Raja Syahbandar terkenal sebagai raja yang memiliki daerah taklukan demikian luas, menyaingi kerajaan Romawi yang mahsyur itu. Sejak muda, Raja Syahbandar begitu tergila-gila dengan hadiah, hingga ia meminta pada seluruh raja dari negeri taklukannya untuk mempersembahkan hadiah kepadanya pada hari ulang tahun si Raja.
Pada hari yang ditentukan, satu-persatu para raja dari tiap negeri jajahan mempersembahkan hadiah mereka langsung kepada Raja Syahbandar. Raja begitu senang menerima berbagai hadiah yang beberapa begitu mewah, dan tentunya begitu mahal.
Hari beranjak siang, dan tumpukan hadiah yang diterima Raja mulai menggunung di samping singgasananya, seolah menegaskan betapa luas dan hebat kerajaannya. Meskipun diselimuti bukti kemegahan semacam itu, sang Raja masih belum puas, karena belum semua raja negeri jajahannya datang memberi hadiah. Tercatat tinggal 3 kerajaan: Aram, Burirom dan Campanio belum mengirimkan perwakilannya ke istana Raja Syahbandar.
Sore menjelang. Raja yang benci keterlambatan ini mulai gusar dengan keterlambatan perwakilan ketiga kerajaan, ketika pengawalnya berseru dari pagar istana:
"Tuan Raja, raja dari Aram datang!"
Dengan pongahnya, Raja berjalan ke depan pintu istana, dan mendapati raja Aram datang tersengal-sengal membawa sebuah kotak besar.
"Maafkan kami Tuan Raja, negeri kami sedang kekeringan, sehingga kami tidak punya banyak pilihan untuk dijadikan hadiah. Semoga anggur terbaik Aram ini cocok untuk Tuan Raja." Raja Aram menyerahkan keranjang besar berisi anggur begitu banyak, bulat lembayung.
Mendadak Raja berseru,
"Kau ini, sudah terlambat, yang kaubawa hanya anggur! Jika kau tak mau rakyatmu mati bergelimpangan, segera makan semua anggur ini tanpa sisa!"
"T-t-tapi, Tuan, ini anggur paling lezat di dunia..."
"Diam dan HABISKAN SEMUA ANGGUR ITU!" Amarah Raja menggema di ruang istana.
Raja Aram yang ketakutan terpaksa duduk dan mulai mengunyahi anggur itu satu persatu. Dan tak lama, sang pengawal kembali berteriak dari gerbang istana,
"Tuan Raja, raja dari Campanio datang!"
Raja Campanio yang sadar dirinya terlambat sudah berlari menuju ruang depan istana dengan membawa sebuah keranjang besar.
"Maafkan kami Tuan Raja, negeri kami sedang tertimpa bencana longsor, sehingga kas istana menipis. Semoga apel terbaik Campanio ini cukup sebagai hadiah bagi Tuan Raja." Raja Campanio menyerahkan keranjang besar berisi apel-apel besar bulat kemerahan.
Seperti yang dialami raja Aram tadi, Raja kembali berteriak,
"Apakah kau merasa pantas membawa apel-apel ini sebagai hadiah bagi rajamu yang termasyhur ini?! Jika kau tak mau negerimu aku serang, segera makan semua apel ini tanpa sisa!"
"T-t-tapi, Tuan, ini apel kualitas terbaik..."
"Diam dan HABISKAN SEMUA APEL ITU!" Kembali gerungan Raja menggetarkan tiang istana.
Berbeda dengan raja Aram yang meringkuk memakani anggurnya, raja Campanio hanya mendelik sebentar ke arah raja Aram, lalu memahami apa yang terjadi. Yang terjadi selanjutnya di luar dugaan: raja Campanio menjatuhkan keranjang yang ia pegang, dan mulai tertawa terbahak-bahak, menggaung di ruang tersebut.
Raja Syahbandar dan pengawalnya hanya keheranan, tetapi karena Raja tak sudi kehilangan muka, ia berseru lagi,
"Mau kamu apa, oi raja Campanio! Apa kau hendak membuat makar atasku??!"
Raja Campanio masih saja tertawa, dan sembari meringis memegang perutnya yang kram akibat tawa, ia berusaha menjawab,
"Bukan.. apa-apa, Tuan Raja.. Aku tadi mendengar... Kalau raja Burirom sudah sampai setengah jalan menuju istana ini.."
"Lalu..?!"
"Hadiah... untukmu... Ia membawa..."
"Bawa apa? Bawa apaa??"
Hening, dan hanya tawa meringis raja Campanio lah yang mengisyaratkan jawabannya.
"Durian, Tuan Raja..."
-disadur dari cerita bertema serupa, tersebar di dunia maya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar