Rabu, 27 Mei 2015

Article#424 - Cakrawala


Jangan khawatir, aku tidak akan ikut-ikut berlagak menyemangati dengan mengatakan, betapa kita sedang menatap langit yang sama. Mana mungkin langit kita akan sama, ketika lokasi kita saja tak persis sama?

Langit satu-dua menit yang lalu saja tidak sepenuhnya sama dengan langit yang sekarang. Walaupun kita tak beranjak dalam mengamatinya.
Lantas bagaimana kita akan berceloteh layaknya orang-orang, bahwa kita melihat langit yang sama? Ketika ada jarak bernama bujur, atau bernama lintang?

Sedikit saja berpindah bujur, kita akan mendapati bintang yang belum terbit di lokasi awal, atau bahkan sudah terbenam kala kita mencoba menggapainya. Mungkin dalam beberapa selang ia akan sama. Tetapi, detik ini juga?
Sedikit saja berpindah lintang, barangkali kita akan menyapa petak-petak angkasa yang belum pernah dijumpa, sembari kehilangan petak langit lain yang biasa disapa.

Oke, barangkali mereka yang mengumbar kesajaan langit dari dua tempat sedang membicarakan terang yang menghiasinya. Ada planet, ada bintang, dan tentu ada Bulan. Ada pula Matahari, yang meski juga adalah bintang, seringkali dikesampingkan karena terangnya yang menenggelamkan benda langit lainnya.
Jika mereka hendak bilang bahwa mereka mengamati benda langit yang sama, maka bukankah ada ribuan, atau jutaan orang lain yang juga mengamati benda langit yang sama? Lantas apa istimewanya ungkapan itu diutarakan?

.....
Jangan khawatir, ketika kita bersungguh dalam memberi suntikan semangat, kita tak perlu menjiplak kata-kata orang yang terkesan besar. Rasanya kata yang diuntai dalam ketulusan lebih dari cukup untuk menanggulanginya.

Langit kini dan langit esok tak akan sama, karena seisi semesta kita terus bergerak dalam lintasan tiap-tiapnya.
Tetapi, mereka yang sibuk menjiplak demi waham kebesaran, mungkin saja tidak pernah melihat konteks yang berbeda dari apa yang mereka jiplak.
Pun jua kita yang merasa hebat setelah mengritik mereka.

And it will be nice to be alone for a week or two
But I know that I will be right back here with you

12 komentar:

  1. sepertinya bisa dijadikan lagu tandingan

    BalasHapus
  2. "Jika mereka hendak bilang bahwa mereka mengamati benda langit yang sama, maka bukankah ada ribuan, atau jutaan orang lain yang juga mengamati benda langit yang sama? Lantas apa istimewanya ungkapan itu diutarakan?"

    Mungkin diutarakan bukan karena istimewa tapi karena menghibur. Kalau misalnya dua orang yang merasa jauh memandang sesuatu benda yang sama akan timbul perasaan "ternyata nggak sejauh itu".
    Padahal mah kalo yg diliat benda langit mah tetep jauh ya? Lah benda langitnya luar biasa jauh.. :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti pada terjebak oleh sudut pandang ya.
      Mengira si benda langit sama-sama bisa terlihat karena "mereka nggak terlalu jauh terpisah", padahal nyatanya karena si benda langit yang terlalu jauh dibanding jarak mereka. Deuh.

      Dari sudut pandang ini, berarti "memandang langit yang sama" punya maksud tersirat "jarak antara kedua orang nggak jauh-jauh amat, langitnya pun masih sama"?

      Hapus
  3. Bisa jadi begitu.
    Lagipula kalau mereka memandang "langit yang sama", berarti kan mereka masih sama-sama di dunia, jadi sejauh apapun jaraknya selama masih di dunia yang sama mereka masih punya kesempatan.
    #ea

    BalasHapus
    Balasan
    1. ....Kenapa sekonyong-konyong muncul "kesempatan"? Kesempatan untuk apa pula?

      Hapus
    2. Kesempatan ketemu, kak ._.
      Yaa kan kalau beda alam udah gabisa ketemu lagi.

      Hapus
    3. Kenapa tetiba mereka ingin "bertemu"?

      Hapus
    4. Yaa mereka sampai melantunkan "kita memandang langit yang sama" sebagai penghiburan, bagaimana bisa mereka nggak ingin "bertemu"?

      Hapus
    5. Kenapa pula berbagai kemungkinan lain sampai dinafikan demi kesimpulan "pertemuan"?

      Mungkin aja, seperti yang elu sebut sebelumnya, makna sesungguhnya ungkapan tersebut adalah soal "masih menjejak dunia yang sama".
      Tetapi sangat mungkin penafsiran ungkapan tersebut juga diarahkan untuk hal lain.

      Kalaupun memang merujuk pada pemaknaan tersebut, bisa jadi yang dimaksudkan memang adanya "kesempatan" untuk memperjuangkan sesuatu. Memperjuangkan apa-apa yang layak diperjuangkan, misalnya sebuah pertemuan, kalau kata elu. Tetapi bisa juga hal lain: yang tak perlu diperjuangkan oleh kedua belah pihak. Cukup salah satunya aja. Dan nggak harus soal "pertemuan" antar kedua pihak pula.

      Udah gitu dulu dah

      Hapus
    6. ((gitu dulu))
      Jangan-jangan mau ada lagi lanjutannya nih. Atau mungkin ada satu entri khusus yang mau bahas ini?
      Kasian ya tapi kalau yang berjuang cuma "salah satunya" aja. Apa dia nggak kurang kerjaan tuh mau-maunya berjuang "sendirian"?
      Tapi, yah, itu pilihan sih ya. Suka-suka dia juga.

      Hapus
    7. Dalam apa-apa yang *tak perlu* diperjuangkan kedua belah pihak, memaksakan diri untuk ikut memperjuangkannya tak akan banyak memperbaiki keadaan.

      ...
      Nggak ada rencana melanjutkan ini; lagipula fokusnya udah beda dari yang diniatkan.

      Sekian.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...