SPACE.com)
Sekuens berlangsungnya transit Merkurius, sebagaimana dipotret dari Kamloops,
British Columbia, Kanada.
(Alan Dyer/amazingsky.net)
Sekuens berlangsungnya transit Merkurius, sebagaimana dipotret dari Bergen, Norwegia.
(Arnstein Dale/spaceweathergallery.com)
Perbandingan noktah hitam Merkurius dan Venus (2012) pada transitnya, sebagaimana
dipotret dari Istanbul, Turki.
(Ender Gökçebay/spaceweathergallery.com)
Kolase sekuens transit Merkurius, sebagaimana dipotret dari Darmstadt, Jerman.
(Oscar Portela/spaceweathergallery.com)










Dan kini, saatnya gambar bergerak untuk.... yah, bergerak.



Galeri lebih jauh dapat disimak di laman berikut:
http://www.space.com/32820-mercury-transit-of-2016-images-photos.html
https://www.theguardian.com/science/gallery/2016/may/09/transit-of-mercury-earth-sun-in-pictures
http://www.universetoday.com/128798/images-todays-transit-mercury-around-world/
http://spaceweathergallery.com/index.php?title=mercury
http://www.huffingtonpost.co.uk/entry/mercury-gliding-across-the-sun-stunning-pics-from-the-2016-transition_uk_5730a391e4b0e6da49a6a926
http://www.skyandtelescope.com/online-gallery/transit-pictures/
http://mashable.com/2016/05/09/transit-of-mercury-photos/?utm_cid=mash-com-Tw-main-link#hP3y5pbzHiqM
http://heavy.com/news/2016/05/mercury-crossing-transit-passes-sun-photos-retrograde-eclipse-pictures-pics/

Jika tidak ada aral melintang, penulis akan mengamati transit Merkurius pada 2019.
Sampai jumpa di kesempatan selanjutnya!
Lanjutkan baca »

Senin, 18 April 2016

Article#538 - Guncang

[apdet terbaru: 24 Juli 2016, 22:41 (UT+9)]

Beberapa hari terakhir telah menjadi hari yang cukup hangat bagi kulit Bumi. Dalam artian kulit Bumi cukup aktif bergerak di berbagai lokasi di muka Bumi, mengguncangkan segala macam kehidupan yang berpijak di atasnya. Mulai dari ujung barat Himalaya hingga pantai barat Amerika Selatan, dalam 8 hari terakhir tercatat 5 gempa yang cukup besar untuk mendapat laman Wikipedia tersendiri yang didedikasikan untuk tiap-tiapnya. Langsung saja, berikut ulasan sederhana akan tiap-tiapnya.
Ulasan untuk Afghanistan dan Myanmar tidak menyertakan gambar, semata karena sulitnya menemukan gambar yang kredibel akan kedua gempa. Liputan media juga lebih luas pada gempa Jepang dan Ekuador, karena kerusakan yang ditimbulkannya.
Magnitudo? Mw 6,6
Kapan? 10 April 2016, 14:58 (UT+4:30)
Di mana? 39 km arah barat-barat daya Ashkasham, Afghanistan
Meletupkan bagian barat orogeni Asia Selatan, pembentuk barisan pegunungan Hindu Kush, Karakoram dan Himalaya, gempa menengah (hiposentrum 210 km) ini mengguncang wilayah Afghanistan, Pakistan dan India hingga intensitas Mercalli IV.
Magnitudo? Mw 6,9
Kapan? 13 April 2016, 20:25 (UT+6:30)
Di mana? 135 km barat laut Mandalay, Myanmar
Kali ini meletupkan bagian timur orogeni Asia Selatan, gempa menengah (hiposentrum 134 km) ini mengguncang wilayah Myanmar, India dan Bangladesh hingga intensitas Mercalli VI. Menariknya, korban justru lebih banyak berasal dari wilayah India dan Bangladesh dibanding Myanmar sendiri. Wilayah ini berada di sisi timur segmen lempeng India yang diprediksi dapat meletup sebagai gempa bermagnitudo 9 dalam beberapa dekade ke depan.
Magnitudo? Mw 6,2; Mw 7,0
Kapan? 14 April 2016, 21:26; 16 April 2016, 01:25 (UT+9)
Di mana? Wilayah kota Kumamoto, Jepang
Terletup dari ujung barat sesar besar Median Tectonic Line (MTL) di selatan Jepang, gempa Kumamoto ini segera menjadi berita nasional karena guncangannya yang terukur mencapai skala maksimum 7 dari intensitas gempa Jepang (shindo, 震度), khususnya untuk gempa pertama pada malam 14 April. Lebih-lebih, pusat gempa berada tepat di wilayah kota Kumamoto, yang berarti gempa ini, meski relatif kecil, mengisyaratkan kerusakan skala besar bagi seantero wilayah Kumamoto dan sekitarnya. (Gempa terakhir yang mencatatkan shindo 7 di seluruh Jepang adalah... gempa besar Jepang Timur, Maret 2011 lalu.) Sekitar 28 jam berselang, gempa dengan kekuatan 16 kali lipat meletup sedikit ke arah timur, mencatatkan kerusakan yang lebih meluas, terutama ke arah timur mengikuti zona sesar Futagawa ke arah gunung Aso dan, lebih jauh lagi, prefektur Oita.

