Jumat, 26 September 2014

Article#347 - Kapan Ke Yogyakarta Lagi?

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna

Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja

Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila

Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu

Walau kini kau telah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Ijinkanlah aku untuk selalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu

Walau kini kau telah tiada tak kembali (tak kembali)
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi (senyummu yang nan abadi)
Ijinkanlah aku untuk selalu pulang lagi (untuk selalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Walau kini kau telah tiada tak kembali (tak kembali)
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi (senyummu yang nan abadi)
Ijinkanlah aku untuk selalu pulang lagi (untuk selalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Walau kini kau telah tiada tak kembali (tak kembali)
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi (senyummu yang nan abadi)

© Adi Adrian & Katon Bagaskara. 1990.

***
Diluncurkan sebagai lagu pembuka dalam album Kedua dari KLa Project, Yogyakarta kini menjadi salah satu karya KLa Project yang paling terkenal. Yogyakarta diaransemen dengan gaya KLa Project yang banyak mengusung unsur elektronika dalam musiknya. Keputusan yang terbilang berani, ketika musik meinstrim pada saat itu masih didominasi musik beraroma Melayu.
Agaknya, ciri musik KLa Project yang khas tersebut kemudian menjadi salah satu faktor yang mendorongnya tetap bertahan dalam belantika musik Indonesia. Yogyakarta sendiri kemudian meraih tiga label penghargaan BASF Award, penghargaan kelas atas dalam belantika musik Indonesia di era 80-an dan 90-an. Hal tersebut menahbiskan Yogyakarta sebagai salah satu lagu terbaik besutan KLa Project, dan hingga saat ini, termasuk salah satu yang paling dikenal khalayak ramai.


***
Aku pertama kali menyambangi Kota Pelajar pada tahun 2006. Saat itu, baru beberapa bulan berlalu sejak Merapi terbangun dan melelerkan batuan panas ke lerengnya. Aku yang kelewat bersemangat tentu saja memanfaatkan kesempatan untuk mengunjungi sejumput sisa dari kedahsyatan gulungan batuan panas yang kemudian mengubur lokasi tersebut. Sejenak kubayangkan, berapa jauh tanah di balik runtuhan andesit tersebut, juga seperti apa daerah tersebut terlihat sebelum terkubur di balik beberapa meter batuan vulkanik.

Setelah itu, tak sering kudapatkan kesempatan bertandang ke Yogyakarta. Kesempatan berikutnya ada di penghujung tahun 2011, beserta sekian banyak rekan seangkatan. Terlepas dari kegiatan merusuh bersama rekan-rekan, sudut kota Yogyakarta sendiri saat itu belum begitu menimbulkan kesan. Mungkin karena aku lupa memusatkan pikiran pada lingkungan kota.
Kesan yang unik akan Yogyakarta baru kurasakan pada Juni 2012 ketika aku mendapat kesempatan menjelajahi kota seorang diri. Hanya empat hari memang, ditambah satu kali lagi kunjungan di akhir Agustus yang cukup selama tiga hari. Tetapi, ada kesan yang menarik, yang entah kenapa sulit terkatakan. Kesan yang muncul dan menyergap kuat saat aku kembali lagi, seorang diri lagi, mendatangi Kota Pelajar ini.
Mungkin karena aku hampir menjadikan kota itu sebagai tempat tinggalku? Atau itu hanya produk delusi jiwa bodoh yang kurang berpikir?

Kapan? Ketika memungkinkan.
Mohon doakan.
Aku tak yakin. Yang jelas, terlepas dari berbagai kasus yang mendera Yogyakarta dalam beberapa waktu ke belakang, ada yang masih kusetujui dengan takzim saat mendengar pembicaraan tentang kota tersebut.
Mengutip kata-kata Anies Baswedan, setiap sudut di kota Jogja itu romantis. Punya daya magis.
Dan aku tak merasa akan bosan terjerat lagi.

Walau kini ku tiada dapat kembali 
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi 
Izinkanlah aku datang ke Jogja lagi 
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Apdet: Tulisan ekstra bagi yang merindu Jogja: http://mojok.co/2014/10/jogja/

2 komentar:

  1. seperti lagu yang pernah aku pos di blog, aku suka lagu itu sejak pertama denger di FK :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waks keduluan ternyata. Post yang ini kan ya?

      Eh kayaknya kite ngopas liriknya dari video yang sama, Fit. Cuma di post ini liriknya diedit dikit~

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...