***
Hari ini adalah 1 November. Awal bulan yang baru, yang menandai telah berlalunya lima per enam dari tahun 2012. Dan juga hari yang ditandainya dengan terbitnya matahari dari ufuk timur (iya lah, emangnya mau kiamat, terbit di barat). Tentunya sebagai bocah-bocah perusak kesenangan orang lain dengan iler yang membanjir ke kamar tetangga, bulan November akan dimaknai sebagai bulan yang baru datang (jangan disalahartikan dengan datang bulan), yang menawarkan sejuta kesempatan, sejuta harapan, meski sayangnya nggak termasuk sejuta piring cantik. Serasa undian di suatu mall terkenal di daerah metropolitan Ibukota. padahal lumayan kan kalau dapat piring cantik, selain bisa dipake makan dengan tenang dan damai, juga bisa dipeluk-peluk dengan kasih sayang, terutama buat para jomblowan... Eh salah. Tetap saja, sebagaimanapun berjuta-juta barang tak jelas tadi ditawarkan dan dipajang layaknya koleksi hewan piaraan Pak Bonar, rupanya bocah-bocah perusak kesenangan itu harus segera bangun, mengelapi ilernya yang berleleran dan segera bersiap. Tetap ada kuliah, walaupun mata kebanyakan mahasiwa telah terbuai dengan iming-iming harapan libur. Emang sial yah si universitas, masa' kagak boleh libur sedikit sih para mahasiswa, kan capek dari Senin ampe Jum'at kuliah mulu. Pengen istirahat, maen atau tidur gituh. Ironisnya, ucapan tadi dikoarkan oleh salah satu mahasiswa bernama Bam*ang (nama disamarkan), yang selama kuliah pun yang disumbangnya bukan pertanyaan atau duit (mimpi kali ya, berharap mahasiswa menyumbang ke universitas), tapi hanya air dan nada-nada melodia. Tepatnya, air liur dan melodia dengkuran. Pengen juga sih rasanya memukuli itu anak biar sadar dikit ama hidupnya, tapi memukuli diri sendiri susah ternyata.
Selain iming-iming harapan, rupanya bulan baru juga menawarkan yang lain. Mahasiswa, apalagi yang jauh dari rumah dan keluarga tercinta yang selalu setia dan penuh kasih sayang, hingga saking rindunya tiap pagi selalu tereak-tereak dengan nada alaynya, "BABEEEH!! NYAAAKEEH!! HUWEEE!! CIYUS NIH NACINYE BELON JADI NYAAK?", biasanya mendasarkan fondasi keuangan dan gizinya kepada warung nasi uduk sebelah yang rajin nyiapin uang sedekahan, ekstra seporsi nasi telor ayam (bukan nasi ditambah telor ama ayam, cukup nasi dan telornya ayam) yang entah kapan dimasaknya. Kadang telornya udah dapet ekstra protein dan serat dari zygospora. Lumayan lah, mahasiswa kan emang butuh gizi ekstra. Tapi kebanyakan mahasiswa justru beranggapan, masakan yang jelas-jelas ekstra gizi ini nggak baik bagi kesehatan. Mereka malah nyari makanan yang, udah bayar, mahal, dikit, nggak enak pula. Otomatis, mahasiswa yang belum/nggak mau kerja harus menerima anggaran keuangan hidup mereka dari ATM (Awak Tanggungan Mamak).
