Menilas sekitar tiga setengah tahun ke belakang, ada sewujud bocah yang berusaha melawan kenyataan. Ia majukan tanggal penahbisannya enam bulan lebih cepat, seolah ia punya kuasa untuk begitu saja melakukannya. Meski ia menjalani tahun-tahun dengan kesadaran yang meningkat akan tidak bergemingnya penahbisan yang ia nantikan, tekadnya dari awal tidak berubah: menyudahi segala urusan tepat pada waktunya.
Menilas perjalanan enam bulan ke belakang, barangkali lika-liku yang demikian parah terbebankan jelang kepulangan sebelumnya membuat persiapan menuju lepas landas kali ini lebih tak terasa. Tanpa kentara tugas yang menumpuk untuk dientaskan jelang tenggat mendatang, jemari waktu seolah memutar dunia makin cepat menuju keberangkatan.
Menjejak garbarata yang mengajak enyah dari pijak tanah, ada perjalanan yang terentang untuk mengantar kembali pulang. Untuk menyesap jiwa raga sebelum episode penghabisan. Untuk menggapai jiwa raga yang terserak sepanjang jalan. Untuk menyambung paripurna pada cerita lama yang masih membuka sekian tanda tanya.
Menjejak petak terakhir bumi matahari terbit, menyesap nanti kala lara menggamit.
Saya pamit.
Giaaan, pulang ke Indonesia???
BalasHapusIni post telat Fit. Terjadwal hampir 2 bulan lalu. (draft numpuk di dasbor nunggu eksekusi)
HapusPulang yang waktu itu sekalian ke Jogja itu loh
oalaah. kirain
HapusLah, nggak enak banget terakhirnya "Saya pamit"
BalasHapusSeakan-akan gimanaaa gitu...
Biar lebih wah.
HapusKeren kan.
(apalah)
Bisa jadi beda arti loh...
HapusMungkin orang lain menangkapnya sebagai "Tidak akan ngeposting lagi"
Lha konteksnya kan jelas.
HapusKalau begitu mah bakal dibuat eksplisit
Eksplisit konten
Hapus:D