Kamis, 05 Februari 2015

Article#386 - Menantang Langit

Derap kereta tanpa lelah berkumandang sepanjang perjalanan.
Meraja di tengah kesunyian hampar sawah, angin yang menghembus rerumputan kering pun tak digubrisnya. Tak pula awan yang menghampar tiba-tiba, menghamburkan kristal salju sepanjang perjalanan.
Ia terus berderap. Derap yang terjaga, dengan perhentian yang berkesinambungan. Sebagaimana tapak-tapak yang mungkin merajai daerah ini ratusan tahun sebelumnya.

Tapak boleh berganti derap, sebagaimana dataran yang tak terjamah kini menjadi hamparan sawah dan rumah. Tetapi agaknya tanah yang menggeliat dalam diam di bawahnya, tempat pijakan mereka semua, masihlah tanah yang sama.
Bahkan, langit yang menudungi pergerakan umat manusia, masihlah langit yang sama.


***

Kawauchi, Sendai. 12 Desember 2014, 12:47 (UT+9)
Tajamnya lisan takkan sanggup
Goyahkan cita antara kita
Menembus ruang dan waktu
Merasuk ke dalam jiwaku

Kita agaknya telah terbiasa mengakrabi tabir langit. Baik tabir gelap semesta yang bertatahkan gemerlap gemintang, atau tabir cerah yang kemilaunya menafikan gemintang dalam gelora persebaran sinar surya. Dari kemilau merah a la pergantian siang-malam yang paling temaram, hingga benderang biru tengah hari yang paling megah, masing-masingnya memberikan rona warna yang telah sedemikian membekas di benak masing-masing kita.
Saking akrabnya, bahkan kita tanpa sadar menempatkan keberadaannya dalam alam bawah sadar. Perubahan rona warna yang berputar dalam keseharian, arakan awan yang menghiasi keadaan, deru angin yang mendesir dalam tenang, menjadi bagian tak terpisahkan bagi sekian miliar umat manusia.

Kita biasa berinteraksi dalam banyak hal. Berinteraksi dalam sedemikian banyak hal yang serupa dalam waktu lama, mungkin akan membuat kita terbiasa dengan segala macam ciri dan geriknya.Maka lantas apa yang akan dilakukan, ketika hal-hal tertentu demikian terpatri dalam keseharian?
Ada yang kemudian menjadikannya sebagai pangkal kejenuhan, yang pada giliran mendorong bergulirnya perombakan secara berkala,
Ada yang kemudian menjadikannya sebagai sesuatu yang 'biasa', kehilangan makna karena demikian sering dijumpa.
Ada yang kemudian menjadikannya sebagai pangkal perenungan, atas bergulirnya keseharian dalam konsistensi yang ketat bertahan.
Ada entah berapa banyak skenario lainnya.

Saya asumsikan kita sama-sama paham, bahwa memilih untuk bosan akan langit bukanlah ide yang waras, terutama untuk dijalankan oleh mereka yang masih ingin mereguk aroma dunia.
Maka, kemudian banyak di antara kita yang memilih untuk menjadikannya sesuatu yang biasa. Mereka tatap langit, biru pucat, oh iya lagi cerah, panas ya hari ini. Mereka sibukkan diri bergelimang dalam aktivitas sepanjang hari, tanpa sempat mendekatkan hati pada bergantinya rona gemerlap langit. Penunjuk waktu yang telah tergelang dalam arloji mereka, atau tergeletak dalam layar-layar gawai dalam kantong mereka, makin jauh memudarkan urgensi langit.

Sebagaimana kata orang, kita memang terbiasa memandang sebelah mata akan apa yang menjadi keseharian. Melihat arakan awan dan menganggapnya biasa. Melihat gemerlap gemintang dan menganggapnya biasa. Merasakan desir hujan dan menganggapnya biasa. Merasakan bergulirnya semesta dan menganggapnya biasa. Merasakan terjaganya hangat malam hari dan menganggapnya biasa.
Kenapa kata 'biasa' jadi terdengar membosankan, ya? 

Entahlah, saya tidak yakin.

Maka kemudian sebagian dari kita memilih untuk memperbarui beragam 'kebiasaan' yang ada.
Mengamati langit dan segala pergolakan dalam binar penuh kekaguman.
Menantang langit yang mempertunjukkan peragaan seisi semesta.
Dan entah kemungkinan lain macam apa.