Disinilah masalah bermula. Demi menghindari jadwal padat sinetron yang biasanya berlangsung pada tengah-akhir bulan, atau promo minyak telon bayi yang kadang-kadang datang bersamaan dengan nikahan anaknya Pak Ajis, biasanya para sumber modal ATM mengirimkan uang yang ditujukan pada entah siapa, saudara, keponakan, atau anaknya tercinta yang sedang menempuh kuliah nan jauah di mato~ (maaf jadi nyanyi). Dan sayang sekali, di beberapa kampus, jadwal pengiriman uang untuk si bocah tengil tersayang ini bertepatan dengan pelaksanaan ujian tengah semester, yang keberadaannya saja kadang membuat mahasiswa panas dingin. Mungkin ujian nya mengandung virus flu, entahlah. Bayangkan posisi anda sebagai seorang mahasiswa yang dituntut untuk performa maksimal dengan pelumas top pertama.. sementara bahan bakar untuk memacu performa itu dihambat konsumsinya akibat kanker yang paling miris, kantong kering, atau dalam dialek Indonesia selatan, sering juga digunakan istilah 'kanker dompet'. Terkadang memang posisi ini menimbulkan dilema yang berkecamuk layaknya hurikan di hati beberapa mahasiswa. Ada yang menanti di gerai ATM, antri sejak sebelum Shubuh. Dengar-dengar juga beberapa dicegat sama orang siskamling, mungkin karena dandanan yang menor, tapi berpakaian necis dan makan buncis. Untungnya, sampai sekarang, belum ada laporan mengenai mahasiswa yang cukup setres sampai harus dibawa ke kliniknya Pak Ajis. Meskipun memang ada sih beberapa laporan mengenai mahasiswa yang bela-belain pergi ke luar kota untuk nonton konser girlband. Tapi sepertinya tujuannya minta dibikinin pe-er deh.
Nasib anak beasiswa juga nggak jauh beda. Digantung ama si emak empunya ATM, gara-gara uang nggak bisa ngalir. Iya lah, elu kira bandrek..? Terlepas dari apapun isi lirik lagu gantung-nya Melly Guslow, si bocah tengil yang tadinya berlagak selow ini cuman bisa jerit-jerit layaknya kuda terjepit, "Emaaak!! Minta uang emaak!". Saya pikir si emak akan langsung mendendangkan cuplikan lirik lagu Mawar Bodas, "Hoream teu sudi teuing..", lalu saya tersadar jika dia bukan orang Sunda. Sayangnya, dia ternyata berasal dari daerah lain yang terkenal dengan tradisi misuhnya yang luar biasa, yaitu kantor pemerintah. Tepatnya kantor camat, depan loket pengurusan KTP. Dan, akhirnya para bocah tengil kesal dan menimpuki si emak dengan surat, tentunya bukan surat cinta. Mata asli dan mata batin mereka masih cukup peka. Bahkan, setelah dipingpong dengan labilnya kiriman uang yang minta disetelin rekaman lagu Carly Rae Jepsen, baru saja malam ini bocah-bocah tengil yang bangun dengan iler berleleran tadi ditimpuki hujan es. Kecil sih memang, sebesar kacang hijau doang. Tapi namanya diberondong kan tetep aja sakit. (pukpuk sabar yaa bocah tengil)..
Dan sekarang para bocah tengil telah kembali di depan komputer mereka, menatap dunia maya. Meskipun banyak waktu kalian, termasuk pula saya, banyak dihabiskan di depan dunia maya, saya harap bulan ini tidak menjadi sesuatu yang maya, tegak, apalagi diperbesar. Berhasil dimanfaatkan dengan optimal saja sudah cukup. Semoga bulan ini tidak hanya datang dan pergi layaknya promo gelas cantik.
Sudah dulu mungkin, sampai jumpa lain waktu! Ini hadiah penutupnya:
Hati-hati di jalan, kalian semua!
Selain iming-iming harapan, rupanya bulan baru juga menawarkan yang lain. Mahasiswa, apalagi yang jauh dari rumah dan keluarga tercinta yang selalu setia dan penuh kasih sayang, hingga saking rindunya tiap pagi selalu tereak-tereak dengan nada alaynya, "BABEEEH!! NYAAAKEEH!! HUWEEE!! CIYUS NIH NACINYE BELON JADI NYAAK?", biasanya mendasarkan fondasi keuangan dan gizinya kepada warung nasi uduk sebelah yang rajin nyiapin uang sedekahan, ekstra seporsi nasi telor ayam (bukan nasi ditambah telor ama ayam, cukup nasi dan telornya ayam) yang entah kapan dimasaknya. Kadang telornya udah dapet ekstra protein dan serat dari zygospora. Lumayan lah, mahasiswa kan emang butuh gizi ekstra. Tapi kebanyakan mahasiswa justru beranggapan, masakan yang jelas-jelas ekstra gizi ini nggak baik bagi kesehatan. Mereka malah nyari makanan yang, udah bayar, mahal, dikit, nggak enak pula. Otomatis, mahasiswa yang belum/nggak mau kerja harus menerima anggaran keuangan hidup mereka dari ATM (Awak Tanggungan Mamak).
