Salah satu fitur utama yang senantiasa menyertai musim panas di negeri samurai adalah musim hujannya. Bertele-tele terutama di antara kedua bulan tengah tahun, ia terbentuk sebagai pengejawantahan persaingan antara dua massa udara yang berebut pengaruh masing-masing. Satu massa udara adalah massa udara hangat yang bersimbah uap air dari wilayah tropis dan subtropis, sementara massa udara lainnya adalah sisa massa udara (relatif) dingin yang masih bercokol dari masa puncak kejayaannya di musim dingin.
Ketika Matahari memutuskan untuk kembali membagikan cercah cahayanya dalam porsi yang besar ke dunia utara, massa udara dingin yang sekian lama menghuni Asia Timur perlahan mendapati pengaruhnya digerogoti. Bergerak perlahan, udara hangat dari selatan menantang udara dingin dari utara, yang terwujudkan sebagai sebuah lajur hujan (stationary front) di garda pertemuan antara keduanya.
Juni dan Juli adalah waktu di mana lajur hujan akibat persaingan kedua massa udara ini perlahan membasuh segenap bumi samurai dengan hujan. Ke mana perginya lajur hujan selanjutnya, ditentukan oleh adu kekuatan antara massa udara utara dan selatan yang memperebutkan kekuasaannya. Dalam jangka pendek, sesekali lajur hujan bergerak "mundur" ke arah selatan, ketika massa udara utara sedikit mengalahkan kekuatan massa udara selatan. Tetapi dalam jangka panjang, kecenderungan yang ada adalah massa udara selatan yang terus menguat, mendorong lajur hujan terus mendarasi Bumi ke arah utara.
Dalam perambatannya ini, lajur hujan perlahan melemah, hingga ia benar pudar, memberi jalan untuk datangnya musim panas yang sesungguhnya—yang betulan panas, lembab lagi.
Sebagaimana umumnya hujan, banyak petani yang menyambut uluran tangan segarnya demi hasil panen berlimpah. Dan banyak pula kaum urban yang menghabiskan waktunya menyerapahi tubuh basah, kaki berlumpur, atau cucian yang tak jua kering.
Musim hujan ini identik dengan cuaca berawan atau hujan berkesinambungan, maka beberapa dari kita agaknya akan mendapati cahaya Matahari tidak menyapa sanubari dalam sekian hitung hari. Tetapi, ada pula kala di mana lajur hujan yang biasa bersemayam itu seolah pergi, menyisakan langit untuk dicercahi mentari.
Arakan awan, ranting dedaunan, dan ketidaktahuan para manusia yang melanjutkan kehidupan. Semuanya tetap diberkasi oleh sinar mentari, yang tak ambil pusing akan mengeluhi hari.
Failed the life in the city
All the fonies that roam at night
When I've gone, yeah, you look like you missed me
So come along with me, don't ask why
It's alright
ah gemesin banget bunga2nya. itu semua di sekitar tempat tinggal gian?
BalasHapusAda yang di sekitar tempat tinggal, ada yang di wilayah kampus
Hapus