Minggu, 10 Juni 2012

Article#61 - Ketika Kau Mengejar yang Akan Segera Pergi..

Mungkin judul diatas cukup kontroversial bagi sebagian dari kalian, dan mungkin ada yang terlonjak kaget hingga gelas yang dipegangnya jatuh dan pecah bertebaran (segitunya...) sembari nyeletuk, "Apa sih maunya anak aneh ini?". Yah, tapi saya tak akan mengurusi mereka. Biarkan saja mereka dengan keheranannya, karena bukan itu yang akan kita bahas disini. Langsung saja ya.
Yup, setelah cukup bersedih-sedih ria bagi kalian yang sedih dan bersenang-senang ria bagi yang senang, sekarang waktunya bagi yang sedih untuk bergembira dan yang senang untuk meningkatkan kadar kesenangannya (?). Hah, lupakan deh. Nah, buat saudara-saudara sekalian yang belum tahu (dan sayang sekali anda tidak tahu..), pada tanggal 6 Juni 2012 kemarin terjadi sebuah peristiwa langka. Bukan, bukan interogasi Nazaruddin, itu kan sudah sering. Dan bukan juga pawai sepeda roda tiga. Bukan, yang kemarin terjadi adalah transit Venus. Yah, ibarat orang naik pesawat yang transit/singgah sementara di bandara Soekarno-Hatta (walaupun faktanya bandara nasional kita ini jarang digunakan sebagai bandara transit, apalagi kalau dibandingkan dengan bandara Changi-nya Singapura. Jauh!), yang terjadi adalah planet Venus terlihat 'singgah' melintasi piringan Matahari dilihat dari Bumi. Seperti ini nih..
direkam oleh Ilham Muslim dari HAAJ, 6 Juni 2012, 09:25 WIB
Kalau dilihat dari Bumi, planet Venus akan tampak berupa noktah hitam di tengah piringan cerah Matahari. Tetapi, kejadian ini tidak bisa dilihat bermodalkan mata belaka. Tahu sendiri lah, Matahari kan sangat terang, jadi mencari noktah Venus akan sangat mustahil hanya dengan mata. Bahkan, bukannya dapat melihat Venus, yang ada malahan penglihatanmu rusak. Jadi jangan dicoba ya! (jangan dicoba ini lebih karena Venus-nya udah lewat ...hehe).
Mungkin ada baiknya di awal dijelasin mengenai transit Venus itu sendiri. Pertanyaan yang muncul pertama seringkali adalah mengenai "Kapan bakal terjadi lagi fenomena semacam ini?". Bagi kalian yang menanyakan hal tersebut, saya akan beritahu bahwa ada sepasang transit Venus dalam seabad, atau tepatnya 2 pasang dalam 243 tahun. Namun, dengan sangat menyesal, harus saya sampaikan bahwa sepasang transit Venus di abad ini telah diselenggarakan, tepatnya pada 8 Juni 2004 dan yang kemarin, 6 Juni 2012. Transit berikutnya? Tunggu saja pada 11 Desember 2117. Yah, siapa tahu Anda panjang umur. Dan, harus saya katakan bahwa daerah Indonesia beruntung dapat menyaksikan transit ini (tentunya relatif bagi yang ingin menyaksikannya).
Warga yang berdomisili di daerah abu-abu sama sekali tidak dapat menyaksikan transit.
Tentu sajak, secara teoretis daerah di luar daerah abu-abu di peta diatas dapat menyaksikan transit walaupun hanya sejumput. Tetapi, itu kalau tidak ada awan atau antek-anteknya yang sejak dulu terkenal sering mengganggu para pengamat langit. Sayangnya, berdasarkan informasi yang saya dapat dari berbagai tempat, beberapa rekan pengamat kita di Eropa tidak dapat menyaksikan transit ini berhubung awan yang memenuhi langit. Selengkapnya lihat gambar berikut,
diambil pada 6 Juni 2012, 19:03 UT
Sekarang mari kita haturkan bela sungkawa bagi mereka semua *apadah. Yup, lanjut ya.
Yang membuat transit ini lebih populer dibanding pada 2004 silam, selain karena teknologi informasi yang sudah sangat berkembang, adalah kenyataan bahwa transit ini adalah yang terakhir untuk Venus di abad ke-21. Jadi ini bisa dibilang kesempatan 'sekali seumur hidup'—terutama bagi mereka yang belum beruntung untuk menyaksikan transit yang sama tahun 2004. Yah, saya salah satunya—waktu itu lagi sekolah, maka tentu saja sebagai seorang anak kurang kerjaan nan gila yang nggak punya kerjaan setelah mendapat liburan tengah tahun pecinta fenomena alam yang tidak ingin melewatkan peristiwa semacam ini begitu saja, meluncurlah saja menuju kawasan Planetarium Jakarta, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, di dalam kompleks taman Ismail Marzuki (TIM), tepatnya di lahan kosong diata gedung planetarium. Disana, beberapa rekan dari HAAJ (Himpunan Astronomi Amatir Jakarta) telah siap sedia dengan beberapa teleskop, teleskop mini buatan tangan, kacamata, dan binokular besar–semuanya dengan filter penapis cahaya matahari supaya Matahari–dan kalau beruntung, Venusnya juga–dapat diamati dengan jelas. Karena transit sudah dapat diamati sejak matahari terbit di Jakarta, bahkan sejak jam 7 pagi pun lokasi pengamatan sudah cukup ramai. Saya sendiri baru sampai di kompleks sekitar pukul 09.50 WIB, dan segera menuju lokasi pengamatan.