Disinilah masalah bermula. Demi menghindari jadwal padat sinetron yang biasanya berlangsung pada tengah-akhir bulan, atau promo minyak telon bayi yang kadang-kadang datang bersamaan dengan nikahan anaknya Pak Ajis, biasanya para sumber modal ATM mengirimkan uang yang ditujukan pada entah siapa, saudara, keponakan, atau anaknya tercinta yang sedang menempuh kuliah nan jauah di mato~ (maaf jadi nyanyi). Dan sayang sekali, di beberapa kampus, jadwal pengiriman uang untuk si bocah tengil tersayang ini bertepatan dengan pelaksanaan ujian tengah semester, yang keberadaannya saja kadang membuat mahasiswa panas dingin. Mungkin ujian nya mengandung virus flu, entahlah. Bayangkan posisi anda sebagai seorang mahasiswa yang dituntut untuk performa maksimal dengan pelumas top pertama.. sementara bahan bakar untuk memacu performa itu dihambat konsumsinya akibat kanker yang paling miris, kantong kering, atau dalam dialek Indonesia selatan, sering juga digunakan istilah 'kanker dompet'. Terkadang memang posisi ini menimbulkan dilema yang berkecamuk layaknya hurikan di hati beberapa mahasiswa. Ada yang menanti di gerai ATM, antri sejak sebelum Shubuh. Dengar-dengar juga beberapa dicegat sama orang siskamling, mungkin karena dandanan yang menor, tapi berpakaian necis dan makan buncis. Untungnya, sampai sekarang, belum ada laporan mengenai mahasiswa yang cukup setres sampai harus dibawa ke kliniknya Pak Ajis. Meskipun memang ada sih beberapa laporan mengenai mahasiswa yang bela-belain pergi ke luar kota untuk nonton konser girlband. Tapi sepertinya tujuannya minta dibikinin pe-er deh.
Nasib anak beasiswa juga nggak jauh beda. Digantung ama si emak empunya ATM, gara-gara uang nggak bisa ngalir. Iya lah, elu kira bandrek..? Terlepas dari apapun isi lirik lagu gantung-nya Melly Guslow, si bocah tengil yang tadinya berlagak selow ini cuman bisa jerit-jerit layaknya kuda terjepit, "Emaaak!! Minta uang emaak!". Saya pikir si emak akan langsung mendendangkan cuplikan lirik lagu Mawar Bodas, "Hoream teu sudi teuing..", lalu saya tersadar jika dia bukan orang Sunda. Sayangnya, dia ternyata berasal dari daerah lain yang terkenal dengan tradisi misuhnya yang luar biasa, yaitu kantor pemerintah. Tepatnya kantor camat, depan loket pengurusan KTP. Dan, akhirnya para bocah tengil kesal dan menimpuki si emak dengan surat, tentunya bukan surat cinta. Mata asli dan mata batin mereka masih cukup peka. Bahkan, setelah dipingpong dengan labilnya kiriman uang yang minta disetelin rekaman lagu Carly Rae Jepsen, baru saja malam ini bocah-bocah tengil yang bangun dengan iler berleleran tadi ditimpuki hujan es. Kecil sih memang, sebesar kacang hijau doang. Tapi namanya diberondong kan tetep aja sakit. (pukpuk sabar yaa bocah tengil)..
Dan sekarang para bocah tengil telah kembali di depan komputer mereka, menatap dunia maya. Meskipun banyak waktu kalian, termasuk pula saya, banyak dihabiskan di depan dunia maya, saya harap bulan ini tidak menjadi sesuatu yang maya, tegak, apalagi diperbesar. Berhasil dimanfaatkan dengan optimal saja sudah cukup. Semoga bulan ini tidak hanya datang dan pergi layaknya promo gelas cantik.
Sudah dulu mungkin, sampai jumpa lain waktu! Ini hadiah penutupnya:
ceritanya piring cantik... |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar