Senin, 19 Mei 2014

Article#296 - Laskar Pelangi

Mimpi adalah kunci
Untuk kita, menaklukkan dunia
Berlarilah
Tanpa lelah
Sampai engkau
Meraihnya

Laskar pelangi
Takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Warnai bintang di jiwa

Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada yang kuasa
Cinta kita di dunia
Selamanya

Cinta kepada hidup
Memberikan senyuman abadi
Walau hidup kadang tak adil
Tapi cinta lengkapi kita

Laskar pelangi
Takkan terikat waktu
Jangan berhenti mewarnai
Jutaan mimpi di bumi

Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada yang kuasa
Cinta kita di dunia
Selamanya
Selamanya

Laskar pelangi
Takkan terikat waktu

© Mira Lesmana & Nidji. 2008.

***

Disusun dari kerja sama Mira Lesmana sebagai produser dan band Nidji sebagai performer, lagu Laskar Pelangi ini menjadi maskot utama dari 8 lagu yang dicanangkan sebagai lagu pengiring bagi film Laskar Pelangi. Film tersebut pada gilirannya adalah hasil adaptasi dari novel karya Andrea Hirata, novel pertama yang mencatutkan nama Andrea Hirata di tengah kancah sastra populer Indonesia, juga di benak jutaan penikmat novel-novelnya.
Sebagai sebuah novel, Laskar Pelangi adalah awal dari tetralogi berjudul sama. Tetralogi yang selain melambungkan nama penulis, juga tercatat sebagai novel terlaris sepanjang sejarah kesusastraan Indonesia. Novel terkait juga telah diterbitkan di 20 negara.
Sebagai sebuah film, Laskar Pelangi menorehkan namanya di posisi empat dalam daftar film dengan total pengunjung terbanyak, tepatnya 4,6 juta pengunjung.
Sebagai sebuah lagu... yah, dengarkan saja lewat jendela di bawah.

Tambahan: Andrea Hirata terlahir dengan nama lengkap Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun, dan sebagian dari nama tersebut (Aqil Barraq Badruddin) dicantumkan dalam novel ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi, Edensor.

*** 

Mungkin beberapa yang mendapati penulis menuliskan segenap isi post ini akan menganggap saya termasuk penikmat tetralogi terkait. Kenyataannya, sebenarnya sampai saat ini saya hanya pernah tuntas membaca salah satu dari tetralogi Laskar Pelangi. Tepatnya buku ketiga, Edensor, yang membantu penulis menginformasikan "tambahan" di bagian sebelumnya. Filmnya pun belum juga penulis tonton hingga saat kata-kata ini diketikkan. Lagunya? Tentu saja sudah. Penulis sempat berkesempatan untuk ikut merusuh meramaikan festival budaya Indonesia di kota domisili penulis saat ini. Dengan gaya semi-tradisional, penulis digeret berpartisipasi membawakan dua judul: Laskar Pelangi yang ini, dan Zamrud Khatulistiwa.

Melepaskan diri dari pembicaraan mengenai lagu terkait, penulis sengaja memutuskan untuk menaruh lagu ini sebagai pengiring ketidakjelasan bagi tulisan yang masih akan bergulir, entah hingga kapan. Hari ini pun menandai hari ke-1000 digulirkannya laman aneh ini, sejak hampir tiga tahun yang lalu. Mungkin bisa disambung-sambungkan, jika tujuan penulis membagikan post yang ini di hari ini adalah untuk mengiringi semangat Laskar Pelangi yang terus semangat belajar dalam keterbatasan. Tetap semangat dalam kekurangan. tadi katanya belum baca-baca novelnya

Sebagai penanda, tulisan kali ini juga akan sebagai pengingat. Gunanya penanda memang supaya mudah diingat, kan?
Pengingat untuk apa? Sederhana saja, sebagai pengingat bahwa aktor utama di balik terus mengalirnya keanehan demi keanehan di tulisan ini akan terus mengusahakan laju aliran yang stabil selama memungkinkan. Mohon doanya saja, ya.
Sebagai penutup, sudilah kiranya jika penulis menautkan satu hal lagi. Silakan.

Nantikan post selanjutnya, nanti, tentu saja!

- tidak ada konspirasi apapun dalam penulisan isi post ini
(:g)

2 komentar:

  1. nonton gi! menyentuh banget filmnya, 3x nonton, 2x nangis aku :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha insyaaAllah.
      Moga nemu file-nya :v

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...