Kedua gempa secara berurut tercatat dengan intensitas Mercalli VIII dan IX, serta shindo 7 dan 6+ (kekuatan gempa tampak berlawanan dari kedua skala intensitas, kemungkinan karena shindo hanya mengukur kuat guncang di lokasi seismograf).

Gambar disadur dari berbagai sumber.

Longsor di dekat bekas jembatan besar Aso
Kepundan Aso yang sedikit terbatuk pada pagi hari 16 April; gunung ini sudah tercatat aktif sejak
November 2015.

Efek guncang gempa di kastil Kumamoto

Kronologi gempa Kumamoto 2016
Kenampakan bentang sesar di wilayah pulau Kyushu beserta
lokasi episentrum gempa Kumamoto 2016. sumber
Magnitudo? Mw 7,8
Kapan? 16 April 2016, 18:58 (UT-5)
Di mana? 27 km selatan-tenggara kota Muisne, Ekuador
Salah satu gempa terbesar di tahun 2016, gempa bertipe thrust ini meletup di salah satu daerah paling rawan gempa bumi di dunia, pesisir barat Amerika Selatan. Sebagai lokasi di mana lempeng Nazca menunjam ke bawah lempeng Amerika Selatan, daerah ini telah terbiasa dengan gempa bermagnitudo di atas 7. Gempa terkuat 2014 dan 2015 pun terjadi di daerah ini, dengan pusat gempa masing-masing berlokasi dekat kota Iquique dan Illapel, Chile, di arah selatan.
Meski tidak sebesar kedua gempa yang tersebut di atas (yang keduanya bermagnitudo 8+), gempa ini memakan cukup banyak korban (661 jiwa dan 27000+ cedera) untuk menjadi gempa paling mematikan sejak 1949, juga sebagai gempa paling mematikan (sejauh ini) di tahun 2016.
Guncangan gempa ini tercatat dengan intensitas Mercalli IX, setara dengan gempa Kumamoto di atas.







***
Bagi Indonesia, meskipun gempa terkuat tahun ini terjadi di wilayah Indonesia (setara dengan gempa Ekuador di atas), episentrum gempa terletak cukup jauh dari permukiman terdekat di pulau Sumatera, sehingga tidak tercatat ada kerusakan berarti. Meskipun demikian, saya rasa kita seharusnya tak perlu diingatkan akan potensi gempa di sekujur kepulauan Indonesia, terutama di busur Sumatra-Jawa-Sunda Kecil.

Salam!
Lanjutkan baca »

Senin, 14 Maret 2016

Article#525 - Manenung Gawin Rahu (4): Bersatu

Sebelum menilasTulisan (atau tilasan) kali ini akan menjadi kelanjutan dari serial "Manenung Gawin Rahu", yang secara kasar bermakna "memperkirakan pergerakan Bulan" dalam bahasa Dayak Ngaju. Serial yang telah difokuskan pada kisah panjang belasan tahun antara saya, astronomi, dan kini akan berfokus pada suatu kejadian astronomi spesial: gerhana matahari total.
Jika Anda yang mampir di laman ini belum membaca bagian sebelumnya, silakan menjumpanya dan menilas serial ini dari bagian pertamakedua atau ketiga.

Edisi keempat, di mana sekian banyak orang bersatu mengabadikannya.

Selamat menilas!

