Beberapa waktu lalu saya membaca berita berbagai penangkapan orang-orang yang menggunakan atribut Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu ada informasi yang boleh jadi dihembus-hembuskan intelijen kita yang hobinya menakut-nakuti rakyat sendiri ketimbang melakukan pekerjaannya: Katanya ada acara bagi-bagi kaos berlogo PKI dalam rangka hari ulang tahun PKI tanggal 9 Mei 2016. Jumlahnya kaosnya tak tanggung-tanggung: 102 ribu kaus, supaya pas dengan usia PKI yang 102 tahun katanya.
Bagaimana kita mengkonfirmasi kebenaran desas-desus ini, ketika anggota-anggota PKI sudah banyak dibantai dan organisasi ini sudah dibubarkan paksa? Semenjak peristiwa 30 September 1965, sudah banyak sekali anggota PKI yang sudah mati karena dibantai tanpa pengadilan (termasuk pimpinannya), di ruang-ruang interogasi, atau di pengasingan. Beberapa anggota yang masih hidup pun sulit diajak bicara terbuka karena dua alasan: trauma masa lalu (menjadi penyintas dan menyaksikan teman-temannya dibunuhi atau hilang bukanlah pengalaman enteng) dan selama setengah abad organisasi ini sudah disamakan dengan setan–sebuah stigma yang sangat sulit dilawan serta bikin orang takut bicara. Saya kenal dengan beberapa orang-orang penyintas yang bisa diajak bicara mengenai hal ini, tapi saya penasaran ingin tahu langsung dari mereka yang menjadi korban. Apa boleh buat, saya harus mencari dukun yang bisa membantu saya mencari arwah-arwah anggota PKI supaya saya bisa langsung bertanya.
Untungnya saya tahu orang yang bisa mencarikan saya dukun (saya selalu punya “orang” untuk segala hal), dan dukun ini bisa membantu saya berkontak dengan “alam sana” untuk berbincang-bincang dengan hantu-hantu anggota PKI. Ah, ternyata dalam konteks Indonesia masa kini, kata pembuka dalam Manifesto Komunis itu menjadi benar secara harafiah dan horor: “Ada hantu bergentayangan di Indonesia… hantu komunisme” hehehe…
Dukun yang saya kontak bersedia membantu saya berkontak dengan hantu-hantu komunis Indonesia, asalkan bayarannya cukup dan tempat praktiknya tidak diinteli. Saya setuju dan berangkat ke tempat mbah dukun dengan mengambil rute berliku, berusaha menghilangkan jejak dari agen-agen intelijen. Mbah dukun sudah menunggu, dan saya siap berkontak batin dengan mbah-mbah komunis almarhum dan almarhumah. Mbah dukun lalu bekerja merapal jampi-jampi untuk menghubungkan saya dengan alam “dunia sana”…
Alhasil, di “dunia sana” saya berhasil menemui beberapa anggota PKI. Tak perlulah saya sebutkan nama-namanya, cukup saya sampaikan saja hasil-hasil perbincangannya. Demikianlah hasilnya.
Persoalan lain yang disinggung mbah-mbah komunis ini adalah soal logo. Di pemberitaan-pemberitaan selalu dikatakan bahwa logo yang ada di kaus-kaus itu adalah logo PKI, padahal bukan. Palu-arit memang adalah simbol pergerakan komunis, dan digunakan di mana-mana oleh organisasi-organisasi yang berideologi komunis. Palu adalah simbol buruh, arit adalah simbol petani. Persilangan keduanya menyimbolkan persatuan buruh dan tani, kelas yang diperjuangkan kelompok-kelompok komunis di dunia. Palu-arit, sebagaimana kita lihat pada gambar di samping, hanyalah satu komponen saja dari logo PKI secara keseluruhan. Komponen-komponen lain antara lain bintang merah yang melatari palu-arit, padi dan kapas mengapit bintang berpalu-arit tersebut, dan jeng jeng jeenggg… bendera merah putih di atas bintang tersebut. Ini semua juga dicantumkan dalam AD/ART PKI mengenai lambang partai, yaitu Pasal 3 ART.
Saya lalu berpisah dengan mbah-mbah komunis di alam sana, karena dukun mengingatkan saya untuk membayar ekstra apabila ingin terus berkomunikasi dengan dunia lain. Interlokal saja kita harus bayar, apalagi ini. Berhubung uang saya tinggal cukup untuk naik bis, maka saya sudahi percakapan, seraya berharap ada keadilan bagi mbah-mbah komunis yang dibantai tanpa proses peradilan ini. Sebagai negara yang telah mensponsori terjadinya kejahatan kemanusiaan, saya pikir permintaan maaf bukanlah inti dan penyelesaian persoalan (walapun akan sangat membantu). Negara kita harus dicari kembali jati dirinya, sebagaimana Jerman mengubah citranya pasca Perang Dunia II. Ini diskusi panjang untuk lain waktu.
izin share kak
BalasHapusSilakan. Mohon mencantumkan tautan menuju post ini atau post asli di laman ini.
HapusSiap. Saya share linknya ke facebook.
Hapus