Kamis, 05 Mei 2016

Article#546 - Sepanjang Jalan Tanjakan

Sepanjang jalan tanjakan
Manusia melawan tantangan
Sepanjang jalan tanjakan
Kau menempa kelangsungan


Bayangkan dirimu terbangun di pagi hari awal bulan Mei di negeri para samurai. Di tengah kerumunan hari libur yang populer dengan istilah "Golden Week", berkemul di tempat tidur yang nyaman ketika sinar matahari musim semi masih mengetuk jendela kamar barangkali dapat digolongkan sebagai sebuah ketidaksopanan.
Di saat-saat seperti inilah, rekan-rekan saya memutuskan untuk melakukan pelancongan kee... ke mana lagi kalau bukan ke taman bunga, sembari menikmati musim semi yang sedang mencapai puncaknya. Saya sudah pernah mengunjungi taman terkait pada 2014 lalu menggunakan moda transportasi umum, dan dikompori oleh beberapa rekan, saya memutuskan untuk menjumpa kembali taman bunga tersebut tahun ini. Dengan moda transportasi yang berbeda.

Kita akan bersepeda.

Trek pergi (atas) dan pulang (bawah). Dengan total jarak tempuh sekitar 55 km, ini menjadi
perjalanan bersepeda terjauh yang pernah saya tempuh. Acuhkan prakiraan waktu yang muncul.
Gambar adalah hasil tangkapan layar Google Maps.
Menyongsong pagi dalam semburat surya yang terus menghangat, kami bertiga bertolak dari lingkungan tempat tinggal kami pada pukul setengah sembilan. Menurut perhitungan awal, jalan akan kami tempuh dalam waktu keseluruhan sekitar dua jam. Yang berarti dua jam dengan jalan yang perlahan menanjak, dengan segala lansekap perbukitan menghiasi alam sekitar.

Tujuan: Michinoku Koen





Ulat bulu yang terpergok sedang melintasi jalan
salah satu foto wajib tampil dari galeri hape

Salah satu hal menarik yang dapat diamati dari pepohonan penghias perbukitan adalah
persebaran varietas pohon yang memberi corak tertentu pada muka bukit itu sendiri.
Rumah-rumah di 'pedesaan' daerah Miyagi

"Dualisme Muka Bukit"
Terus mengayuh melintasi perbukitan
Satu setengah jam berlalu dan kami sampai di Bendungan Kamafusa, salah satu penanda utama bahwa taman tujuan kami sudah ada dalam selayang pandang. Menikmati cakrawala yang mendadak disuguhi pembeda berupa bentang perairan, kami memutuskan untuk merapat sejenak dan menikmati selintas pandang.

Bendungan Kamafusa. Bisa menemukan hiasan bendera koinobori?
"Jembatan Kawasaki"




Taman Michinoku tujuan kami berada di sisi lain bukit di ujung jembatan.
Wilayah taman Michinoku berhasil dijejak sekitar pukul setengah sebelas, tidak jauh dari rencana yang telah dicanangkan. Tiga jam berikutnya dihabiskan dengan menanti rombongan yang berangkat menggunakan bus, tertahan berkat kemacetan di jalan. Sedemikian hingga keika kami mulai menjelajahi seisi taman, matahari telah merajai kulminasinya beserta segenap angkasa.






Tentu saja, taman ini tidak hanya soal tetumbuhan.




Kami memutuskan untuk tidak berlama-lama mengentaskan diri di taman, Mentari yang melaju turun perlahan, bersama derap awan yang berdatangan diseret sistem tekanan rendah, dengan cepat meredupkan suasana sedemikian rupa. Seolah mematikan pentas yang siap digelar dalam keparipurnaannya di seantero taman.
Dalam kondisi ini, kami bertiga memutuskan untuk segera pulang, pukul empat sore. Maka melajulah kami semua kembali pulang, dengan harapan langit tidak keburu meredupkan pijarnya sebelum kami mencapai peraduan.



Danau (waduk) Kamafusa)





Bali... oke, Bali tidak se-istimewa itu di Jepang; ada cukup banyak. Saya hanya memotretnya karena saya ingin.

Mengayuh sepeda melaju menyusuri pinggir perkotaan di jalan pulang adalah alternatif yang ditawarkan untuk melupakan. Apalagi ketika kita bicara soal jalan penuh tanjakan yang akan kami jumpai jika memutuskan berliku di jalan yang sebelumnya kami pintas.
Tetapi, baik itu di selasar kolong jalan layang, atau di bawah kelabu langit membentang, jalur yang terentang mengulur menauti menit demi menit. Dan pada gemericik hari yang berangsur menyingkirkan diri, kami berangsur kembali menjadi pribadi yang tak abadi diterkam batas-batas duniawi.

Sepanjang bentang jalan tanjakan
Serentang tembang termakan zaman

3 komentar:

  1. Wah ternyata meski tanggalnya disetting lama munculnya di dashboard layaknya tulisan baru ya. Aku kira dia akan muncul di dashboard jaman tanggal yg kita set sehingga ngga muncul d dashboard blog kekinian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Fit, soalnya si dasbor ngecek kemunculan si tulisan aja. Bukan tanggal yang disematkan ke si tulisan.

      Makanya ketauan kalau tunggakan masih puanjang :v

      Hapus
  2. Wah 55km, pantesan kak gi jadi langsing :3 :v

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...