'Persaingan' menuju pucuk eksekutif ini pun telah menyisakan banyak cerita di kalangan mereka yang setia bersua dengan media massa, setahun ke belakang. Sebuah persaingan yang mencapai puncaknya ketika telah jelas, siapa melawan siapa, siapa mendukung siapa, siapa menghujat siapa. 'Pesta' di tengah tahun ini menjadi titik kulminasi persaingan antar kedua kubu, ketika mereka-mereka yang terpanggil, mereka yang merasa dipanggil, atau mereka memanggil-manggil, semua jelas terbagi. Mereka beramai merapatkan barisan, menyuarakan dukungan dengan lantang dari balik kerumunan.
Maka terjadilah 'pesta' itu. Atau persaingan. Atau apapun itu namanya.
Terjadi pulalah konflik. Atau intrik. Atau polemik. Entah apa lagi nama yang ciamik.
Konon ada cinlok. Juga ada yang sembarang main pilok.
Tentu saja, akhirnya tetap akan ada epilog.
Setelah berbagai cerita yang menarik dan penuh polemik, pada akhirnya oom Joko muncul sebagai pemenang dari 'pesta persaingan'.
Tak ayal, berbagai kalangan menyambutnya dengan gegap gempita, mulai dari mereka yang merelakan surat suara demi sebuah harapan, hingga pengamat luar yang merasakan aroma perubahan. Kalangan lain pun ada yang mencoba menerima kenyataan, bagai menghadapi undian yang gagal dimenangkan. Ada yang dengan lantang menyuarakan dukungan, kawalan, dan ada yang menyimpan kesumat dalam angan.
Ada pula yang menyebarkan lawakan.
Meme dari sampul majalah TIME (foto oom Joko, kiri), dengan tema trilogi pertama Star Wars. sumber gambar |
Meme serupa, kali ini menyertakan kedua edisi trilogi Star Wars. sumber gambar |
sumber |
sumber |
sumber |
Dan, berhubung oom Joko sekarang telah didaulat sebagai pemegang tampuk eksekutif negeri, saya harus memanggilnya Pak Joko, mulai sekarang.
Terkait hal tersebut, saya punya pesan untuk dititipkan.
Pak Joko, ada banyak hal yang bekerjasama, melanggengkan roda takdir, sehingga Anda bisa sampai ke posisi Anda saat ini. Mungkin ada media yang membantu melambungkan nama Anda, proyek-proyek yang Anda kerjakan, serta hasil yang banyak dibicarakan.Akhir kata, ucapan terimakasih perlu juga disampaikan kepada presiden sebelumnya. Terimakasih atas sepuluh tahun bersama kita semua, Pak Beye! Maafkan keisengan kami yang kurang memahami.
Tetapi, dari sudut pandang saya, hal yang menggerakkan orang-orang untuk memilih nama Anda di surat suara, adalah harapan mereka. Harapan akan pemimpin ideal yang lama dinanti, harapan akan negeri yang lebih bersih. Dari jiwa yang bersih, pikiran yang bersih, tindakan yang bersih, hingga masyarakat yang bersih, luar dalam.
Setengah karir Anda di kancah politik Nusantara, dari telah ditopang oleh harapan berjuta rakyat. Mulai sekarang, hingga lima tahun ke depan, akan menjadi saksi nyata, akan cara Anda membalas kepercayaan dan harapan mereka semua. Melengkapi setengah karir politik Anda selanjutnya.
Mari bersama menunaikan amanah, Pak! Mohon maaf jika banyak dari kami yang masih manja. Semoga kita bisa memperbaiki diri, juga negeri, bersama-sama.
Catatan: Penulis ingin menekankan bahwa penulis tidak berpihak pada salah satu dari kedua kubu yang 'bersaing' pada 9 Juli lalu. Lebih lanjut bisa dibaca pada tautan berikut: http://goo.gl/dpXhl3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar