Sinar matahari pagi membangunkan Anton dari tidurnya yang penuh dengan lika-liku. Silau. Cahaya yang menembus bola matanya masih terlalu terang untuk dapat diterima oleh sel-sel kerucut matanya, yang masih sibuk bergelut dengan mimpi indah di tempatnya masing-masing. Dengan susah payah, Anton mulai membuka mata, dan bangkit dari tidur panjang yang sudah dia jalani sejak selesai sholat subuh tadi pagi.
Dilihatnya melalui jendela, sebuah pagi hari yang cerah, yang dicemari oleh asap kendaraan yang berlalu lalang di sebuah kota bernama Jakarta, kota dengan segudang sejarah dan segudang problema. Kota yang dikenal akan kesemrawutan lalu lintasnya, yang pembangunannya saja masih dinodai dan digerogoti oleh para tikus-tikus penyedot uang negara. Anton menghela nafas, beruaha merasakan kesejukan udara pagi hari yang sedikit tercemar asap kendaraan. Kemudian dia tersadar, udaranya sudah tidak sejuk lagi. Jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul 8.04 pagi. Dia baru menyadari betapa lamanya dia tidur saat mendengar suara-suara dari luar kamarnya. Ditutupnya jendela yang dirasanya mengganggu, dan segeralah dia berbenah diri untuk menjalani hari tersebut. Anton beranjak dari tempat tidur... saat dia mendengarkan berbagai suara beradu dari luar kamarnya. Anton berusaha mendengarkan suara-suara yang memenuhi rumah di luar kamarnya. Anton mendengarkan dengan seksama...eh dengan telinga... sampai sebuah teriakan membuatnya terlonjak.
~bersambung
(:g)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar