Sabtu, 06 April 2013

Article#151 - Sehelai Yang Tersapu Zaman

Sebut saja ia, sehelai bunga indah nan lemah
Bergoyang bersama angin dalam irama senada
Bersama berjuta kawan, bersama tanpa lelah
Menyambut fajar baru yang merekah
Dan lanjutan hidup yang berwarna, cerah
Ia, yang kehadirannya senantiasa didamba
Yang menerbitkan harapan dalam jiwa yang lemah
Pernahkah ia merenungi tempatnya di ranting sana?
Ia, yang menyejukkan mata yang memandang
Yang demi dirinya berjuta orang rela datang
Sudikah dia menjadi objek sebuah kekaguman?
Akankah ia jenuh dan muak akan kehidupan
Dan merasa kematian jauh lebih menyenangkan?

Dengan tegarnya ia bertahan pada ranting-ranting
Yang terkadang membawanya terbalik dan miring
Meski angin terus menerpanya hingga pusing
Dan menerbangkan kelopaknya, keping demi keping
Begitu lama ia bisa bertahan dan tetap merentang
Tetapi begitu mudah pula ia terlepas dan terbang
Duhai bunga, mengapa yang indah terkadang lemah?
Atau hanya diriku kah yang terlalu berburuk sangka?
Apakah aku yang terlalu lama berdiam dalam utopia
Dan lupa melihat kenyataan yang tersimpan?

Apapun itu, ia kini sudah ada dimana-mana
Dari puncak pohon termegah yang menatap congkak
Hingga dasar selusur jembatan yang bermuram durja
Ia hanya punya kesempatan sebentar saja
Mencicip indahnya dunia dari atas sana
Ia rapuh, tetapi ia bertahan dengan teguh
Menghadap angin dingin tanpa mengeluh
Dan kuharap ia dapat dengan tulus memahami
Ia hadir tidak untuk selamanya menghiasi
Akan ada saatnya, ia harus beranjak pergi
Seperti jiwa ini, sebentar lagi


Hari 6571, bersama hujan yang mendamaikan.
Digoreskan dalam permulaan yang berliku,
Kamis, 4 April 2013, 06:07 (UT+9)
34°59'33.63"N, 135°49'01.61"E

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...