Rabu, 19 Juni 2013

Article#172 - Mendirikan Sebutir Telur

Saya pertama kali tergerak untuk mengamati kegiatan ini bukan karena saya baru melihat sebuah benda berwujud elipsoid bernama 'telur' itu. Tidak, tentu saja, saya sudah cukup sering berurusan dengan telur. Saya yakin kalian para pembaca juga tidak asing dengannya, apalagi jika kau termasuk tipikal anak yang rajin membantu orangtuamu memasak di dapur. Atau bahkan sudah terbiasa memasak makanan sendiri.


Semangat saya untuk ikut membahas topik, muncul kembali setelah sepekan yang lalu, muncul berita mengenai perayaan Peh Cun di berbagai situs berita Indonesia. Peh Cun, atau lebih dikenal sebagai Duanwu Festival (端午節) dalam komunitas China internasional, diperingati pada tanggal 5 bulan 5 di kalender China, sekitar akhir Mei-awal Juni dalam kalender Masehi. Peh Cun sendiri disebut sebagai dialek Hokkien untuk kata pachuan (扒船, arti: mendayung perahu), karena biasanya dalam hari ini diadakan lomba mendayung perahu naga, meskipun sekarang tidak lagi menjadi kegiatan rutin dalam perayaannya.

Meskipun begitu, dalam perayaan Peh Cun, yang paling sering menjadi perhatian media adalah kegiatan mendirikan telur. Konon katanya, tepat pada jam 12 siang di hari Peh Cun, telur bisa didirikan dengan lebih mudah dari biasanya. Kegiatan mendirikan telur ini seringkali menyertakan masyarakat yang sebenarnya tidak memperingati hari Peh Cun itu sendiri, untuk bersama-sama mendirikan telur. Sebuah percobaan bahkan pernah dicatatkan di buku rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) dengan jumlah telur berdiri terbanyak.
Dan kemudian, muncul pertanyaan: Mengapa kata mereka telur lebih mudah berdiri di hari Peh Cun?
Alasan yang sering diajukan, diantaranya ada seperti berikut ini: konfigurasi Matahari-Bulan-Bumi segaris, sehingga gravitasinya lebih seimbang. Ada juga yang bilang, Matahari mencapai titik kulminasi terdekat dengan Bumi, sehingga gravitasi Matahari lebih kuat. Dan seterusnya.

Sekarang, mari dikupas kedua alasan ini:
  • Konfigurasi Matahari-Bulan-Bumi segaris?
Tampaknya ini berasal dari sistem penanggalan kalender China sendiri, yang menggunakan bulan baru sebagai patokan awal bulan. Pada bulan baru, posisi Bulan mencapai konjungsi, atau posisi bujur ekliptika yang sama dengan Matahari. Efek gabungan dari gravitasi Matahari dan Bulan pada posisi bulan baru atau bulan purnama telah umum dikenal (dan diajarkan di mata pelajaran IPA di sekolah dasar) sebagai pasang purnama. Pada kondisi ini, pasang air laut mencapai tinggi maksimumnya akibat arah gaya tarik Bulan yang sejajar dengan gaya tarik Matahari. Menilik hal ini, mungkin beberapa pihak menganggap bahwa tanggal 5 dari satu bulan kalender lunar masih termasuk awal. Tetapi, jika memperhitungkan periode antara dua bulan baru, yang sekitar 29,53 hari, secara kasar Bulan sudah berada di posisi setengah jalan menuju bulan separo. Maka, tak relevan juga jika dikatakan, pada saat ini efek gabungan dari gravitasi Matahari dan Bulan paling kuat.
Pun demikian, terhadap air laut yang sedemikian berlimpahnya di Bumi itu saja, pasang purnama tertinggi 'hanya' sekitar 15 meter, di Teluk Fundy, Kanada. Pasang setinggi ini, masih tergolong relatif kecil jika dibandingkan dengan rata-rata kedalaman laut, yang rata-rata berkisar dari ratusan hingga ribuan meter.
Dan yang paling jelas, jika Matahari, Bulan dan Bumi segaris, seharusnya terjadi gerhana Matahari dong.
  • Matahari mencapai titik kulminasi terdekat?
Titik kulminasi atas adalah titik dimana suatu benda langit terlihat paling tinggi jika diamati seorang pengamat, dalam pergerakannya. Dalam konsep populer, bagi Matahari, titik kulminasi atas dicapai pada jam 12 siang. Tetapi tidak selamanya begitu. Sebenarnya Matahari jarang sekali mencapai titik kulminasi, atau posisi tertingginya di langit, ini tepat pada jam 12 siang. Terkadang lebih lambat, dan terkadang lebih cepat. Selisih antara sampainya Matahari 'sebenarnya' pada titik kulminasi ini, dengan pukul 12 siang, dikenal sebagai persamaan waktu. Dan konsep persamaan waktu ini sering dipakai ketika memperhitungkan waktu sholat.
Ketika bicara masalah 'dekat', pengamatan membuktikan bahwa pada hari Peh Cun, Bumi sebenarnya sedang bergerak menuju titik aphelion, posisi terjauh yang bisa dicapai Bumi dari Matahari. Bumi mencapai posisi aphelion kira-kira tiap tanggal 4 Juli, sementara perihelion dicapai pada 3 Januari. Secara teknis, pada awal Juni, jarak Bumi ke Matahari melebihi nilai 1 satuan astronomi.

