Rabu, 22 April 2015

Article#412 - Kopi Internet


"Saya tidak pernah takut pada kopi darat. Dalam posisi apapun, yang namanya good old kopi darat lebih sering membawa output positif. Yang saya agak takut adalah kopi internet—apalagi social media. Kebanyakan penduduk dari bangsa yang sedang ‘Akil Baliq Internet’ ini rupanya gak sadar bahwa dirinya sedang akil baliq. Punya anak remaja? Atau masih ingat masa remaja? Ketika segala macam kita tabrak. Meja ditabrak, pintu dibanting, aturan diinjak. Pokoknya ‘gue’ adalah central of the universe. What I think is what matter. What you think doesn’t matter.

Inilah yang terjadi dalam ‘kopi internet’. Sering banget kan kita menemukan komentar-komentar kasar di internet tuh. Paling parah adalah kometar di media-media komersial yang paling suka mengadu domba pembacanya. Satu-satunya hal yang lebih buruk daripada beritanya adalah kolom komentarnya yang beramai ramai ‘memukuli si pesakitan’—kasar dan tidak punya arah.

Kebiasaan berkomentar keras dan menyakitkan ini sudah bukan eksklusif milik media komersial, tapi sudah mulai masuk ke wilayah privat kita: di wall Facebook kita, di timeline Twitter kita, dan entah di mana lagi. Kita ini sudah menjadi bangsa yang melakukan katarsis—dengan cara menyakiti orang lain menggunakan keyboard."


"Cara kita memberikan kritik kadang sudah kayak orang yang lupa bahwa semua manusia punya hati. Percaya deh prinsip ini: “Kitik positif pun akan berasa seperti racun ketika yang disasar adalah hatinya—bukan tindakannya.” Prinsip di atas ternyata sudah banyak dilupakan oleh kita ketika kita mengkritik seseorang—apakah itu bawahan, atasan, pemimpin—apalagi orang yang kita tidak kenal. Apalagi di social media.

Tarik nafassssss ..... ffffffffff.
Sahabat-sahabatku fellow Indonesians, saya langsung ingat jawaban Kang Emil tahun lalu ketika saya memberikan kritik pada metodenya..

“Saya tuh sekarang sebenarnya lagi belajar ilmu yang sulit. Ilmu Ikhlas. Ternyata itu sulit sekali ......”
Wah... rupanya di jaman akil baliq internet, kehidupan seperti inilah yang dialami oleh Kang Emil, Pak Ahok, Pak Jokowi, Bu Risma dan Pak Prabowo setiap hari, setiap detik.

Jadi malu, jangan-jangan kita ini tidak lebih dari rakyat yang menuntut pemimpin yang santun mengayomi, sementara kita, sopan pun tak kenal, apalagi santun.

Akhirnya, menjelang kepala 4 ini saya baru bener-bener mengerti apa maksud surat Al Ashr “.....sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran.”"

Disadur dari https://benwirawan.wordpress.com/2015/03/28/sayang-bandung-sabar-dan-ilmu-ikhlas/

sumber gambar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...