*****

[apdet terbaru: 14 Juni 2016, 23:41 (UT+9)]


Gerhana matahari total, dari Pantai Corong, Penajam, Paser Utara, Kalimantan Timur.
(Irfan Imaduddin, Gerhana Puannandra P., Muhammad Rayhan)
Sebagaimana yang bisa dengan mudah diperkirakan sebelumnya, segera setelah ajang gerhana matahari total berlalu, sekian banyak orang akan mempublikasikan hasil jepretan masing-masing ke dunia maya. Bagi saya yang cukup banyak memiliki kolega astronom (baik profesional maupun amatir), ini semata berarti lini masa media sosial saya akan dibanjiri sekian banyak jepretan gerhana total. Hal yang cukup menyakitkan hati membuat iri, mengingat di bagian ketiga saya telah menjelaskan bagaimana saya tidak menyaksikan langsung kenampakan gerhana total dengan untai korona yang megah itu. Hiks.
Tetapi, tentu saja lini masa tak akan repot-repot mengecek setiap pasang mata yang mungkin menyaksikan karya jepretannya, apalagi sekadar untuk mengecek peluang munculnya rasa iri, dengki, azab dan sengsara, walaupun hanya sebersit.

Saya bisa saja meratapi sekian banyak keindahan yang belum saatnya saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Tetapi, yah, berlama-lama meratapi hal semacam ini tentu tidak akan membuat momen itu kembali, dengan kondisi langit yang bersih dari awan sebagaimana terjadi di Palangka Raya (lagi, beneran deh, baca sana bagian ketiga).
“Hidup ini memang tidak adil, jadi biasakanlah dirimu,” - Patrick Star
Langsung saja, berikut terlampir galeri citra gerhana matahari total 9 Maret 2016, beserta citra gerhana matahari sebagian di wilayah lain di Indonesia. Citra diurutkan berdasarkan letak geografis, dari barat ke timur, yang berarti berurutan terpapar bayang gelap Bulan.

Gerhana matahari total, dari Koba, Bangka Tengah, Bangka Belitung.
(Foto oleh Ajisaka Octawiyano)
Gerhana matahari total dari desa Bencah, Bangka Selatan, Bangka Belitung.
(Foto oleh Mas Indrawadi)
Mengabadikan momen gerhana matahari total dari Pantai Tanjung Kelayang, Belitung, Bangka Belitung.
(Foto oleh Dyah Arini Hutaminingtyas)
Gerhana matahari total, dari Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
(Foto oleh Hanief Trihantoro)
Gerhana matahari total dari Balikpapan, Kalimantan Timur.
(Foto oleh B. Adi Nugroho)
Menjelang berakhirnya gerhana matahari total, dari Balikpapan, Kalimantan Timur.
(Foto oleh B. Adi Nugroho)
Gerhana matahai total dari Palu, Sulawesi Tengah.
(Foto oleh Muhammad Muflih Gani)
Gerhana matahai total dari Palu, Sulawesi Tengah.
(Foto oleh Dedy Heriyanto)
Gerhana matahari total dari Dolo, Sigi, Sulawesi Tengah.
(Foto oleh Fadly Indrawijaya, Andi Arman, Chaeril Bakri)
Gerhana matahari total dan pita bayangan, dari Dolo, Sigi, Sulawesi Tengah.
(Foto oleh Muhammad Rayhan)
Gerhana matahari total, dari Dolo, Sigi, Sulawesi Tengah.
(Foto oleh Muhammad Rayhan)
Sekuens berlangsungnya gerhana matahari total dengan Merkurius dan Venus, dari Dolo, Sigi, Sulawesi Tengah.
(Foto oleh Muhammad Rayhan)
Gerhana matahari total beserta Merkurius dan Venus, dari Pantai Kayu Bura, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
(Foto oleh Thomas Djamaluddin)
Sekuns berlangsungnya gerhana matahari total dari Poso, Sulawesi Tengah.
(Observatorium Bosscha/UNAWE Indonesia)
Gerhana matahari total, dari Poso, Sulawesi Tengah.
(Observatorium Bosscha/UNAWE Indonesia)
Gerhana matahari total dari Luwuk, Banggai, Sulawesi Tengah.
(Foto oleh Dono Widiatmoko)
Gerhana matahari total, diduga dipotret dari Ternate, Maluku Utara.
(NASA Goddard)
Sekuens gerhana matahari total, dari Ternate, Maluku Utara.
(Foto dan kompilasi oleh Muchlas Arkanuddin)
Spektrum kromosfer yang teramati pada gerhana matahari total, dari Ternate, Maluku Utara.
(Constantinos Emmanoulidis/Infection Photography)
Mengamati gerhana matahari total, dari Ternate, Maluku Utara.
(Constantinos Emmanoulidis/Infection Photography)
Gerhana matahari total, dari Ternate, Maluku Utara.
(Constantinos Emmanoulidis/Infection Photography)
Gerhana matahari total dengan korona benderang, dari Ternate, Maluku Utara.
(Constantinos Emmanoulidis/Infection Photography)
Gerhana matahari total dengan olah citra khusus, dari Ternate, Maluku Utara.
(Constantinos Emmanoulidis, Miloslav Druckmüller/Infection Photography)
Gerhana matahari total dari pulau Ternate, Maluku Utara.
(Babak Tafreshi/APOD)

