Seperti tulisan saya biasanya, yang kali ini terinspirasi dari berbagai hal yang saya baca dan temukan ketika menjelajahi dunia maya, dan mencoba mengaitkannya dengan apa yang saya amati di dunia nyata. Dan kemudian, terkompori oleh tulisan Salman serta Annisa, sayapun memantapkan niat untuk menulis tulisan kali ini.
***
Berbeda dengan salah satu (atau dua?) post saya sebelumnya yang berawal ketika negara api menyerang, tulisan yang ini berawal dari pencarian saya akan kutipan yang saya kutip dalam tulisan edisi Tempus Fugit sebelumnya. Kalian-kalian yang sering berkelana di dunia maya, pasti tahu jika banyak post yang membandingkan orang luar negeri dengan orang Indonesia, dalam bahasa Indonesia. Sayangnya, kebanyakan menonjolkan sisi superioritas orang luar sana dibanding orang Indonesia, yang kemudian justru menyebarkan pesimisme di berbagai kalangan rakyat. Pesimis akan masa depan negeri ini, pesimis bahwa ia masih bisa diperbaiki.
Salah satunya bisa dilihat di post terkait, atau di sini: http://img341.imageshack.us/img341/2816/sedikitkomentarmereka.png
Sayang sekali, kalau post yang membanding-bandingkan seperti itu justru malah menyebarkan pesimisme yang justru merusak semangat berjuang rakyatnya. Terlepas dari apapun maksud baik sang penulis disana.
Karenanya, disini saya hanya ingin sedikit meluruskan.
Sekeren apapun 'negara-negara maju itu' terdengar oleh kalian, sebagaimana didengung-dengungkan oleh orang-orang, 'negara-negara maju itu' nyatanya punya segudang masalah yang nggak kalah parah sama Indonesia. Mari kita kesampingkan dulu kelemahan dan kekurangan Indonesia di sana-sini.
Boleh jadi mereka punya kekuatan ekonomi yang luar biasa, tetapi ketika Indonesia menghentikan impor daging AS, justru mereka langsung ketar-ketir.
Boleh jadi mereka punya segudang ilmuwan pemenang Nobel, tetapi banyak anak muda disana yang nggak punya motivasi kuliah. Bahkan, demi memenuhi kampus-kampus terbaiknya dengan mahasiswa, 'negara-negara maju itu' sampai harus membuka pintu lebar-lebar kepada mahasiswa internasional.
Boleh jadi mereka memperkenalkan budaya pola pikir yang maju dan terdepan, tetapi nyatanya, generasi muda mereka banyak dibuai oleh nafsu dunia dan dikikis moralnya perlahan-lahan.
Boleh jadi mereka punya teknologi yang sedemikian maju dan mapannya, tetapi banyak orang yang dijauhi kan dari dunia nyata dan berbagai peningkatan kapasitas diri olehnya.
Kesempatan bagi kita untuk maju perlahan terbuka dan melebar.
Kesadaran anak bangsa akan nasib negerinya ini terus menyebar.
Kita bersama tentunya tahu bahwa Indonesia, beserta segenap isinya termasuk kita semua, masih tertinggal dari 'negara-negara maju itu' dalam berbagai aspek kehidupan. Tetapi bukankah kita bisa terus belajar?
Kita tentunya tahu bahwa Indonesia ini, rakyatnya masih banyak yang ribut sendiri-sendiri, pemerintahnya asik sendiri. Tetapi kesuksesan itu, tentunya masih bisa kita kejar.
Indonesia punya keuntungan besar dibandingkan dengan mayoritas 'negara-negara maju itu' saat ini, dari pertumbuhan ekonomi yang pesat, pertumbuhan penduduk yang pesat. Modal ini sebenarnya lebih dari cukup untuk mengantar Indonesia menuju pintu gerbang kemerdekaan yang sesungguhnya. Bagaimana selanjutnya, tergantung bagaimana kita semua mau memanfaatkan momentum ini. Di saat 'negara-negara maju itu' sedang terlena akan posisi mereka di puncak, mereka yang tidak di puncak, akan senantiasa memberdayakan dirinya untuk sampai ke puncak itu.
Nah sekarang, mari bersama-sama melakukan kebaikan bagi lingkungan sekitar kita. Lakukan apa yang bisa dilakukan, berikan manfaat sesuai dengan kapasitas yang dipunya. Mari, kita buktikan kesungguhan kita dengan tindakan dan kontribusi, sembari terus perbaiki diri.
'Negara-negara maju itu' bukanlah sesuatu yang superior atas kita semua. Kita bisa mengungguli mereka. Dan sekarang kesempatan terbuka makin lebar bagi kita untuk membuktikannya. Pertanyaannya sekarang adalah: mau atau tidak?
Hari 6565, di tengah sore yang berangsur menggelap'Negara-negara maju itu' bukanlah sesuatu yang superior atas kita semua. Kita bisa mengungguli mereka. Dan sekarang kesempatan terbuka makin lebar bagi kita untuk membuktikannya. Pertanyaannya sekarang adalah: mau atau tidak?
Dicetuskan atas hidup yang terus berjalan,
Ahad, 31 Maret 2013, 18:38 (UT+9)
35°09'07.28"N, 136°57'56.61"E
Artikelnya cetar membahana badai.
BalasHapusbtw, ka Gian udah berkontribusi gak dlm mengunggulkan bangsa kita di kancah Internasional?
Ane tentunya punya tujuan ke sana. Tapi yang penting sekarang kan bertindak sesuai dengan kapasitas dan minat masing-masing. Supaya bisa lebih menghayati :)
Hapus