Sinar matamu tajam namun ragu
Kokoh sayapmu semua tahu
Tegap tubuhmu takkan tergoyahkan
Kuat jarimu kalau mencengkeram
Bermacam suku yang berbeda
Bersatu dalam cengkeramanmu
Angin genit mengelus merah putihku
Yang berkibar sedikit malu-malu
Merah membara tertanam wibawa
Putihmu suci penuh kharisma
Pulau pulau yang berpencar
Bersatu dalam kibarmu
Terbanglah garudaku
Singkirkan kutu-kutu di sayapmu
Berkibarlah benderaku
Singkirkan benalu yang melekat di tiangmu
Jangan ragu dan jangan malu
Tunjukkan pada dunia
Bahwa sesungguhnya kita mampu
Mentari pagi sudah membumbung tinggi
Bangunlah putra putri ibu pertiwi
Mari mandi dan gosok gigi
Setelah itu kita berjanji
Tadi pagi esok hari atau lusa nanti
Garuda bukan burung perkutut
Sang saka bukan sandang pembalut
Dan coba kau dengarkan
Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut
Yang hanya berisi harapan
Yang hanya berisi khayalan
Terbanglah garudaku
Singkirkan kutu-kutu di sayapmu
Berkibarlah benderaku
Singkirkan benalu yang melekat di tiangmu
Jangan ragu dan jangan malu
Tunjukkan pada dunia
Bahwa sesungguhnya kita mampu
Tunjukkan pada dunia
Bahwa sesungguhnya kita mampu
© Virgiawan Listanto alias Iwan Fals. 1981
***
© Virgiawan Listanto alias Iwan Fals. 1981
***
Terkemas dalam album Sarjana Muda, lagu berjudul Bangunlah Putra-Putri Pertiwi ini menjadi penutup dari album yang diluncurkan pada tahun 1981 tersebut. Sarjana Muda juga menandai awal karir Iwan Fals di belantika musik profesional tanah air, dengan menggandeng perusahaan rekaman besar Musica Studio dalam pembuatan albumnya tersebut. Nama Willy Soemantri dan Amir Katamsi pun dilibatkan sebagai penata musik utama dalam album terkait, dengan pengerjaan yang lebih serius. Hasilnya adalah sebuah awal bagi karir bermusik Iwan Fals, yang masih terus berlanjut hingga saat ini.
Bernafaskan nasionalisme, lagu ini beberapa kali dibawakan oleh Iwan Fals dalam berbagai acara - salah satu yang paling diingat adalah ketika Iwan Fals mengisi sesi debat calon presiden pada Pemilihan Umum Presiden RI 2009. Di bawah, penulis menyediakan jendela bagi sesiapa saja yang rela menyimak versi lain lagu terkait. Beberapa versi lain bisa kautemui bermodalkan sedikit pencarian di internet.
Selamat mendengarkan.
*****
sumber |
sumber |
Logo resmi tahun 2013 dan 2014 memang kembali melanjutkan pakem yang sudah tersaji sebelumnya; menambahkan jumlah bendera, satu setiap tahunnya.
Jika anomali dari pakem ini dipertimbangkan, dengan adanya unsur yang dikurangkan dan ditambahkan, mungkin bisa disimpulkan kalau yang dikurangkan semakna dengan yang ditambahkan. Artinya, munculnya garis tengah pada angka 67 tersebut menggantikan lima bendera yang seharusnya berjajar di sisi kanan. Mengingat garis tengah membagi bangun menjadi dua bagian sama besar, dan fakta bahwa satu bendera ditambahkan setiap tahun, kita bisa sampai pada kesimpulan berikut:
Logo tersebut adalah logo kemerdekaan versi pemerintahan Pak Beye (SBY).
Lebih lanjut dapat dibaca di laman berikut: http://rovicky.wordpress.com/2014/08/16/rahasia-dibalik-logo-kemerdekaan-ri-sejak-2005-2014/
Terlepas dari apapun makna sebenarnya logo-logo tersebut (meskipun kesimpulan di atas dirasa masuk akal), penulis tak bisa memungkiri bahwa gaya logo tersebut memang membosankan. Alhasil, penulis pun tak sedikitpun merasa heran ketika logo resmi tersebut menjadi pembicaraan tiap tahunnya.
Tak hanya mengkritisi, beberapa pihak bahkan membuat prediksi akan perkembangan logo resmi kemerdekaan di tahun mendatang.
Prediksi untuk tahun 2028. sumber |
Prediksi untuk tahun 2045. sumber |
Dan, tentu saja, salah satu sasaran mereka adalah membuat logo kemerdekaan tandingan bagi logo resmi versi pemerintah. Memanfaatkan efek media jejaring sosial yang mulai menjamur di tanah air sejak akhir 2000an, tiap tahun desain unggulan dari KDRI dilepas ke dunia maya, untuk digunakan dalam berbagai ajang di tanah air.
Logo KDRI tahun 2011 |
Logo KDRI tahun 2012 |
Logo KDRI tahun 2013 |
Logo KDRI tahun 2014 |
Meskipun, pikiran-pikiran yang lebih realistis kemudian mengemukakan pemakaian logo tersebut sebagai logo resmi, untuk menjelaskan desainnya yang monoton. Apalagi, monoton bisa saja diselewengkan maknanya menjadi "konsisten", dan dalam hal ini, pemerintah konsisten dengan gaya yang sama, sehingga logo resmi dalam peringatan kemerdekaan dapat segera dikenali dengan mudah.
Sebagaimana orang-orang bilang, "Keep It Simple, Stupid."
Bagaimanapun juga, bagi penulis, Indonesia memang negara yang sarat dengan hal tak biasa. Mungkin ini dipengaruhi banyaknya ragam warna yang menyusun coraknya. Bayangkan saja, negara mana lagi kah yang memperingati hari kemerdekaannya dengan beragam perlombaan dan permainan?
Tetapi, tentu saja, hal yang tak biasa tidak selalu bermakna baik; bisa saja bermakna buruk. Supaya ketidakbiasaan ini senantiasa mengarah ke makna baik, yuk kita semua senantiasa turut serta dalam memajukan pola pikir, harkat dan martabat bangsa.
Supaya menjadi bangsa yang disegani, tanpa perlu menduplikasi.
Supaya menjadi bangsa yang kreatif, tanpa perlu aversif.
Supaya menjadi bangsa yang merdeka secara utuh, yang secara jujur siap untuk menjadi wujudnya sendiri.
Selamat Hari Kemerdekaan, dan tetaplah merdeka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar