Setelah sebelumnya menceritakan sekelumit kisah mengenai masa lalu Anton, kini kembali ke cerita.
Sinar lampu balkon membangunkan Anton dari tidurnya yang penuh dengan lika-liku. Silau. Rupanya angin berhembus dan mengayun gorden jendela kamarnya, mengirimkan beberapa berkas cahaya lampu langsung ke matanya. Cahaya yang menembus bola matanya masih terlalu terang untuk dapat diterima oleh sel-sel kerucut matanya, yang masih sibuk bergelut dengan mimpi indah di tempatnya masing-masing. Dengan susah payah, Anton mulai membuka mata, dan bangkit dari tidur panjang yang sudah dia jalani sejak selesai bermain
game di malam harinya.
Pukul 4.53, waktunya sholat subuh. Ia baru beranjak dari tempat tidurnya ketika menyadari ada yang berbeda pada hari itu, dalam tidurnya yang biasa.
Sensasi dingin itu. Sensasi yang hadir dari celananya itu sungguh tidak biasa. Dan kesadaran Anton pun kembali, menghantamnya dengan cepat seperti cahaya lampu membangunkannya tadi.
Ini tidak mungkin terjadi. Terakhir kali Anton mengalaminya adalah ketika Anton masih kelas 2 SD.
Masa' sih ini terjadi lagi, Anton tak habis pikir. Rasa malu pun perlahan hinggap dan merayapi tubuhnya.
Sial! Anton pun segera melepas seprainya yang juga basah, dan menggiringnya ke kamar mandi untuk dicuci. Begitu pula dengan celananya, yang basah sekali seolah bisa diperas.
***
Singkat cerita, semua sudah dicuci. Anton bernafas lega seusai mencuci seprai serta celana yang dibasahi kejadian yang tak akan ia ceritakan pada keluarganya. Malu, oi. Sekarang pukul 5.08. Biasanya jam segini kehidupan sudah bermula dalam dapur, ditandai dengan dentingan pisau dan (terkadang) bunyi air mendidih dalam ketel. Untuk mandinya Ayah. Si Ayah sejak dulu senang sekali mandi dengan air hangat, dan Anton tidak pernah habis pikir membayangkannya. Si Ayah hampir pasti menolak ketika air mandinya tidak sehangat air minum yang biasa disajikan di restoran Padang, yah, sekitar 40 derajat Celsius.
Tetapi pagi ini, sekali lagi, berbeda.
Rumahnya terasa sepi. Hening.
Tetapi Anton tidak peduli. Ia memutuskan untuk membersihkan kasur yang ikut dilumuri noda kejadian memalukan yang baru saja dialaminya. Ia mengambil kain pel, dan membasahinya dengan air sabun. Ketika ia kembali untuk menghilangkan 'label najis' pada kasurnya, kembali ia dikejutkan dengan pemandangan yang tidak biasa.
Sekumpulan semut berbaris mendekati sisa kejadian tersebut. Anton pun terkesiap. Semut? Kenapa sisa-sisa ini dikerubuti semut? Anton pun bergidik ketika menyadari sisa-sisa itu pastilah mengandung gula. Ada diabetes dalam dirinya. "Ah, tidak mungkin lah, aku baru 14 tahun. Mana mungkin?", pikir Anton, coba menenangkan diri. Tetapi fakta yang ada di depan matanya itu membantah setiap sugesti yang coba ia tanamkan di dalam kepalanya. Bagaimana mungkin..?!
Belum sempat Anton kembali pada kesadarannya yang utuh atas apa yang baru saja terjadi, terdengar teriakan dari kamar di bawah. Suara kakaknya.
"AAAAHHHHH, SEMUUUUUTTTT!! SEMUT DI KASURKU!!!"
Anton hanya bisa melongo. Benar-benar ada yang salah di hari ini.
~bersambung
(:g)
Lanjutkan baca »