Sial!
Entah kemana perginya batu malang yang kutendang tadi itu. Iya, aku tahu ia sama sekali tidak bersalah, tetapi dalam saat seperti ini, aku merasa ingin menumpahkan segala emosiku.
Kenapa semua usahaku akhir-akhir ini sama sekali tidak dihargai?
Aku kembali mengulang-ngulang semua hal yang sudah berjam-jam berputar di kepalaku.
Ujian termodinamika yang lagi-lagi tidak tuntas. Padahal sudah kurelakan diriku tidak tidur semalaman, belajar supaya kali ini lulus ujian.
Proposal karya ilmiah yang lagi-lagi ditolak. Karya yang sudah kurancang dalam beberapa pekan belakangan, ditolak begitu saja oleh si ketua klub karya ilmiah itu.
Teman-teman yang (lagi-lagi..?) pergi jalan-jalan tanpa mengajak. Apalagi, kudengar mereka mengadakan pesta ulang tahun.
Yah, mungkin aku memang bukan bagian dari mereka?
Aku berjalan gontai menuju rumah kost. Aku bersiap melepas sepatu, melempar tas ke atas ranjang, dan merebahkan diri, supaya tidak dibuat tambah pusing.
Aku membuka pintu...
DAR!
Suara yang membuatku terlonjak ini, hanyalah awal dari kejutan berikutnya yang muncul.
Sekerumunan teman-temanku langsung datang mengerubungi, tanpa ampun seperti mengerubungi daging kurban. Untung aku belum disembelih.
"Selamat ulang tahun, Denis!"
Aku hanya melongo.
Benar juga. Hari ini kan 24 Oktober, ya.
"Elo kemana aja, Denis? Lama sekaali!" sahut Andre yang menepuk-nepuk pundakku begitu keras.
"Ini, ada telepon dari Bu Linda, dosen termo," sambar Tono yang menydorkan hapenya ke telingaku.
Aku menoba mendengarkan suara Bu Linda di tengah kerusuhan di pintu rumah kostku itu.
"..Andre, maaf ibu tadi menuliskan nilaimu tidak tuntas. Andre dan kawan-kawan yang meminta begitu, katanya untuk kejutan ulang tahunmu hari ini. Nilaimu bagus kok, jauh diatas nilai sebelum-sebelumnya. Selamat ulang tahun ya, Andre," Bu Linda berseru dari seberang telepon. Aku bisa mendengar sedikit tawa di suaranya.
Hahaha. Ini permainan mereka, rupanya.
Seolah belum puas menepuki punggungku yang pasti sekarang sudah merah, Andre menatapku lagi dengan gelak tawa. Mungkin karena ekspresiku yang masih dalam fase terbengong-bengong.
"Hahaha... Denis, elo terlalu sibuk sih! Ngerjain proposal lah, apa lah, sampai lupa sama kita-kita. Santai aja, proposal elo gue terima kok. Tapi ya, temen-temen elo juga diajak atuh merancang proposalnya. Kasian tuh mereka nganggur.." Masih tertawa, Andre menawariku segelas sirup.
Yang lain ramai menyuitiku, melempariku dengan kaus kaki, baju kotor, atau entah apa itu. Tetapi aku hanya duduk, terdiam, sejenak.
Mungkin hidup yang menjemukan kualami karena terlalu banyak prasangka.
Lebih baik kuhapus saja semua prasangka itu, sekarang.
Mencoba memasang wajah bersahabat, aku mulai meneguk sirup yang diberikan Andre.
Tanpa prasangka apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar