Jumat, 13 Maret 2015

Article#398 - Sembilan Bangsa

[apdet terakhir pada 12 April 2015, 10:54 (UT+9)]

Dua puluh delapan provinsi.
Dua belas hari.
Dua sisi negeri.
Satu imajinasi.


....Mohon maaf atas penggunaan istilah "provinsi" yang saya pakai di atas. Saya melakukan pemaksaan itu demi rima semata. Karena bagaimanapun juga, warga Jepang sendiri menyebut "provinsi" mereka, 県 "ken", sebagai "prefecture" dalam bahasa Inggris. Meskipun pada hakikatnya, "prefektur" milik Jepang sebagaimana yang berlaku saat ini sama saja dengan "provinsi" yang biasa kita kenal sebagai pembagian terbesar dari wilayah negara.

Sebenarnya, dulu tidak demikian, karena setidaknya hingga restorasi Meiji, satuan yurisdiksi terbesar dari wilayah Jepang adalah "provinsi". Dilangsungkannya restorasi Meiji antara 1867 dan 1871, yang memberangus segala macam kekuasaan para tuan tanah (大名, "daimyō") era Jepang feodal, ikut menenggelamkan provinsi-provinsi yang membagi wilayah Jepang saat itu. Mereka semua dirombak menjadi unit-unit yurisdiksi yang kemudian dikenal sebagai "prefektur". Istilah yang digunakan juga mengalami perubahan, karena batas-batas wilayah prefektur baru dengan provinsi lama tidak sepenuhnya sama, sekaligus mengubah sistem provinsial yang lebih "demokratis" ke sistem prefektural yang lebih "terpusat". ('Prefek' atau pemimpin suatu prefektur ditunjuk oleh pemerintah pusat.)

Perubahan ini agaknya juga dimanfaatkan untuk menegaskan peralihan sistem lama yang feodal ke sistem baru yang terpusat, dengan harapan bibit-bibit feodalisme yang telah ditumpas tidak kembali bertumbuh menjadi duri dalam daging pemerintahan Jepang baru di era Meiji. (Lebih lanjut bisa baca isi laman ini.)

Maka, sejak 1871, Jepang kembali menjadi negara kekaisaran de facto, setelah berabad-abad dikendalikan oleh keluarga shōgun. Di bawah pimpinan Kaisar Meiji, yang saat itu berusia 19 tahun, pemerintahan negara dipusatkan pada ibukota baru di timur (kini dikenal sebagai Tokyo), dan Jepang bersiap membangun diri menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia di awal abad ke-20.

.....
"Sembilan Bangsa" sendiri merujuk pada Kyushu (九州), nama yang merujuk pada sembilan provinsi pada pulau utama paling selatan Jepang. (Kini kesembilan provinsi tersebut telah dirombak menjadi tujuh prefektur.)
Boleh saja protes, dengan melampirkan informasi tentang bagaimana shū 州 biasa diterjemahkan sebagai "provinsi"; sayangnya, provinsi-provinsi Jepang di masa lalu dilabeli sebagai 国 "koku", yang kini secara harfiah bermakna "negara".
Akhirnya saya memutuskan untuk memakai istilah "bangsa"; selain definisi "bangsa" yang terkadang kabur dalam bahasa Indonesia, tentu saja karena alasan rima.

Sembilan bangsa
Tinggalah tujuh tersisa
Dijumpa dua di luarnya
Tinggalah menjelma nyata


*****

Berbaris-baris abstraksi sejarah mungkin membuat sebagian dari kita pusing, tetapi agaknya ragam kontur muka Bumi tak pernah lekang dari keingintahuan manusia yang menjejakinya. Pun jua diri saya, yang memutuskan untuk membelanjakan dana, tenaga dan cita untuk kembali melanglang buana. Salah satu program perjalanan yang paling lama, juga (agaknya) paling ambisius, lebih dari empat ribu kilometer saya habiskan dalam perjalanan selama dua belas hari, semua mengandalkan moda transportasi umum.

Akhir kata, berhubung satu gambar mewakili (dan lebih enak dipandang dari) deretan kata, maka saya akan menyudahi segala ocehan saya, dan segera memamerkan hasil jepretan dalam galeri di bawah.
Selamat menikmati.

Belasan jam, ratusan kilometer, sekian senti tumpuk salju
Saya akan sebut ini.... Persiapan yang matang. YEEEEAAAAAAAAHH
Sungai Shinano, terpanjang se-Jepun
Matahari terbenam dari wilayah Toyama-ken
Suatu pagi di Okayama
Beppu dari kompleks APU
Pinggir kaldera Aso

Musim semi telah tiba... di Kumamoto
Sakurajima dari Kagoshima
Gelegak abu letusan
Yunohira, Sakurajima
Sebuah senja di pantai Sakurajima
Bebungaan dan perkotaan
Shirakawa, Kumamoto
Matahari senja, Unzen, Ariake, burung camar
Hiroshima, sisi barat
2015, rusa pun ikutan narsis
Genbaku Dome dalam masa pemeliharaan berkala
Matahari terbit dari daerah Kanto utara
Matahari, pepohonan, langit Fukushima-ken

7 komentar:

  1. hooooh... jadi pengen berkelana ke mana-mana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau jadwal memungkinkan, manfaatin aja bang. Atau, kalau nggak berkelana, seenggaknya kita-kita kopdar lah

      Hapus
  2. "Gelegak abu letusan"

    Itu debu vulkanik? Di gunung mana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gunung yang ada di gambar di atasnya. Sakurajima, Kagoshima, Kyushu.

      https://en.wikipedia.org/wiki/Sakurajima

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...