Cerita sebelumnya: Anton masih berkutat dalam kegiatannya yang (menurut Anton) menyebalkan, membantu ibu di dapur. Sesuatu yang selama ini sedapat mungkin dihindarinya, dan dia juga tak punya banyak kemampuan untuk dipakai di dalamnya, selain, tentu saja, bermain game di dapur. Semua untuk sebuah acara temu keluarga besar yang akan dihelat di rumah Anton pada malam harinya. Sesuatu yang bahkan juga tidak disukai Anton. Hari pun terasa begitu panjang ketika Anton melaluinya 'hanya' dengan mencuci. Paling tidak, terbukti kata Einstein kalau waktu itu tidak mutlak, kan.
Singkat cerita, setelah perjuangan Anton yang hanya memberi kontribusi amat kecil sekecil upil (jangan salahkan penulis kalau upil Anton tidak sebesar kontribusinya), akhirnya acara yang dinanti seluruh elemen keluarga besar (kecuali Anton) tiba. Puluhan paman-paman, bibi-bibi dan sepupu-sepupu Anton, dari yang masih dalam buaian hingga yangsudah berada dalam liang lahat sudah bersekolah di negeri seberang, semua datang menghadiri acara besar yang hanya berlangsung setahun sekali itu. Anton hanya bisa tambah jengah ketika satu-persatu paman atau bibinya menanyakan hal yang dianggap Anton 'bukan urusan mereka': sekolah Anton, tinggi Anton yang sudah naik 5 senti dalam setahun terakhir, hingga yang paling tidak mau dijawab oleh Anton: teman sekolahnya. Bagi Anton, tidak ada teman di sekolah, jika teman yang dimaksud adalah sekumpulan anak-anak ingusan seusia dirinya yang juga sekelas atau seangkatan dengan Anton. Teman, bagi Anton, hanyalah buku sains, alat tulis, kertas gambar dan, tentunya, berbagai peralatan elektronik serta komputer di kamarnya.
Anton juga tambah sebal ketika sekumpulan bocah-bocah sepupunya bermain di sana-sini, apalagi jika salah satu 'teman'nya dimainkan. Kesal akan keributan yang luar biasa sebagai hasil karya keluarga besarnya, Anton memutuskan untuk tidur di kamarnya. Dengan alasan istirahat, Anton mengunci pintu kamarnya, dan langsung menggila di depan komputer. Seperti kata Einstein, dimana waktu itu relatif, Anton begitu asyik bermain hingga ia tersadar sudha jam sebelas malam. Suara hiruk-pikuk yang sebelumnya bergaung di seluru penjuru rumah, kini berganti sayup-sayup sepi yang diselingi bunyi jangkrik atau bunyi dari permainan di komputer Anton. Mengantuk, Anton memutuskan untuk tidur, untuk memulai hari baru yang berbeda, tanpa pernah menyadari kalau hari esok tak akan pernah sama lagi.
~bersambung
(:g)
Lanjutkan baca »
Singkat cerita, setelah perjuangan Anton yang hanya memberi kontribusi amat kecil sekecil upil (jangan salahkan penulis kalau upil Anton tidak sebesar kontribusinya), akhirnya acara yang dinanti seluruh elemen keluarga besar (kecuali Anton) tiba. Puluhan paman-paman, bibi-bibi dan sepupu-sepupu Anton, dari yang masih dalam buaian hingga yang
Anton juga tambah sebal ketika sekumpulan bocah-bocah sepupunya bermain di sana-sini, apalagi jika salah satu 'teman'nya dimainkan. Kesal akan keributan yang luar biasa sebagai hasil karya keluarga besarnya, Anton memutuskan untuk tidur di kamarnya. Dengan alasan istirahat, Anton mengunci pintu kamarnya, dan langsung menggila di depan komputer. Seperti kata Einstein, dimana waktu itu relatif, Anton begitu asyik bermain hingga ia tersadar sudha jam sebelas malam. Suara hiruk-pikuk yang sebelumnya bergaung di seluru penjuru rumah, kini berganti sayup-sayup sepi yang diselingi bunyi jangkrik atau bunyi dari permainan di komputer Anton. Mengantuk, Anton memutuskan untuk tidur, untuk memulai hari baru yang berbeda, tanpa pernah menyadari kalau hari esok tak akan pernah sama lagi.
~bersambung
(:g)