Minggu, 20 April 2014

Article#287 - Astronom Tanpa Batas

Semburat sinar matahari yang mulai jarang menyapa isi kamar seolah memberitahu penulis bahwa Matahari telah menempuh perjalanannya mengarungi daerah langit utara. Ia pun akan terus begitu dalam empat-lima bulan ke depan.
Ya, sekarang sudah bulan April 2014. Sudah jauh melewati bulan tersebut, malah.
Dari sudut pandang seorang pelajar yang sudah telanjur lengket pada liburan, kenyataan kembali menampar. Tidak ada liburan yang abadi. Semoga tidak apa-apa, ya. (?)
Ada juga yang baru menjalani masa-masa menegangkan bersama ujian nasional, mengambil rehat setelah menghadapi soal yang konon kalibernya lebih sulit dari soal tahun sebelumnya.

Tetapi, bagi mereka yang berjiwa astronomis, April membawa sesuatu yang lain.
Saya perkenalkan, Global Astronomy Month 2014.

Poster versi penulis. Tidak ada kesalahan ketik yang tak disengaja di poster ini.
Kisah munculnya program tahunan ini bermula dari diselenggarakannya kegiatan tahunan berjudul "National Dark Sky Week". Kegiatan ini diinisiasi oleh seorang pelajar asal Virginia, AS, bernama Jennifer Barlow, yang menilai kegiatan tersebut sebagai sebuah ajang untuk mengajak orang-orang kembali menautkan diri mereka pada langit malam. (baca juga tulisan ini) Menurut laman Wikipedia, setidaknya ada tiga tujuan awal dari diselenggarakannya kegiatan ini:
  1. Mengurangi polusi cahaya, serta menumbuhkan kesadaran masyarakat akan dampak polusi cahaya,
  2. Mendorong diberlakukannya sistem pencahayaan luar-ruang yang tidak menyoroti langit, dan
  3. Mempromosikan pembelajaran astronomi.
Dimulai pada tahun 2003, lingkup dari kegiatan ini terus membesar, hingga sayapnya pun melebar melintasi sekat negara. Kini, kegiatan terkait lebih dikenal sebagai "International Dark Sky Week" dan menjadi satu bagian inti dari paket Global Astronomy Month secara keseluruhan.

Berikut kutipan terjemahan dari laman Global Astronomy Month. Semoga terjemah di bawah tidak mencurigakan. (?)

Tiada batas, ketika kita melihat ke atas

One People, One Sky

Kita semua bernaung di bawah langit yang sama, dan Astronomers Without Borders mengajak warga dunia untuk bersama-sama berbagi semangat dalam mempelajari astronomi dan kebesaran Semesta.

Berbagai proyek pengamatan langit menyatukan orang-orang, bersama-sama beraktivitas.

Proyek sokongan ikut memudahkan warga negara berkembang untuk ikut berperan, memberikan kesempatan pada orang-orang untuk mengagumi keindahan langit malam.

Program online mengajak orang-orang bekerjasama dalam pengamatan tak langusng.

Dan, dalam proses mengamati langit bersama, kita saling mempelajari antar satu sama lain, menjalin ikatan silaturahim yang kokoh, tak kenal sekat budaya ataupun bangsa.

Ikatan semacam inilah yang ingin dipacu oleh Astronomers Without Borders. Sebuah pesan singkat, atau hadiah berupa sebuah teleskop kecil, bisa menjadi awal dari tali silaturahim yang kokoh, atau semangat persehabatan yang menjangkau seantero dunia. Pemahaman menyingkirkan sikap tak acuh dan saling curiga. Pencitraan oleh media dikaburkan oleh wajah-wajah nyata. Relasi, dukungan, serta koneksi pribadi meluluhkan stigma.
Sila kunjungi  Proyek kami, yang sekarang maupun yang telah lewat, untuk mengenal lebih jauh apa yang kita lakukan.
Sila kunjungi  Kampanye kami untuk mengenal lebih jauh apa yang kita bagikan.
Sila kunjungi Kegiatan kami untuk mempelajari apa yang sedang terjadi.
Jika masih betah berkelana, penulis menyarankan untuk berkunjung ke laman iniini, atau ini.
Penasaran dengan kegiatan peserta Global Astronomy Month kali ini? Sila cek album berikut.

Logo resmi International Dark Sky Week. sumber
Bicara mengenai program pengamatan langit, tentu tak cukup jika belum membicarakan objek yang bisa diamati. Jadi, apa saja yang bisa diamati?
Pada dasarnya, dalam jangka waktu setahun, selalu ada berbagai kenampakan astronomi yang bisa diamati. Dimulai dari bintang, yang secara bergiliran mengisi langit malam dari hari ke hari. Sesekali, planet ikut bergerak bersama bintang. Jika tersedia teleskop atau binokular, objek yang lebih redup macam nebula bisa diamatti juga. Jika beruntung, sesekali kau bisa menemukan seberkas cahaya melaju cepat, mewujud sebagai apa yang biasa disebut meteor.

Khusus untuk bulan April 2014, setidaknya ada empat kenampakan yang cukup layak diperhitungkan.
Berikut daftarnya:
Mars, dipotret menggunakan teleskop berdiameter 16 inci
yang disambungkan ke kamera. Dipotret oleh Fabio Carvalho
di Assis, Brazil, pada 3 April 2014. Foto disadur oleh APOD
dari sini.

  • Oposisi Mars, 8-9 April 2014

Sebagaimana pihak oposisi yang selalu mengambil posisi berseberangan dengan pemangku kekuasaan utama, oposisi Mars terjadi ketika posisi Mars bersebrangan dengan pemangku kekuasaan Tata Surya, dalam hal ini, Matahari.
Meskipun begitu, Mars tidak benar-benar berseberangan dengan Matahari pada oposisi, sebagaimana oposisi dalam dunia politik yang sebagiannya masih membelok ke sana-sini.

Acuan bagi sebuah planet untuk dianggap berada pada oposisi, adalah ketika nilai bujur ekliptika dari planet terpaut tepat 180° dari Matahari. Bujur ekliptika sendiri adalah bagian dari sistem koordinat ekliptika, sebuah sistem pemetaan bola langit dengan bidang orbit bumi (ekliptika) sebagai fondasi utama.

Mars mencapai oposisi pada 8 April, pada 20:57 UT (9 April, 03:57 WIB; tanggal yang tertera setelah ini adalah dalam UT). Secara logis, kita akan membayangkan bahwa pada saat itu Mars mencapai posisi terdekatnya dengan Bumi. Tetapi, tidak demikian bagi Mars. Garis Bumi-Mars mencapai jarak terpendek untuk tahun 2014, pada malam hari 14 April lalu. Saat itu, jarak Bumi-Mars "hanya" 92 juta kilometer.
Bagaimana bisa? Orbit Bumi sedikit lonjong, dan orbit Mars lebih lonjong dari orbit Bumi. Konsekuensi dari kelonjongan orbit ini adalah bervariasinya jarak Bumi-Mars pada posisi terdekatnya, mencakup rentang 54-103 juta kilometer.

Oposisi Mars sendiri terjadi rata-rata tiap 780 hari, meskipun selang waktu ini pun bisa bervariasi antara 764 hingga 812 hari, berdasarkan tabel waktu oposisi Mars berikut.

  • Gerhana Bulan Total (15 April 2014) & Gerhana Matahari Cincin (29 April 2014)

Bulan dalam masa gerhana, beserta Spica (kiri; biru) dan
Mars. Dipotret oleh Damien Peach dari Barbados, pada
dini hari 15 April 2014. sumber
Kedua kenampakan ini sengaja dikelompokkan dalam satu pembahasan bersama, karena aktor utama dalam kedua jenis gerhana ini adalah benda langit yang sama, Bulan.

Gerhana Bulan total kali ini menjadi istimewa karena menjadi gerhana pertama dari seri empat gerhana total, atau disebut juga tetrad. Gerhana Bulan total berikutnya secara berurutan akan terjadi pada 8 Oktober 2014, 4 April 2015 dan 28 September 2015.

Konfigurasi orbit Bulan-Bumi yang sedang kondusif ini, pada gilirannya juga memungkinkan terjadinya gerhana Matahari sekitar dua pekan setelah gerhana Bulan total (untuk tahun 2014) atau dua pekan sebelumnya (untuk tahun 2015). Secara berurutan, akan ada gerhana Matahari cincin pada 29 April 2014, gerhana sebagian pada 23 Oktober 2014, gerhana total pada 20 Maret 2015, dan gerhana sebagian pada 13 September 2015. Secara keseluruhan ada 8 gerhana terjadi dalam masa dua tahun 2014-2015.

Khusus membicarakan gerhana pada April 2014, pemirsa di Indonesia untuk sementara harus bersabar. Gerhana Bulan total pada tengah bulan ini terjadi ketika Matahari belum terbenam bagi pengamat di sebagian besar wilayah Indonesia, sehingga Bulan tak teramati. (BMKG berhasil menjepret Bulan dalam masa gerhana sebagian dari Jayapura; lengkapnya sila cek tautan ini)
Simulasi gerhana Matahari sebagian pada 29 April 2014,
dengan posisi kota Kupang, NTT. Simulasi dibuat
dengan memanfaatkan piranti lunak Stellarium 0.12.0.
Sedangkan, untuk gerhana cincin di akhir bulan, meskipun secara matematis beberapa daerah di selatan Indonesia mendapat jatah mengamati gerhana Matahari sebagian, pada kenyataannya daerah yang tertutupi Bulan demikian sedikit. (Menurut laman berikut, Bulan hanya terlihat menutupi hingga 7% wajah Matahari dari Indonesia terutama Nusa Tenggara Timur.) Tanpa pengamatan langsung menggunakan instrumen pengamat Matahari, lewatnya gerhana mungkin tak akan terasa oleh penduduk setempat.
Berdasarkan alat peraga Stellarium, secara matematis, Matahari hanya akan mengalami peredupan sebesar 0,02 magnitudo tanpa efek atmosfer ketika diamati di Kupang. Peredupan sekecil ini tak mudah dideteksi oleh mata manusia.

Mempertimbangkan berbagai hal terkait, sepertinya penduduk Indonesia perlu sedikit bersabar hingga awal Oktober nanti untuk mengamati gerhana. Khususnya, gerhana Bulan. Untuk gerhana Matahari, kalkulasi menyatakan bahwa dalam tahun 2014-2015 tak ada gerhana Matahari yang dapat dilihat dengan mudah dan nyaman dari Indonesia. Gerhana Matahari terdekat dan terbaik untuk diamati dari Indonesia adalah pada 9 Maret 2016, ketika gerhana total akan bisa diamati dari sebagian Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Maka, kalian, harap bersabar ya.
  • Hujan Meteor Lyrid (sekitar 19-25 April 2014)
Hujan meteor sendiri sebenarnya adalah kejadian tahunan, dan bagi tiap-tiap kloter hujan meteor, ada waktu tersendiri dimana mereka akan berdatangan menerangi langit malam Bumi. Ini dikarenakan material yang menjatuhi Bumi dalam tiap kloter hujan meteor berasal dari satu sumber tertentu—misalnya komet. Maka, yang sebenarnya terjadi dalam sebuah hujan meteor adalah Bumi melewati orbit suatu komet.

Hasil foto bukaan lama atas hujan meteor Lyrids.
sumber
Jika kalian pernah membaca ulasan penulis mengenai komet ISON akhir tahun lalu, disana dijelaskan jika komet adalah benda langit yang senang meletup-letupkan isinya ke sekitar. Kebanyakan hasil letupan ini tetap berada tak jauh dari orbit si komet, bagaikan perintang tak terlihat di orbit Bumi. Dan setiap kali Bumi menerobos "perintang" ini, sebagian dari jejak komet ini tertarik gravitasi Bumi, dan terbakar di atmosfer dalam wujud meteor.

Hujan meteor Lyrid juga berasal dari mekanisme tersebut. Setiap kira-kira 415 tahun sekali, komet Thatcher (C/1861 G1) datang mendekati Matahari, meninggalkan jejak berupa batu-batuan dan es di sepanjang orbit. Bumi melintasi orbit komet Thatcher tiap awal paro kedua April, dan secara bersamaan "menyapu" batu-batuan tersebut ke dalam atmosfer Bumi.
Bagi pengamat di Bumi, meteor-meteor ini tampak datang dari arah dekat rasi Lyra, dengan bintang utamanya Vega, bintang tercerah di langit utara. Karena hal itulah, hujan meteor kali ini dinamai "Lyrid".

Hujan meteor Lyrid termasuk hujan meteor yang tak begitu "deras"; jika beruntung, paling tidak belasan meteor bisa diamati per jam pada puncak hujan meteor, sekitar 22 April. Jumlah ini masih kalah dengan hujan meteor yang lebih 'deras' macam Perseid (puncak ~12 Agustus) atau Leonid (puncak ~17 November), dengan frekuensi meteor hingga satu meteor per menit, terkadang lebih.
Bagaimanapun juga, hujan meteor Lyrid datang kira-kira tiga bulan setelah hujan meteor Quadrantids (awal Januari). Setidaknya cukup untuk melepas dahaga para pengamat hujan meteor, selama mereka tidak meminum meteornya.

Terkait hujan meteor Lyrids, rekan kita di Rusia mendapatkan sedikit kejutan dari meteor yang datang. Kamera yang dipasang warga Murmansk, Rusia barat laut, di mobil merekam kenampakan meteor terang pada dinihari 19 April waktu setempat. Beberapa pihak mungkin terkenang akan meledaknya meteor terang di Chelyabinsk, Rusia tengah pada Februari 2013 lalu. Apalagi, meteor yang menerobos langit dekat Murmansk ini berpijar cukup terang. Meskipun demikian, sejauh ini belum ada laporan kerusakan dari lokasi.
Di bawah tersuguh rekaman meteor terang terkait. Selamat menikmati.

Demikianlah kiranya sedikit coretan dari penulis tersampaikan. Selamat menikmati waktu kalian dengan mengamati langit dan merasakan betapa dekatnya angkasa. (?)
There are many languages, cultures, and traditions.
But there's only one sky
And that's how astronomy connects us.
(kutipan dari Forum Pelajar Astronomi)
Jika kalian berencana menyiapkan diri untuk kenampakan langit selanjutnya, cermati infografik berikut dan tandai tanggalnya. Banyak yang bisa diamati dalam 2-3 bulan ke depan, maka bersiaplah! (sila kunjungi juga daftar berikut)
sumber dari laman I fucking love science
Terakhir, mungkin ada yang penasaran akan judul post kali ini. Sederhana saja, judul tersebut diambil dari terjemah Astronomers Without Borders, pihak yang mengelola program tahunan Global Astronomy Month ini. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

Update! (per 26 Mei 2014, 18:43 UT)


info lebih lanjut

6 komentar:

  1. kelihatannya menarik gi *belum buka link2 itu semua tapi
    btw, aku kangen baca blognya gian *udah lama gak bacain update-annya, huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya dibuka sekalian, biar menarik betulan. :v

      Hapus
  2. Seru kayaknya nih, baru baca-baca sekilas hehe

    BalasHapus
  3. Bagus banget tagline nya :') *there's only one sky and that's how astronomy connects us :')

    Ohya butuh waktu lama yaa baca tulisan gian haha >< (saking banyaknya tulisannya~)
    Great!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, yang buat anak OSN Astronomi itu

      Banyak yang dijelaskan soalnya. Hoho makasih (y)

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...