Kamis, 30 Oktober 2014

Article#358 - Pinang Dibelah Dua

Hampir empat bulan lalu, saya menuangkan segenap karya pada tulisan yang (hingga saat ini) paling gamblang mewakili preferensi saya dalam membahas dunia politik. Di tulisan tersebut, saya juga sempat menjentikkan angan, dengan harapan mereka yang sibuk bertarung beberapa bulan ke belakang, segera menghentikan pertarungan pada waktu pelantikan. Kemudian, sekitar sembilan hari yang lalu, saya juga telah merekam kisah perjumpaan dua calon yang sebelumnya bersaing.
Walaupun mungkin banyak orang yang pesimistis akan ide tersebut, mengingat bagaimana sengit pertarungan telah berlangsung, beberapa tetap membiarkan api harapan menyala.

Sayangnya, tak butuh waktu lama untuk membuyarkan itu semua. Sepertinya mereka akan terus bertarung tanpa bosan, mengingat keberingasan mereka dihidupi oleh hasrat. Bukankah utusan-Nya pernah menyiratkan, bagaimana manusia tak akan pernah puas?

Sempat terpikir dengan naifnya
Mereka yang berdebat tanpa arah
Hanya karena kubu yang terpisah
Akan segera menggencat senjata
Melempar bedil media sosial
Menyarungkan kembali pedang hujatan
Tatkala keputusan telah dibacakan

Tentu tidak demikian mudahnya
Menyatukan mereka yang berbulan beradu tengkar
Apalagi jika mereka merasa membongkar
Keburukan kubu seberang, kubu orang mungkar

Maka kembalilah ia dalam negeri jungkat-jungkit
Dengan sekelompok besar yang menghamba
Memanjatkan segala puji puja
Menafikan segala macam janggal
Memaafkan segala ragam alpa
Mengiyakan segala luap ucapan
Mematikan segala percik nalar
Menabikan ia yang tak pernah salah

Namanya juga negeri jungkat-jungkit
Tentu ada pula yang terkobar angkara
Mencurahkan segala lapis hujat
Menelisik segala macam janggal
Memindai segala ragam alpa
Menyerang segala luap ucapan
Mematikan segala percik nalar
Menafikan ia yang senantiasa salah



Pertarungan sengit tanpa tedeng aling-aling agaknya akan menjadi bahan santapan kita semua, setidaknya dalam lima tahun ke depan. Pertarungan antar mereka yang gelap mata, dibuat mencandu oleh sosok, kelompok, maupun kubu yang mereka puja-puja. Pertarungan dengan gaya berpikir yang sama, cara menyerang yang sama, metode pengkultusan yang sama. Hanya apa yang mereka pujalah yang membedakan antar semuanya.
Pada akhir kata, mungkin contoh terburuk dari semuanya adalah mereka yang dengan tenang menguliti wajah mereka, sebagai individu yang bersih tanpa kesalahan.

Berikut penutup tulisan. Selamat menikmati.

sumber gambar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...