Selasa, 13 Oktober 2015

Article#474 - Menapak Fajar

Why d'you need a reason to feel happy?
Or shining for the rest of the world?


Setiap hembus sejuk di pagi hari jelang terbit Matahari konon adalah hembus yang memberikan kesehatan bagi diri. Terutama bagi mereka yang memilih untuk membangunkan diri mendahului terangnya benang hitam dari putih. Meskipun demikian kasusnya, acapkali sebagian kita memutuskan untuk bergelung, kembali melanjutkan tidur. Entah karena merasa sudah cukup menyehatkan diri barang sejenak, atau merasa tidur yang terundurkan belum paripurna dilaksanakan.

Sebuah pagi yang memicu kantuk oleh sejuknya pun nyaris memicu saya untuk berlabuh di pulau kapuk. Tetapi itu sebelum celah gorden jendela menyibakkan apa yang menjadi cikal bakal semburat fajar benderang. Tanpa banyak membuat perhitungan dengan berbagai kendala yang menjerat, mulai dari belenggu kelambu hingga dingin di sanggurdi, saya putuskan segera melaju keluar. Menerabas udara pagi bersuhu dua belas derajat, dalam kaos oblong dan celana pendek yang hangat, saya mengerjap menyaksikan fajar mulai menggeliat.
Dan inilah cita rasanya.














Pagi ini, gelora fajar menapaki jalan menuju senarai ingatan. Mengajak jiwa yang baru tersadar, untuk mempertanyakan berbagai kegilaan dalam menyatakan tindakan. Mempertanyakan alasan yang kita kemukakan menuju kebahagiaan. Mempertanyakan penghalang dari jalan kita untuk terus menyapa benderang.

If I may be so bold could I just say something
Come and make me my day
The clouds around your soul don't gather there for nothing
But I can chase them all away

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...