Sepintas memang terkesan sia-sia. Yah, mungkin sebagiannya memang begitu (sayangnya...). Tetapi tanpa kebanyakan orang sadari (bahkan mungkin terkadang hanya saya sendiri), sebagian besar waktu di depan layar monitor itu saya habiskan untuk berkelana menyelami bagaimana orang-orang dari seluruh dunia, dengan berbagai pandangan dan pola pikirnya saling berinteraksi dan berdiskusi, dengan sesekali ikut bergabung didalamnya.
Saya mengamati bagaimana sekitar puluhan juta fans sang artis idolanya rekan saya Alfian (nama disamarkan demi keamanan nasional), Justin Bieber (JB), mendukung sang idola mati-matian di tengah berbagai gempuran cercaan dan makian dari pihak anti-Bieber, yang saya tidak yakin apakah jumlahnya lebih banyak, tetapi jelas nampak jauh lebih dominan (yang jelas, nasib yang kurang lebih sama dialami fans serial Twilight, Lady Gaga dan beberapa artis lain yang sekarang sedang naik daun, tetapi dianggap hanya seorang anak kecil dibandingkan para legenda seni dunia).
Saya juga mengamati bagaimana perseteruan yang seolah tanpa akhir antara para theis (orang yang memercayai adanya Tuhan) dengan atheis (orang yang tidak memercayai adanya Tuhan), mengamati bagaimana argumen para atheis selalu menunjukkan pemahaman mereka yang jauh lebih dalam mengenai pengetahuan dan/atau bahkan agama sendiri—ironis dengan keyakinan mereka yang menafikan adanya Tuhan dan perlunya eksistensi agama, minimal untuk diri mereka sendiri. Sementara para theis yang keyakinannya dikuliti habis-habisan oleh serangan dan bantahan para atheis hanya mampu berlindung di balik tembok keyakinan semata, tembok yang amat lemah akan gempuran opini para atheis.
Ada juga perseteruan antara kaum Muslim dan non-Muslim, yang terus dibakar api kesalahpahaman kaum non-Muslim namun disulut oleh ciprat-ciprat minyak barbarisme kaum Muslim yang saya akui sendiri cukup menjelaskan mengapa stereotip negatif dunia Barat terhadap Muslim terus lestari. Memang pihak Barat terus menghujani kaum Muslim dengan stereotipe teroris, terbelakang, kejam, dan lain-lain (padahal sebenarnya mungkin pihak Barat lebih layak dengan julukan tersebut), tetapi komentar dengan gaya bahasa yang tak pantas sebagai seorang Muslim membuat stereotip itu tetap berlanjut dan lestari.
Dan yang paling baru, berkaitan dengan perseteruan antara sebagian warga Indonesia dan Malaysia terkait rencana diklaimnya tari Tortor sebagai warisan budaya Malaysia. Saya tidak akan banyak membahas masalah tersebut disini, tetapi cukup menarik menyaksikan betapa warga Indonesia kompak menghina Malaysia ketika salah satu warisan budayanya diklaim. Akan tetapi, fakta secara ironis menunjukkan betapa warga Indonesia kurang menjaga budayanya sendiri. Mereka menghina dan merendahkan Malaysia, seolah tak sadar mereka selama ini juga cenderung mengabaikan budaya tersebut. Seorang penyanyi dan komponis yang juga merupakan anggota suku Batak, Viky Sianipar, dalam akun Twitter-nya juga mengingatkan bangsa Indonesia yang terlalu cepat tersulut untuk menghakimi Malaysia.
Yah oke, sekarang ganti topik. Berkat petualangan yang sama, saya juga menemukan sebuah situs yang memuat percakapan-percakapan yang cukup gila, semua dikutip dari situs berikut http://dontevenreply.com/. Berikut saya hadirkan dua artikel yang saya kutip dari situs terkait. Dari berbagai artikel yang saya teliti, saya memutuskan kedua artikel di bawah paling sedikit mengandung kata-kata kasar dan makian a la Amerika dan topiknya pun dapat dicerna oleh semua orang. Silakan...
Kadang rasanya memang aneh melihat dua kubu terus berseteru tanpa tanda akan usai. tetapi, nampaknya dunia akan selalu diwarnai hal semacam ini.
(:g)
Saya juga mengamati bagaimana perseteruan yang seolah tanpa akhir antara para theis (orang yang memercayai adanya Tuhan) dengan atheis (orang yang tidak memercayai adanya Tuhan), mengamati bagaimana argumen para atheis selalu menunjukkan pemahaman mereka yang jauh lebih dalam mengenai pengetahuan dan/atau bahkan agama sendiri—ironis dengan keyakinan mereka yang menafikan adanya Tuhan dan perlunya eksistensi agama, minimal untuk diri mereka sendiri. Sementara para theis yang keyakinannya dikuliti habis-habisan oleh serangan dan bantahan para atheis hanya mampu berlindung di balik tembok keyakinan semata, tembok yang amat lemah akan gempuran opini para atheis.
Ada juga perseteruan antara kaum Muslim dan non-Muslim, yang terus dibakar api kesalahpahaman kaum non-Muslim namun disulut oleh ciprat-ciprat minyak barbarisme kaum Muslim yang saya akui sendiri cukup menjelaskan mengapa stereotip negatif dunia Barat terhadap Muslim terus lestari. Memang pihak Barat terus menghujani kaum Muslim dengan stereotipe teroris, terbelakang, kejam, dan lain-lain (padahal sebenarnya mungkin pihak Barat lebih layak dengan julukan tersebut), tetapi komentar dengan gaya bahasa yang tak pantas sebagai seorang Muslim membuat stereotip itu tetap berlanjut dan lestari.
Dan yang paling baru, berkaitan dengan perseteruan antara sebagian warga Indonesia dan Malaysia terkait rencana diklaimnya tari Tortor sebagai warisan budaya Malaysia. Saya tidak akan banyak membahas masalah tersebut disini, tetapi cukup menarik menyaksikan betapa warga Indonesia kompak menghina Malaysia ketika salah satu warisan budayanya diklaim. Akan tetapi, fakta secara ironis menunjukkan betapa warga Indonesia kurang menjaga budayanya sendiri. Mereka menghina dan merendahkan Malaysia, seolah tak sadar mereka selama ini juga cenderung mengabaikan budaya tersebut. Seorang penyanyi dan komponis yang juga merupakan anggota suku Batak, Viky Sianipar, dalam akun Twitter-nya juga mengingatkan bangsa Indonesia yang terlalu cepat tersulut untuk menghakimi Malaysia.
itu tampilan singkatnya... |
kacau kan... maaf panjang. ada satu lagi... |
Kadang rasanya memang aneh melihat dua kubu terus berseteru tanpa tanda akan usai. tetapi, nampaknya dunia akan selalu diwarnai hal semacam ini.
(:g)
mike gila.
BalasHapusdua-duanya gila.
iye kan sakit tu si mike. coba cek yang lainnya juga dah, dai situs yang udah gw tulis. hati-hati tapi, artikel yang lain banyak berhiaskan makian a la Amerika serta topik yang tidak cocok untuk 'semua umur'.
Hapushanjir gakuat gw bacanya -,-
BalasHapusYang si Mike zar? Kacau emang tuh dia, nahaha
Hapusyg di dontevenreply.com sumpah itu -,- kocak!! hahahahaha
BalasHapusIye kocak.. Sayangnya dia jarang apdet
HapusLah gimana sih itu si Mike.
BalasHapusHuahaha
Hapus