Sabtu, 30 April 2016

Article#543 - Mekar Meluruh


Memasuki waktu-waktu ini, di haribaan Bumi bagian utara, berarti menjumpa kembali kehidupan yang kembali bangkit dari tidur panjangnya di sepanjang musim dingin. Langit yang mulai membukakan tirai awannya, deru angin yang mulai menguatkan hangatnya, suara burung yang mulai bersahutan bahagia, hingga tetumbuhan yang mulai memamerkan kelaminnya dalam segala rupa dan arah. Atau mungkin "bebungaan", sebagaimana protes kalian terhadap satu istilah kecil ini akan berkumandang. Bisa diasumsikan akan ada yang memprotes pemaparan ini karena telah merusak deskripsi indah musim semi yang telah tergambar di kepala. Tetapi yang jelas itu bukan urusan saya. Maka nikmatilah.

Mengesampingkan segala macam polemik soal anatomi tetumbuhan, ataupun perenungan dalam akan bagaimana manusia rela menghabiskan waktu berjejal menonton "bebungaan" di berbagai wilayah dunia, pada dasarnya mekarnya bebungaan menjadi semacam koar yang dihembuskan tetumbuhan. Cara satu kelompok besar makhluk hidup yang tak mampu bergerak ataupun bersuara, untuk mengungkapkan betapa mereka masih hidup, berjaya menghembuskan oksigen yang dihirup dalam-dalam oleh sosok-sosok manusia dan hewan fana di bawah naungannya. Makhluk-makhluk fana yang mungkin tidak sadar betapa bersama udara yang mengalir dan wangi yang semerbak, hadir pula jutaan sel spermatozoa menyeruak memenuhi rongga pernafasan.... Oke, baiklah, saya tidak akan lanjutkan pembahasan ini.

Lewat bebungaan, mereka menyuarakan kemegahan bangun kayu yang menopang keberlangsungan hidupnya lewat sekian juta mahkota bunga. Lewat bebungaan, mereka menyuarakan perkumpulan bagi serangga yang bangkit dari tidur panjangnya, bergerak mengiringi roda kehidupan yang kembali berderak.
Lewat bebungaan pula, manusia yang berdecak kagum menatapi warna-warninya diberi ceramah singkat akan keberlangsungan kehidupan. Penjelasan paling sederhana mengenai mekarnya bebungaan adalah karena di saat lain mereka tidak mekar. Gabungkan hal ini dengan fakta akan banyaknya orang yang rela menyempatkan diri berjejal memandangi bebungaan, dan kau akan temukan kesadaran bahwa mereka hanya akan mekar untuk sebentar saja. Persis sebagaimana segala macam renik jasad yang berkalang nyawa di atas segenap muka dunia. Bahkan, persis sebagaimana segala hal, gagasan dan pemikiran yang mungkin tercetuskan di tiap selasar pandang yang terpijak.

Maka ketika hari ini, pagi ini, sebagian kalian melangkahkan pijak di atas mahkota bunga yang meluruh terempas, mungkin kalian akan memandangi lagi dahan-dahan pohon yang sedang meranggaskan segenap bunganya. Dahan pohon yang ingin menegaskan bagaimana musim semi dapat menghadirkan kembali wujud-wujud kehidupan ke depan mata kita semua, sebelum dalam waktu dekat meluruhkannya ke haribaan dunia. Dan di sisi lain pandang, akan ada yang menggantikan mereka yang telah tersungkur ke tanah, menjaga harap manusia dalam mendamba keindahan ketika ia perlahan menghilang.

Dalam rentang di antara dua musim semi, demikan banyak hal yang bisa terjadi. Banyak yang dapat bersemi, dan sebanyak itu pula yang dapat meranggas mati.

I think I've got a feeling I've lost inside
I think I'm gonna take me away and hide
I'm thinking of things that I just can't abide










































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...