Dan rupanya, cerita tak usai disini.
Masyarakat Barat juga memiliki cerita serupa, yang berbeda adalah waktunya. Konon katanya, menurut orang Barat, telur bisa didirikan tiap ekuinoks (khususnya ekuinoks musim semi), suatu waktu dimana panjang siang dan malam kurang lebih sama-sama 12 jam. Ekuinoks terjadi 2 kali setahun, yang pertama pada sekitar tanggal 20 Maret, dikenal sebagai vernal equinox (ekuinoks musim semi), yang kedua pada sekitar 22 September, dikenal sebagai autumnal equinox (ekuinoks musim gugur). Penamaan didasarkan pada musim di belahan Bumi utara.
Ekuinoks sendiri adalah masa dimana sumbu rotasi Bumi menghadap ke arah 90 derajat dari arah Matahari, karenanya panjang hari setara di seluruh penjuru Bumi saat itu. Tetapi, adakah hubungannya dengan telur yang berdiri? Nyatanya, tidak. Meskipun kata-kata semacam "panjang siang dan malam sama-sama 12 jam" mungkin terdengar begitu hebat di telinga beberapa orang, sebagaimana halnya kata-kata seperti "Matahari dan Bumi segaris", sebenarnya hal semacam ini sangatlah biasa. Tidak ada pengaruh ilmiah yang signifikan dari kedua kalimat diatas, pun begitu dalam menghubungkannya dengan telur yang berdiri.
Jika ada yang menghubungkannya dengan jarak Bumi-Matahari, sebelumnya saya sudah menyebutkan bahwa Bumi mencapai perihelion pada 3 Januari, dan aphelion pada 4 Juli.

Dari sudut pandang seorang skeptik, tentu saja kebenaran dari efek yang disebutkan diatas terhadap telur, sangat dipertanyakan. Mengapa tidak ada ajang mendirikan telur pada musim gugur? Mengapa hanya telur yang didirikan?
Kesimpulan: Telur bisa didirikan kapan saja, bermodalkan kesabaran yang cukup. Tentu saja, kekasaran permukaan telur, kekasaran permukaan bidang berdirinya telur akan berpengaruh. Tetapi tidak ada efek dari Bulan, atau bahkan dari siang hari yang 12 jam. Seseorang telah melakukan pengamatan yang membuktikan pendapat ini.

Tambahan: Gambar telur diatas diambil sekitar 1 jam yang lalu, oleh penulis. Kalau tidak yakin, bisa dicoba sendiri. Mudah kok.
Lebih lanjut, silakan buka laman berikut ini:
http://www.badastronomy.com/bad/misc/egg_spin.html
http://urbanlegends.about.com/od/errata/a/equinox_eggs.htm

2 komentar:

  1. kalau caranya Columbus itu di 'krekin' bawahnya supaya jadi datar, dan telur bisa deh dibediriin hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah cara begitu sih tidak 'ahli'.

      Telur di foto diatas aja nggak dipecahin ujungnya. Sekalinya dipecah, jadilah telur ceplok :v

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...