Diluncurkan sebagai lagu pembuka dalam album Kedua dari KLa Project, Yogyakarta kini menjadi salah satu karya KLa Project yang paling terkenal. Yogyakarta diaransemen dengan gaya KLa Project yang banyak mengusung unsur elektronika dalam musiknya. Keputusan yang terbilang berani, ketika musik meinstrim pada saat itu masih didominasi musik beraroma Melayu.Pulang ke kotamuAda setangkup haru dalam rinduMasih seperti duluTiap sudut menyapaku bersahabatPenuh selaksa maknaTerhanyut aku akan nostalgiSaat kita sering luangkan waktuNikmati bersamaSuasana JogjaDi persimpangan langkahku terhentiRamai kaki limaMenjajakan sajian khas berseleraOrang duduk bersilaMusisi jalanan mulai beraksiSeiring laraku kehilanganmuMerintih sendiriDitelan deru kotamuWalau kini kau telah tiada tak kembaliNamun kotamu hadirkan senyummu abadiIjinkanlah aku untuk selalu pulang lagiBila hati mulai sepi tanpa terobatiMusisi jalanan mulai beraksiSeiring laraku kehilanganmuMerintih sendiriDitelan deru kotamuWalau kini kau telah tiada tak kembali (tak kembali)Namun kotamu hadirkan senyummu abadi (senyummu yang nan abadi)Ijinkanlah aku untuk selalu pulang lagi (untuk selalu pulang lagi)Bila hati mulai sepi tanpa terobatiWalau kini kau telah tiada tak kembali (tak kembali)Namun kotamu hadirkan senyummu abadi (senyummu yang nan abadi)Ijinkanlah aku untuk selalu pulang lagi (untuk selalu pulang lagi)Bila hati mulai sepi tanpa terobatiWalau kini kau telah tiada tak kembali (tak kembali)Namun kotamu hadirkan senyummu abadi (senyummu yang nan abadi)
© Adi Adrian & Katon Bagaskara. 1990.***
Agaknya, ciri musik KLa Project yang khas tersebut kemudian menjadi salah satu faktor yang mendorongnya tetap bertahan dalam belantika musik Indonesia. Yogyakarta sendiri kemudian meraih tiga label penghargaan BASF Award, penghargaan kelas atas dalam belantika musik Indonesia di era 80-an dan 90-an. Hal tersebut menahbiskan Yogyakarta sebagai salah satu lagu terbaik besutan KLa Project, dan hingga saat ini, termasuk salah satu yang paling dikenal khalayak ramai.
***
Setelah itu, tak sering kudapatkan kesempatan bertandang ke Yogyakarta. Kesempatan berikutnya ada di penghujung tahun 2011, beserta sekian banyak rekan seangkatan. Terlepas dari kegiatan merusuh bersama rekan-rekan, sudut kota Yogyakarta sendiri saat itu belum begitu menimbulkan kesan. Mungkin karena aku lupa memusatkan pikiran pada lingkungan kota.
Kesan yang unik akan Yogyakarta baru kurasakan pada Juni 2012 ketika aku mendapat kesempatan menjelajahi kota seorang diri. Hanya empat hari memang, ditambah satu kali lagi kunjungan di akhir Agustus yang cukup selama tiga hari. Tetapi, ada kesan yang menarik, yang entah kenapa sulit terkatakan. Kesan yang muncul dan menyergap kuat saat aku kembali lagi, seorang diri lagi, mendatangi Kota Pelajar ini.
Mungkin karena aku hampir menjadikan kota itu sebagai tempat tinggalku? Atau itu hanya produk delusi jiwa bodoh yang kurang berpikir?
Kapan? Ketika memungkinkan. Mohon doakan. |
Mengutip kata-kata Anies Baswedan, setiap sudut di kota Jogja itu romantis. Punya daya magis.
Dan aku tak merasa akan bosan terjerat lagi.
Walau kini ku tiada dapat kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku datang ke Jogja lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Apdet: Tulisan ekstra bagi yang merindu Jogja: http://mojok.co/2014/10/jogja/
seperti lagu yang pernah aku pos di blog, aku suka lagu itu sejak pertama denger di FK :")
BalasHapusWaks keduluan ternyata. Post yang ini kan ya?
HapusEh kayaknya kite ngopas liriknya dari video yang sama, Fit. Cuma di post ini liriknya diedit dikit~