Kulirik kembali seisi kamar ini.
Kini diriku disini, di depan layar ini. Meskipun sudah terbiasa duduk di depan layar laptop, kali ini sedikit berbeda situasinya.
Di luar kamar hanya terdengar kicauan burung dan jangkrik yang memburu makan malamnya. Semburat bulan, yang warnanya putih keperakan. Warna yang menghiasi malam dengan angin sepoi-sepoi ini, yang tak pernah kulihat sebelumnya. Biasanya selalu semburat kekuningan pucat, seolah terkena hepatitis.
Kali ini, kesunyian terasa berbeda. Aku telah terbiasa akan kesunyian, tetapi entah kenapa kesunyian kali ini terasa berbeda. Terlalu rumit untuk dijelaskan. Bahkan kadangkala muncul pikiran, bukan akulah orang yang layak hadir disini. Seharusnya aku tetap duduk manis di tempat yang biasa, menyeduh cokelat panas untuk liburan yang tak berkelanjutan.
Tetapi, ya sudahlah, bulan yang kulihat pun tetaplah bulan yang sama. Mungkin bintang yang terlihat sedikit berbeda, tetapi tetap saja langit akan terhias olehnya. Meskipun kau mau memprotes takdir sebanyak apapun, takdir tak akan bergeming. Jadi buat apa protes? Toh segala macam keanehan ini mungkin hanya ada dalam benakmu saja. Hanya jeritan jiwa belaka.
Sebenarnya, dengan berakhirnya masa liburan, akan tiba masa perjuangan. Daripada menghabiskan waktu menggalau tanpa juntrungan, lebih baik belajar yang baik dan membuat perubahan bagi bangsa. Karena hidup adalah tentang bagaimana kau menyikapi apa yang ada.
Mari, mulai membiasakan berpikir untuk membuat kontribusi. Mungkin perjuangan memang berat, tetapi apa kah masih layak disebut berjuang jika yang kau lakukan hanya hal remeh?
Setapak langkah ke depan bagi manusia akan mengawali sebuah lompatan besar bagi umat manusia.
Perlahan, awan mulai menyibak bulan yang bercahaya. Apakah cahayaku sepertinya, hanya menunggu angin sejuk datang untuk menyibak awan yang menutupinya? Goresan takdir sekali lagi akan mencatat jawabannya.
Hari 6379, di tengah alunan kesunyian.
Kamis, 27 September 2012, 01:05 (UT+9)
38°16'40.69"N, 140°51'05.98"E
Tidak ada komentar:
Posting Komentar