Tetes air mata
Mengalir bersama canda tawa
Sepanjang usia menghadap mimpi di angkasa
Menantang langit

Futakotamagawa, Tokyo. 1 Januari 2013, 14:58 (UT+9).
Futakotamagawa, Tokyo. 2 Agustus 2014, 06:07 (UT+9).
Nakanose, Sendai. 31 Oktober 2012, 15:12 (UT+9).
Nakanose, Sendai. 9 Januari 2013, 15:14 (UT+9).
Kawauchi, Sendai. 30 Oktober 2012, 14:42 (UT+9).
Kawauchi, Sendai. 30 Oktober 2012, 14:42 (UT+9).
Ichinoseki, Iwate. 3 November 2012, 14:17 (UT+9).
Sanjomachi, Sendai. 9 November 2012, 05:32 (UT+9).
Matsushima, Miyagi. 24 November 2012, 11:10 (UT+9).
Kawauchi, Sendai. 27 November 2012, 16:19 (UT+9).
Kawauchi, Sendai. 6 Desember 2012, 12:39 (UT+9).
Kawauchi Sanjuninmachi, Sendai. 15 Januari 2013, 08:53 (UT+9).
Pasifik barat daya. 10 Februari 2013, 09:04 (UT+9).
Odori, Sapporo. 11 Februari 2013, 17:16 (UT+9).
Fujigogome, Yamanashi. 13 Juli 2013, 19:03 (UT+9).
AirAsia AK1381, Selat Karimata. 28 September 2013, 09:20 (UT+7).
Nakanose, Sendai. 1 November 2013, 14:50 (UT+9).
Kunimi-1-chome, Sendai. 19 November 2013, 16:05 (UT+9).
Matsushima, Miyagi, 23 November 2013, 16:08 (UT+9).
Sanjomachi, Sendai. 28 Desember 2013, 10:01 (UT+9).
Kuritsu Sumida Koen, Tokyo. 30 Desember 2013, 09:09 (UT+9).
Minaminometate, Sendai. 17 Mei 2014, 14:15 (UT+9).
Kitashimokawara, Sendai. 17 Mei 2014, 14:56 (UT+9).
Pantai, Miyagino-ku, Sendai. 17 Mei 2014, 16:07 (UT+9).
Pantai, Miyagino-ku, Sendai. 17 Mei 2014, 16:18 (UT+9).
Kawauchi, Sendai. 13 Juni 2014, 14:57 (UT+9).
Sanjomachi, Sendai. 25 Juli 2014, 15:55 (UT+9).
Sanjomachi, Sendai. 27 Juli 2014, 18:31 (UT+9).
Shinjuku, Tokyo. 2 Agustus 2014, 05:15 (UT+9).
Fujigogome, Yamanashi. 3 Agustus 2014, 12:10 (UT+9).
AirAsia AK386, Selat Malaka. 6 Agustus 2014, 19:31 (UT+8).
Serpong, Tangerang Selatan. 10 Agustus 2014, 06:24 (UT+7).
Cisitu Baru, Coblong, Bandung. 7 September 2014, 17:40 (UT+7).

Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. 10 September 2014, 06:13 (UT+7).
Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. 15 September 2014, 18:02 (UT+7).
Beji, Depok. 16 September 2014, 17:25 (UT+7).
Beji, Depok. 16 September 2014, 17:38 (UT+7).
AirAsia QZ7551, Jawa Tengah. 22 September 2014, 17:05 (UT+7).
Tenryugawa, Nagano. 27 September 2014, 14:20 (UT+7).
Disertakan satu individu narsis sebagai pembanding.
Sanjomachi, Sendai. 1 Oktober 2014, 17:20 (UT+9).
Aobayama, Sendai. 7 Oktober 2014, 12:17 (UT+9).
Aobayama, Sendai. 7 Oktober 2014, 17:25 (UT+9).
Nakanose, Sendai. 7 Oktober 2014, 20:15 (UT+9).
Aobayama, Sendai. 10 Oktober 2014, 15:54 (UT+9).
Sanjomachi, Sendai. 14 Oktober 2014, 08:06 (UT+9).
Ayashi, Sendai. 3 November 2014, 10:28 (UT+9).
Ayashi, Sendai. 3 November 2014, 10:35 (UT+9).
Kawauchi, Sendai. 5 November 2014, 11:34 (UT+9).
Aobayama, Sendai. 10 Desember 2014, 16:24 (UT+9).
Aobayama, Sendai. 11 Desember 2014, 08:44 (UT+9).
Aobayama, Sendai. 11 Desember 2014, 15:58 (UT+9).
Aobayama, Sendai. 11 Desember 2014, 16:08 (UT+9).
Aobayama, Sendai. 11 Desember 2014, 16:12 (UT+9).
Aobayama, Sendai. 11 Desember 2014, 16:15 (UT+9).
Sanjomachi, Sendai. 13 Desember 2014, 06:16 (UT+9).
Sanomachi, Sendai. 13 Desember 2014, 06:18 (UT+9).

Yamatemachi, Sendai. 13 Desember 2014, 15:37 (UT+9).
Katahira, Sendai. 15 Desember 2014, 16:47 (UT+9).
Katahira, Sendai. 15 Desember 2014, 16:47 (UT+9).
Sanjomachi, Sendai. 15 Desember 2014, 16:47 (UT+9).
Tokaido Honsen, Atami. 1 Januari 2015, 12:32 (UT+9)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...