Senin, 22 Juni 2015

Article#432 - Senja Dua Dunia


Kita yang terbiasa bersemayam di haribaan Bumi, mungkin tak asing lagi dengan semburat jingga yang biasa menaungi kilau senja maupun fajar. Sehingga, ketika salah satu robot penjelajah yang sedang menyintas permukaan "planet merah" beristirahat sejenak dan mengabadikan citraan senja, kita yang mengoperasikannya dibuat terpana oleh perbedaan.

Tentu saja, ketika fokus kita membicarakan senja, maka yang segera diamati adalah mentari yang beranjak meninggalkan jangkau pandang kita. Kita dapati mentari yang meninggalkan pandang makhluk Bumi tampak melonjong, sebagai hasil dari pembiasan oleh atmosfer Bumi di arah dekat cakrawala. Sementara, mentari dari sudut pandang robot penjelajah Mars adalah mentari yang relatif tampak bundar, dan juga tampak lebih kecil dari apa yang kita lihat.
Tipisnya atmosfer Mars (yang pada permukaan bertekanan hanya 0,6% tekanan atmosfer di muka laut Bumi) serta jarak Mars-Matahari yang sekitar 50% lebih jauh dari jarak Bumi-Matahari menjadi faktor utama di balik kenampakan mentari bundar kecil dari Mars.

Segera setelah pandangan mata memintas mentari, pandangan akan beranjak pada semburat senja yang menaunginya. Semburat kejinggaan yang jamak kita jumpa di Bumi, adalah sisa cahaya yang tidak disebarkan oleh molekul nitrogen dan oksigen melalui persebaran Rayleigh (yang lengkapnya pernah saya bahas pada tulisan ini).
Sementara...
.....
.....semburat kebiruan? Benar ia semburat kebiruan?
Iya, semburat kebiruan. Fenomena khas atmosfer Mars ini diyakini terjadi berkat partikel debu yang melayang-layang di permukaan Mars. Partikel-partikel debu yang terus beterbangan ini menyerap sebagian porsi cahaya biru yang ia terima dari Matahari, sementara cahaya lainnya (yang secara total menyatu sebagai warna kuning kecokelatan) disebarkan oleh partikel debu melalui persebaran Mie. Persebaran Mie ini, pada gilirannya, ikut menyebarkan berkas cahaya searah dengan arah berkas cahaya sebelumnya, memberikan warna biru untuk dinikmati di kala fajar dan senja. Kedua kala ini menjadi saat di mana cahaya Matahari menempuh jarak terjauh melintasi atmosfer Mars, yang ikut mempengaruhi semburat kebiruan yang melingkupi mentari dekat cakrawala.

Kita, yang konon menghuni "planet biru", ternaungi langit kebiruan yang bersemu kemerahan di waktu senja.
Sementara mereka para robot yang menjelajah "planet merah", ternaungi langit kemerahan yang bersemu kebiruan di waktu senja.
Segala kontras ini menyapa, di kala menatap mentari yang sama.

Foto kiri oleh Damia Bouic.
Foto kanan oleh NASA, JPL-Caltech, MSSS; diproses oleh Damia Bouic.

Gambar diolah dari citra asli di laman APOD.

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...