Sekuens berlangsungnya gerhana matahari total, dari Ternate, Maluku Utara.
(Foto oleh Farahhati Mumtahana)
Sekuens berakhirnya gerhana total, dari penerbangan Alaska Airlines (AS) 870 en route Honolulu dari Anchorage. (Fifth Star Labs)
Gerhana matahari total, dari penerbangan Alaska Airlines (AS) 870.
(Alaska Airlines)

Khusus untuk serial terakhir, berikut rekaman berlangsungnya fase gerhana total.
Peringatan: mungkin komentar sang perekam akan membuat jengah sebagian dari kalian.




Tentunya, di mana ada gerhana total, di sekitarnya ada wilayah yang 'hanya' terpapar bayang redup Bulan, alias mengamati gerhana sebagian.

Gerhana matahari sebagian (hampir total), dari MAN Insan Cendekia Jambi.
(Foto oleh Muhammad Naufal)
Gerhana matahari sebagian, dari Singapura.
(Foto oleh Joandy Leonata Pratama)
Gerhana matahari sebagian, dari wilayah Halim Perdanakusuma, Jakarta.
(Foto oleh Agazi Yoga Pangesti)
Gerhana matahari sebagian, dari Pondok Pesantren Rafah, Rancabungur, Bogor.
(Foto oleh Abu Yahya Jamaly)
Gerhana matahari sebagian, dari planet Bekasi, Tata Surya Indonesia.
(Foto oleh Ardi Ende Eliaputra)
Gerhana matahari sebagian, dari Banyumas, Jawa Tengah.
(Foto oleh Juan De Marco)
Gerhana matahari sebagian, dari Magelang, Jawa Tengah.
(Foto oleh Muhammad Ahdal'ula Rayhanfasya)
Sekuens gerhana matahari sebagian dari Pasuruan, Jawa Timur.
(Foto oleh Muhammad Soleh)
Gerhana matahari sebagian, dari wilayah Universitas Hasanuddin, Makassar.
(Foto oleh Dhika Nagareboshi)

Gerhana matahari sebagian, dilihat melalui proyeksi lubang jarum.
(Foto oleh Slamet Jr)

Bosan dengan gambar yang diam? Mungkin gambar yang bergerak akan membantu.

Bayang Bulan, sebagaimana terlihat dari titik Lagrange 1 Bumi-Matahari.
(DSCOVR/NASA)







Semua gambar di atas adalah gambar yang telah saya kumpulkan dari beragam post di lini masa media sosial. Untuk menilik lebih lanjut galeri dari berbagai foto gerhana matahari 9 Maret 2016 ini, sila kunjungi tautan berikut.
http://www.space.com/32198-total-solar-eclipse-2016-pictures.html
https://www.theguardian.com/science/gallery/2016/mar/09/total-solar-eclipse-thousands-gather-across-asia-and-australia-in-pictures
http://earthsky.org/todays-image/todays-eclipse-over-indonesia
http://heavy.com/news/2016/03/solar-eclipse-march-2016-sun-photos-pictures-indonesia-nepal-malaysia-nasa-reddit-twitter-pics-see/
http://mashable.com/2016/03/09/solar-eclipse-images-2016/#C6aZ0x9tVaqu

Sampai jumpa di lain kesempatan!

Eits, tunggu dulu. Masih akan ada tulisan lanjutan. Sila simak bagian kelima.
Lanjutkan baca »
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...