Bukan, ini bukan antri tuker kupon, ini lokasi pengamatan transit Venus
Teleskop yang kecil itu buatan tangan mahasiswa anggota HAAJ loh.
Rupanya sudah banyak orang berkumpul disana. Daripada hanya tercenung menunggu awan menyibakkan Matahari, saya memutuskan berkeliling dan mengamati orang-orang yang ada disana. Kebanyakan berkerumun di teleskop-teleskop yang berlokasi di sisi barat daerah pengamatan, karena di sisi timur para punggawa HAAJ telah siap dengan kamera masing-masing untuk memotret sang Surya (bukan sang ilmuwan Yohannes Surya, atau teman seangkatan saya si Suria) yang sempat beberapa lama bersinar di balik awan. Kamera tersebut mereka pasang pada teleskop supaya citra Matahari yang terbentuk tampak lebih besar dan jelas. Namun ada juga seorang bapak-bapak, yang tadinya saya kira memakai teleskop juga, sampai saya sadar itu bukan teleskop.
Sudah dibilang, ini bukan teleskop..
Tidak mau kalah, saya juga ikut memotret dengan peralatan seadanya. Apa mau dikata, kamera merah saya tercinta (leeh..) kehilangan energi. Akhirnya saya keluarkan kamera HP untuk memotret. Sayapun mencoba untuk mengabadikan transit itu di HP, namun sayang sekali, kamera HP saya terlalu lemah dan tidak bisa memperbesar ukuran citra gambar hingga cukup besar untuk dapat memperlihatkan noktah Venus, bahkan dengan filter sekalipun. Yah, terpaksa saya mengamati dari kamera-kamera yang terpasang  di lokasi. Yah, paling tidak berhasil melihat sendiri, bukan dari foto.
Dan, transit terakhir abad ini pun berakhir pada 11:49 WIB. Seiring berakhirnya transit, para hadirin perlahan beranjak pergi meninggalkan lokasi pengamatan. Sementara beberapa petinggi HAAJ diwawancara oleh wartawan dari berbagai stasiun televisi, dan saya menunggu untuk mendapat secuil foto-foto hasil pemotretan transit, saya melihat seorang anak–belakangan saya tanya usianya sekitar 6 tahun–yang diberondong pertanyaan terkait dunia keplanetan dan astronomi. Namanya Sereno Abirwafa, dan dia menjawab setiap pertanyaan dengan gaya yang amat 'kebuku-bukuan'—istilah yang dipakainya dan kata-katanya benar-benar bahasa buku. Asli, paten, total. Tapi tetap saja disampaikan dengan sangat baik untuk ukuran anak usia 6 tahun. Beberapa hadirin juga menanyakan berbagai hal kepada anak itu–dari Mars yang mengandung kehidupan hingga roket-roket hasil karyanya beserta orangtuanya. Kebanyakan orang hanya tergeleng-geleng bingung mendengar penjelasan anak itu yang mengalir tanpa henti, namun dasar iseng, saya mencoba mencecarnya dengan pertanyaan terkait roket, topik favoritnya. Dan saya menang! Dia kehabisan argumen dan hanya berkata 'Jadi bingung..'.
Yah, mungkin cukup sekian cerita seputar pengamatan transit Venus. Berikutnya akan saya bagikan hasil pemotretan transit dari berbagai belahan dunia. (warna mataharinya berbeda-beda karena perbedaan filter yang dipakai)
direkam oleh Aran Young di Sydney, 5 Juni 2012 23:25 UT
direkam oleh Alexchen4836 di Guangzhou, 6 Juni 2012 00:41 UT
direkam oleh Payman Sazesh di Isfahan, Iran, 6 Juni 2012, sekitar pukul 04.10 UT
hasil jepretan NASA melalui satelitnya SDO (Solar Dynamics Observatory).  Foto diambil secara berselang tiap sekitar setengah jam.
Dan untuk hidangan penutup, akan saya sajikan video berdurasi 3 menit 7 detik, yang merupakan hasil perekaman dari satelit SDO milik NASA.
Keterangan:
  • Matahari berwarna emas diamati pada panjang gelombang ultraviolet 171 Ångström
  • Matahari berwarna kecoklatan (seperti pada 1:46 di video) dan matahari berwarna ungu setelahnya diamati pada panjang gelombang ultraviolet 193 Ångström  
  • Matahari yang berwarna merah diamati pada panjang gelombang ultraviolet 304 Ångström 
  • Matahari yang berwarna magenta diamati pada panjang gelombang ultraviolet 1700 Ångström (seperti pada 2:06 di video)
  • Matahari berwarna oranye diambil pada panjang gelombang visual 5500 Ångström
  • Yang terekam pada panjang gelombang 171, 193 dan 304 Ångström adalah atmosfer Matahari, sementara selebihnya merekam permukaan matahari.
Yap, mungkin sekian dari saya. Nantikan artikel selanjutnya, nanti!
(:g)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...