Selasa, 03 Februari 2015

Article#385 - Beramai Mendaki

Ketika telinga orang Indonesia menangkap kata "Fuji", seringkali yang terlintas di benak mereka adalah satu di antara dua kemungkinan. Entah itu Fujifilm sang perusahaan raksasa yang bergelut dalam bidang fotografi dan pencitraan, atau gunung Fuji yang biasa dijadikan objek fotografi atau pemolesan citra.
Fuji biasa dipanggil Fujisan (berarti "gunung Fuji") oleh warga yang biasa menatapnya dalam keseharian di negeri Jepang, atau disalahkaprahi sebagai "Fujiyama" oleh warga luar Jepang yang belum pernah melihatnya secara langsung. Menjulang setinggi 3.776 meter di atas paras muka laut di Teluk Suruga, kerucut simetris Fuji yang tampak menonjol di antara deretan pegunungan sekitarnya telah membuatnya terkenal sejak lama. Fuji bahkan cukup terkenal untuk dinobatkan sebagai identitas negara Jepang, menjadi salah satu fitur yang paling diingat ketika nama Jepang diperdengarkan di telinga orang-orang.

Sebagai identitas negara, kepopuleran Fuji membuatnya menjadi sasaran empuk bagi para wisatawan. Baik untuk dijadikan latar belakang foto selfie, untuk dicetak dan dipasarkan dalam beragam dokumen, atau untuk dijelajahi dan didaki.
Penulis termasuk orang yang cukup iseng untuk menjelajahi Fuji hingga ke puncaknya, bahkan sampai kali kedua, dan cukup beruntung untuk mendapatkan ruang kosong di kartu memori hapenya ketika menjelajah. Alhasil, pada 3 Agustus 2014 (enam bulan yang lalu), mengalirlah aliran deras foto-foto mengisi memori hape.

Sekumpulan tentara yang beberapa menit sebelumnya baru mendatangi saya... untuk menjadi juru potret sementara.
Sebagai gunung tertinggi di negara yang merasakan dinamika empat musim, dalam sebagian besar lingkar tahun, puncak Fuji akan didapati berselimutkan salju. Salju yang menumpuki puncak Fuji baru akan mengalir pergi menuruni gunung ketika cuaca cukup memanas, terutama di bulan-bulan terhangat Juli dan Agustus.
Tambahkan fakta popularitas Fuji yang disebut sebelumnya, medan yang relatif mudah didaki (praktis hanya ada bebatuan dengan sedikit rumput di atas ketinggian 2.400 meter), serta fasilitas yang memadai ciri negara maju, maka semuanya bersatu menghasilkan aliran deras kunjungan pendaki menyusuri tubuh gunung Fuji. Setidaknya, dalam dua bulan ini tercatat ratusan ribu pendaki memasuki wilayah Fuji.
Jika kamu tergolong orang yang kurang beruntung, mungkin kamu akan mendapati perjalananmu menuju puncak Fuji tertahan oleh antrian menuju gerbang torii dekat kuil Kusushi di wilayah kawah.
.....
Kuil? Di puncak gunung?
Betul. Dan tak hanya itu; ada pula restoran, toko oleh-oleh, bahkan mesin jual otomatis.

.....benarkah ini wilayah puncak gunung tertinggi se-Jepang?






Mereka pada sibuk memotret, ya. Memotret apa gerangan?




Tentu saja penulis tak mau kalah.


Matahari telah terbit, kini para pendaki kembali terpencar. Ada yang segera merasa puas dan menuruni lereng gunung. Ada yang berkeliling di wilayah puncak Fuji.





Bosan dengan manusia yang demikian banyaknya? Mari kesampingkan para pendaki lain, dan lihat ada apa saja di wilayah puncak Fuji.
Ada kawah yang cukup besar, loh.


Daerah putih yang tampak itu memang sisa salju, kok.



Sedikit penjelasan mengenai sejarah geologi gunung Fuji





Ketika bosan melihat bebatuan di wilayah puncak, layangkanlah pandang barang sejenak ke cakrawala kejauhan. Untuk mendapat pemandangan secara menyeluruh, ada baiknya berjalan menyusuri pinggir kawah gunung.

Pemandangan arah tenggara dari puncak Fuji
Pemandangan arah timur-tenggara; kawasan Hakone ada di tengah.
(Masih) pemandangan arah tenggara dari puncak Fuji
Pemandangan arah selatan; mencakup kota Shizuoka dan teluk Suruga.

Untuk apa berkeliling? Tentu saja untuk mencapai puncak sesungguhnya, Puncak berhiaskan stasiun cuaca yang sudah kadaluarsa.

Bangunan apa ini...?
Kalian tak salah baca. Stasiun cuaca. Di puncak gunung Fuji.
Penisbatan titik puncak Fuji sebagai titik triangulasi (三角点, sankakuten)

Sudah puas berkelana di wilayah puncak? Silakan turun. Tetap jaga kebersihan!

"Ayo bawa pulang sampahnya!"

Bonus: Ini tidak selayaknya ditayangkan di tempat umum. Jadi saya akan sembunyikan.


Sampai jumpa dala tulisan selanjutnya, tentu saja, nanti!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...