Di tengah kisaran dunia yang berpusing
Dengan diatasnya berbagai kelompok berotak miring
Datang seekor burung bersuit nyaring
Di samping sebuah tubuh yang terbaring
Tubuh kesepian itu tak jelas namanya
Milik yang merasa terusir dari dunia
Yang merasa dirinya sia-sia
Dan mencoba cabut nyawa dari jasadnya
Padahal dua tahun yang telah lewat
Ia mampu bersuara dengan lantangnya dahsyat
Berkecimpung dalam kejahatan dan maksiat
Terbenam jauh dari lampu akhirat
Dia pikir dia punya segalanya
Dia pikir dia yang paling berkuasa
Dia terabas dan dia lawan takdirnya
seolah dialah sang pemilik asa
Namun manusia tak pernah ingat berpikir
Tidak ada yang akan bisa melawan takdir
Walaupun pengakuan tak pernah terucap di bibir
Yang keluar hanyalah dendang Magadir
Dahulu ia dengan pongahnya berteriak lantang,
Untuk yang menentangku ini nasi serantang!
Tidak akan ada yang mampu meski cuma sebatang
Kalahkan saya dengan kekuasaan membentang
Kini lihatlah ia, tergeletak tanpa daya
Frustrasi oleh kejadian yang tak pernah disangka
Yang membuatnya sadar akan nasibnya sebenarnya
Yang amat rentan akan ancaman marabahaya
Untuk apa saya selama ini hidup
Jika tak ada yang bisa mengembalikan saya
Lebih baik cerita ini saya tutup
Dan saya akan menyelesaikan dengan bahagia
Persetan semua kejadian masa lalu
Yang terus berdering bertalu-talu
Mengingatkan akan masalahku satu persatu
Seperti lesung yang terus dihantam alu
Aku ingin menjadi cahaya perubahan
Yang membantu menggeret manusia dari keterpurukan
Juga dari kebodohan dan ketidakpedulian
Atas derita yang ada dalam setiap insan
Jika ini memang bukan takdir untuk mati
Dan aku masih diberi satu kesempatan lagi
Bolehkah Tuhan jika aku coba membersihkan hati?
Yang meskipun sudah mati bisa bangkit kembali?
~ditulis dalam rangka ketidaktahuan
Selasa, 7 Agustus 2012, 9:58 (UT+7)
6°19'32.03" S, 106°40'49.19" E
Tidak ada komentar:
Posting Komentar