Article#429 - Cengkeram

Musim panas mulai menjelang.
Ada bebungaan yang bergantian mempertunjukkan mahkotanya. Ada raksa dalam tabung kaca, perlahan merambatinya. Ada rangkai awan yang berdatangan, mencurahkan muat hujannya. Ada sinar sang surya, yang kian betah merajai langit dengan geloranya.
Dan ada mereka, jiwa-jiwa yang terkungkung dalam sangkar yang mereka rancang.

Mereka yang merasa terperangkap dalam sangkar, mungkin akan menyibukkan diri merutuki diri. Menggerutu akan petak-petak petualangan yang tertunda hingga nanti. Mengeluhkan kebosanan sementara tumbuhnya menguasai seisi sanubari. Dan entah kesah macam apa lagi.
Bagi mereka yang mendamba perjalanan, berdiam hingga hitungan bulan adalah kejemuan yang tak tertahankan. Kejemuan yang tak bisa dienyahkan begitu saja lewat ragam kesibukan, apa lagi tumpukan tugas yang sudah membuat jengah hanya dengan kehadirannya. Semangat melanjutkan perjalanan pun diberangus oleh tak terelakkannya kewajiban dan keperluan.

Di saat semacam ini, kita bisa memilih untuk terus merutuki segala hal. Atau mencoba menghias kebosanan dalam ragam warna rupa.
Barangkali, ketika kita mendapatkan cara menyematkan pembaruan dalam keseharian, ada warna-warna baru yang didapat.
Barangkali, ketika kita menghentikan langkah yang terus berkelana untuk beberapa saat, kita melihat ragam keindahan, dekat di sekitar.
Barangkali, ketika kita melonggarkan pikiran dari fokusnya di kejauhan, kita dapati kebosanan mulai beranjak, bergerak sebagaimana pengusungnya.

Karena mungkin saja ada yang tak terduga dari apa yang biasa kita pedulikan dalam keseharian.
Atau mungkin begitulah yang kita perkirakan.

Always seems to me
You only see what people want you to see
How long's it gonna be?
Before we get on the bus and cause no fuss
Get a grip on yourself, it don't cost much