Minggu, 23 September 2012

Article#89 - Jiwa Manusia, Jiwa yang Mencari Kestabilan

Saya sedang asik menelusur dunia maya (lagi), dengan segala macam corak kemelut yang ada, dengan taburan berbagai hal yang membuat semuanya berwarna aneh... Huah. Sudahi saja melanturnya. Dan kemudian merenungkan beberapa hal. Hal-hal yang tak saling berkaitan, tetapi saya memaksanya untuk berkaitan (lah).

Terkadang saya iri akan jiwa anak-anak. Jiwa yang bersih, jiwa yang tulus, tanpa coreng-moreng indoktrinasi yang sudah banyak memperkeruh citra kebanyakan orang saat ini. Lihatlah bagaimana seorang anak bisa dengan begitu mudah mengajak orang lain kepada kebaikan, dan melarang orang lain daripada keburukan. Saya yakin sebagian besar dari kalian pernah berkeinginan mengingatkan orang yang sedang berbuat hal buruk, tetapi karena berbagai hal, niat tersebut diurungkannya. Ketika teringat ini, saya terkadang menjadi iri akan murninya jiwa seorang anak. Anak yang tak kenal batas dalam bermimpi, dan anak yang tak kenal takut dalam berbuat dan menyebarkan hal baik. Ingin rasanya mewarisi jiwa bersih dan tulusnya.

Terkadang, saya kagum akan semangat para pemuda. Lihatlah bagaimana para pemuda pejuang berseru dengan lantangnya, memperjuangkan nasib mereka dari ketertindasan dan keterjajahan. Tentunya kalian pernah mendengar kata-kata sang proklamator yang namanya kini menerbangkan ribuan penumpang tiap harinya, Ir. Soekarno, "Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". Ini bukan sekadar omong kosong. Pemuda terkenal dengan semangatnya yang luar biasa, dan memang mereka sedang berada pada performa terbaiknya. Kalian tentu masih ingat kilasan peristiwa Rengasdengklok. Semua faktor itu, didukung dengan pola pikir yang cerdas dan tangkas, membuat semangat seorang pemuda sangat mungkin untuk mengguncangkan dunia sekalipun. Sebuah semangat yang hebat untuk dimiliki, karena tak semua orang mampu mengendalikannya dengan bijak.

Saya juga sering kagum akan kebijaksanaan orang tua. Bagaimana mereka dengan tenang menghadapi, berfikir, dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan kepala dingin, kontras memang dengan pemuda yang umumnya penuh semangat. Kalau semangat pemuda diibaratkan sebagai api yang berkobar-kobar, kebijaksanaan orang tua dapat diibaratkan sebagai air yang menjaga dan mengendalikan api yang berkobar itu, sehingga ia tak melalap benda-benda di sekitarnya. Persis seperti konflik beberapa hari sebelum Proklamasi RI dulu. Memang, kebijaksanaan banyak dibutuhkan, karena dengan inilah kita bisa menahan iri dari gejolak emosi yang meluap-luap layaknya air bah.

Lalu, sekarang dari semua itu, saya harus pilih yang mana? Mungkin memang sulit jika harus memilih salah satu, tetapi, daripada begitu, lebih baik kalau berpikir sedikit beda. Seperti penjual parfum, alih-alih menentukan bahan mana yang kualitas wangi-nya paling oke, mereka mengumpulkan dan mengombinasikan bahan-bahan tersebut sehingga didapatlah parfum dengan kualitas terbaik. Analoginya dapat kan...?

Selamat menikmati hari yang indah ini...!
(;g)

1 komentar:

  1. bener juga ya gian.. boleh minta folbek dong..
    http://arekgedhe.blogspot.com

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...