Minggu, 14 September 2014

Article#342 - Bukan Kontribusi Pribadi

[bukan versi final]
Ada gegap gempita yang kembali menyeruak, dalam gejala tahunan yang kembali datang. Saat di mana banyak yang menjadi lebih ramai dari kebiasaan, meluangkan setiap detik yang berjalan.
Sebagai orang yang iseng bergabung dalam salah satu konsentrasi keramaian, penulis memutuskan untuk ikut menghirup situasi ribut yang menenangkan ini, mencerna setiap detik menuju memori.

Dan sekarang, setelah penulis kembali memasuki masa tenang, adalah waktunya bercerita. Mohon maaf karena tulisan ini baru kelar setelah sekian hari terlewat.

*****

16 Ramadhan 1435 H.
Penulis perlahan mendatangi tanggal tersebut dengan asa tinggi, mengingat gempita yang bersemarak pada momen milad keempat di tahun sebelumnya. Menapak tilas di media sosial, kau akan mendapati masa di mana banyak rekan-rekan angkatan memberi satu-dua tulisan atau gambar, memeriahkan acara saat itu. (Bisa periksa tagar .)
Maka sampailah penulis pada tanggal tersebul, bertepatan dengan 14 Juli 2014 menurut kalender Ramadhan versi MUI. Sepi, bahkan setelah penulis mengontak salah satu petinggi angkatan yang telah ditahbiskan sebagai petinggi seumur hidup untuk menghidupkan api keramaian. Setelah adzan Maghrib berkumandang memenuhi isi telinga penulis (yang sedang disumpal earphone), penulis memutuskan untuk menarik diri dari hingar bingar—kalau ada.

Pada akhirnya, memang tidak ada. Agan ketua angkatan sendiri bahkan mengaku menerima omelan terkait kosongnya kegiatan di tanggal 16 Ramadhan tersebut. Kekosongan yang sempat penulis duga sebagai hasil dari kesibukan tiap-tiap jiwa dalam kegiatannya yang kian padat. Namun, setelah membaca catatan kecil penulis di tahun sebelumnya, penulis mendapati satu fakta menarik. (Cocoklogi alert)
Sejauh ini, kegiatan milad angkatan hanya semarak pada tahun genap.
Berkat keisengan penulis tahun lalu, rekam cerita angkatan dalam menempuh penanda tahunan tersedia untuk dicermati perjalanannya. Jika ditelisik, acara milad yang ramai oleh kegiatan segenap anggota angkatan adalah milad kedua (semester kelima di MAN) dan milad keempat tahun lalu. Selebihnya? Kosong tanpa semarak membubung.

Setelah bergulat dengan kenyataan selama beberapa menit, penulis akhirnya berhasil mendoktrin diri sendiri. Sepinya hari-hari milad kelima kemarin, bukan karena pada larut dalam kesibukan atau larut malam ketiduran. Karena milad tahun ganjil sebelumnya senantiasa sepi, maka sebagai warga MAN Insan Cendekia yang senantiasa setia dalam menjaga tradisi, milad tahun ganjil kali ini harus sepi pula.
Entah penafsiran tersebut benar atau tidak. Jika benar, seharusnya milad di tahun depan akan ramai. Kita lihat saja.

.....
Perlahan, waktu bergeser, menepikan pikiran mengenai milad yang sepi.
Namanya juga sepi, artinya tak banyak hingar-bingar. Tak banyak suara. Telinga kita yang seolah tak kenal lelah menangkap berbagai macam getaran suara, seolah kebingungan ketika suara yang mendatanginya tak cukup banyak. Tak terbiasa dengan hening, telingamu mungkin akan mulai mendengarkan dengungan pikiran dengan lebih seksama.
Begitulah yang berkecamuk di kepala penulis menjelang tibanya tanggal 6 September, yang adalah tanggal penanda ultah angkatan.
Untungnya, ada pihak-pihak tertentu yang masih rela meluangkan waktu, demi menyemarakkan situasi di momen ultah yang datang kembali. Melalui keterlibatan bung Irfan dan Hamzah, jadilah poster pengumuman berikut.


Pengumuman nyentrik nan asyik ini sukses menarik minat massa angkatan untuk segera berlomba, mengirimkan karya terbaik mereka demi mendapatkan hadiah ekslusif, diimpor langsung dari Jepun. (Yang hingga saat ini wujudnya masih misteri.)
Dan, setelah beberapa hari pengumpulan, diperolehlah koleksi selpi sebagai berikut. (Meskipun banyak yang secara teknis bukanlah sebuah selpi. Memangnya selpi itu seperti apa ya?
Sudahlah, bagi kalian, selamat mempersiapkan jiwa.



















Akhir kata, sepertinya penulis hanya akan menyampaikan, bahwa masa-masa paling indah, adalah masa di Madrasah 'Aliyah. Maka senantiasa syukurilah, dengan menjaga ukhuwah.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mensyukuri nikmat-Nya.

2 komentar:

  1. "Masa-masa paling indah, adalah masa di madrasah 'Aliyah" -dimata sang penulis menemukan tambatan hatinya pula,- red.

    *maafkan komen iseng hamba*

    BalasHapus
    Balasan
    1. *maafkan penulis yang tak ingin merespon komen iseng anda*

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...